Sepulang sekolah, Elena berjalan bersama Reva menuju parkiran. Di tengah perjalanan, ponsel Elena berbunyi. Elena menyuruh Reva pulang lebih dulu karena Elena akan mengangkat panggilan.
"Hallo, ada apa kak Ezra nelpon?"
"Bulan ini kakak nggak bisa pulang, banyak banget masalah yang perlu kakak tangani."
"Maksud kakak? Masalah apa? Cerita sama Elena, dong." Elena jadi khawatir mengingat rencana yang sudah terbongkar di keluarganya. Dia tidak ingin terjadi sesuatu pada Ezra.
"Bukan apa-apa, tapi dalam waktu dekat Kakek sama nenek bakalan nengok kamu, begitupun dengan Galih."
"Kakak seriusan? Nggak becanda, kan? Kalo emang mereka bener-bener kesini, apa yang mereka lakuin? Kenapa Elena jadi cemas?"
"Elena, mereka baik. Kamu nggak usah khawatir, lagipula sudah lama kamu tidak bertemu dengan mereka."
Setelah itu panggilan berakhir. Elena melangkahkan kaki menuju parkiran untuk menemui Bobi yang sepertinya sudah menunggu. Namun, seseorang menahan lengannya ketika sudah dekat dengan Bobi. Elena menatap orang itu seraya mengernyitkan dahi.
"Lo ngapain?" tanya Elena.
"Gue boleh nganter lo lagi?" tanya Gino. Elena terbelalak mendengar penuturan Gino. Matanya menatap Bobi yang siap-siap melajukan motornya. Elena bimbang harus ikut dengan siapa, dia tidak ingin merepotkan Gino, juga tidak ingin membuat Bobi kesal karena sudah menunggu.
"Len, lo biasa pulang bareng gue." Kini tatapan Elena mengarah pada Dimas yang sudah menghentikan motor di depannya. Elena menghembuskan napasnya karena kesal dengan orang-orang seperti mereka.
"Gue sama Bobi," kata Elena pada akhirnya.
"Jangan!" seru Dimas dan Gino bersamaan.
"Kalian nggak ada hak buat ngatur-ngatur gue. Gue mau sama siapa itu terserah gue. Kalian mending pulang duluan, gue nggak akan ngomong dua kali." Elena langsung mendekat ke arah Bobi dan langsung melesat pulang ke rumah.
***
Dimas menatap Gino dengan pandangan menusuk. Padahal Dimas sudah merasa tenang karena Aiden dan Elena sudah menjauh, kini datang lagi Gino yang merupakan teman sekelas Elena.
"Lebih baik lo jauh-jauh dari Elena!" kata Dimas.
"Emang kenapa? Kalo Elena sama gue, lo bisa apa?"
"Gue bisa bunuh lo...," desis Dimas tepat di telinga Gino. Gino terkekeh dan kembali membisikkan sesuatu.
Setelah acara berunding itu, Dimas lebih dulu pulang meninggalkan Gino yang menatapnya sinis. Entah apa yang mereka berdua bicarakan, yang jelas itu menyangkut Elena.
Aiden seperti biasa menjemput Sasa di cempaka, menunggu di depan gerbang. Biasanya setiap pulang sekolah Elena juga melewati cempaka, Aiden yang sering menjemput Sasa memiliki alasan lain, yaitu ingin melihat Elena.
Sempat mendengar bahwa Elena berpacaran dengan Dimas, tapi untungnya Evan memberitahu bahwa tidak ada hubungan apapun diantara mereka. Mungkin Aiden bersikap acuh tak acuh, namun dalam hati dia merasa senang.
Aiden menyadari bahwa dirinya egois, dia tidak ingin Elena dekat dengan siapapun, tapi dia sendiri tidak bisa mendekati Elena. Aiden tidak ingin ada orang yang menyakiti Elena, tapi justru dia sendiri yang menyakiti Elena.
Hari ini Aiden melihat Elena yang melewatinya bersama Bobi. Matanya menatap ke arah wajah Elena yang sepertinya tidak melihat keberadaan Aiden. Senyuman tipis terukir di wajah Aiden kalau melihat wajah polos Elena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elena [END]
Teen FictionBUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA! Karya sudah END ini kisah hidup Elena, si gadis periang dan tangguh. Elena tidak mudah ditindas, jika ada yang menindas nya maka dia akan balik menindas. Kesialan yang menimpanya dipagi hari membuat dirinya bertem...