Sepeninggal wanita itu Elena menatapnya tanpa kedip. Rasanya sangat berat melihat wanita itu pergi tanpa menyadari satu hal. Pemandangan itu tak luput dari Reva.
"Lo kenapa? Jangan bilang lo emang mau nyulik Lili," kata Reva mengalihkan tatapan Elena.
"Boneka gue, huwaa! Gue suka sama boneka itu belum juga gue bawa pulang udah dibawa ke rumah orang ajah," kata Elena menunjukkan ekspresi seolah-olah menangis. Reva menggaruk rambutnya karena malu melihat orang-orang yang kini menatap ke arahnya. Dia memutuskan untuk menarik tangan Elena keluar dari mall. Mau taruh dimana mukanya jika mengakui bahwa Elena temannya.
"Lo kalo gak ikhlas ngasih mending gak usah ngasih deh. Keknya gue mending dianggap penculik daripada ditatap sama orang-orang gegara lo yang lebih nyeremin daripada nangisnya bocah," kata Reva dan langsung memakai helmnya untuk pulang ke rumah.
Kali ini mereka memutuskan untuk bermain di rumah Elena karena tidak mau terjadi hal-hal yang tidak terduga. Di rumah Elena mereka mencoba untuk mengolah bahan makanan yang ada di rumah saja.
"Cuman ada bahan kayak begini doank, mau diapain ya?" ujar Reva sembari berpikir diikuti Elena. Setelah ada ide barulah kedua sepakat untuk membuat kue.
Setelah matang mereka menyantap kue itu sembari menonton televisi. Keduanya asik menonton tayangan sampai tak terasa kue yang mereka buat sudah habis.
"Lo sih makannya banyak-banyak."
"Eh dugong, lo kira gue apaan sampe ngalahin badan lo yang emang lebih besar dari gue. Berarti itu lo yang makannya cepet," kata Elena. Reva hanya mendengus lalu beranjak untuk pulang. Tak heran Elena melihat sikapnya itu karena sudah menjadi kebiasan Reva yang seolah-olah hanya menumpang makan.
Sepeninggal Reva dari rumahnya, dia pergi ke kamar untuk tidur siang seperti biasanya. Tak lupa dia menutup pintu lalu menguncinya. Baru saja akan terpejam ada seseorang yang mengetuk pintunya.
"Siapa sih yang ngetok pintu, bukannya Mama pulang satu jam lagi ya?" gumam Elena dan membuka pintu. Terlihatlah sosok pria bertubuh besar mengenakan pakaian serba hitam. Elena membelalakan matanya dan akan menutup pintu jika orang itu tidak menahannya.
"Hai my daughter!" ucapnya sembari menunjukkan smirknya. Elena sudah kaku dibuatnya, sebenarnya apa yang dilakukan oleh pria dihadapannya ini. Padahal dirinya tidak mengenal pria ini sama sekali.
"Maaf? Om siapa ya?" tanyanya ragu. Bukankah ayahnya sudah tiada lalu mengapa orang dihadapannya ini memanggil dirinya daughter?
"Aku ayahmu..." ujar pria itu. Elena langsung menggeleng kuat, ini pasti hayalan. Tidak mungkin ayahnya disini. Tapi tiba-tiba dirinya langsung di bekap dan dibawa ke dalam mobil. Elena sudah berusaha untuk memberontak tapi tidak sekuat yang dibayangkan.
Elena ingin menangis tapi dia harus berusaha mencari cara untuk keluar dari mobil ini. Dia berusaha untuk duduk dan membuka pintu, masa bodo jika dirinya harus jatuh dan luka-luka yang terpenting dirinya tidak akan bersama pria ini. Tapi sayangnya, pintu terkunci dan dirinya harus berusaha sekuat tenaga.
Beruntung saat ini mobil yang dinaikinya berhenti, dan orang itu sedang berada di luar untuk menerima telpon. Eleng berusaha untuk keluar secara perlahan. Berhasil! dia keluar perlahan dan berlari sekuat tenaga tak peduli dengan teriakan pria itu dari kejauhan. Dia terus berdoa agar ada orang yang menyelamatkannya.
Dia menghentikan mobil yang tidak melaju dengan cepat tapi mobil itu bisa saja menabraknya jika tidak di rem secara mendadak. Dia menengok ke belakang dan melihat pria itu masih jauh tapi mengejarnya. Dia berusaha untuk berkata pada pengemudi didalamnya untuk membukakan pintu.
Orang yang berada didalam mobil itu terkejut dan langsung membukakan pintu, di lepasnya lakban yang menempel di mulut Elena.
"Cepet pergi!" seru Elena pada orang di sampingnya.
"Maksud lo apaan? Lo ngapain pake acara kayak gitu segala?" tanya orang itu. Tiba-tiba pria tadi sudah mengetuk kaca mobilnya.
"Cepat keluar Elena!" seru pria itu.
"Please... ayo sekarang kita pergi, nanti gue jelasin ke lo," kata Elena dan orang itu langsung menginjak gas mobilnya meninggalkan pria tadi yang sepertinya frustasi.
"Len, sekarang lo bisa ceritakan ke kita-kita kenapa lo bisa sampe kayak sekarang?" tanya Gani. Iya mobil yang Elena naiki adalah milik Aiden, dan didalamnya ada Gani, Galih, dan juga Daren. Dan Daren yang memilih pindah ke belakang membiarkan Elena duduk di depan.
"Gue juga gak tau kenapa bisa kayak gini. Waktu gue mau tidur.... " Mengalirlah kejadian yang beberapa menit berlalu. Bahkan mereka yang ada di dalam mobil sama terkejutnya dengan dirinya.
"Gue bener-bener gatau siapa dia, kenapa dia ngaku-ngaku sebagai ayah gue?" kata Elena menyenderkan kepalanya.
"Lo gak coba buat tanya ke Mama lo gitu?" ujar Aiden. Elena belum sempat memberitahunya. Bagaimana bisa dia memberitahu Mama nya jika dirinya diculik, jelas-jelas dirinya tidak membawa ponsel. Dia menatap Aiden dan meminjam ponselnya untuk mengabari Dena. Aiden langsung mengambil ponsel dari sakunya dan diberikannya pada Elena.
"Hallo, Ma. Ini Elen..."
"Kamu gak kenapa-kenapa kan sayang, dia ngapain kamu? Mama udah coba telpon kamu tapi gak diangkat bahkan sekarang kamu gak ada dirumah. Sebenarnya kamu dimana sekarang?" ujar Dena dari seberang sana yang membuat Elena mengernyitkan dahinya. Apa Mama nya sudah tahu jika dirinya diculik oleh siapa?
" Elen baik-baik ajah, sekarang Elen pulang sama kak Aiden," kata Elena membuat Dena menghembuskan napasnya lega. Setidaknya putrinya sudah selamat dan ada pada orang yang dikenalnya.
"Den, kita turun di jalan nasional ajah. Gue udah nyuruh sopir buat nganterin mobil gue. Jadi lo bisa langsung nganterin Elena pulang," kata Daren. Aiden hanya mengangguk saja memberhentikan mobilnya di samping jalan yang dituju. Ketiga orang itu keluar dan meninggalkan Aiden bersama Elena yang sudah terlelap.
"Oke, sorry gak bisa nganter kalian pulang."
"Tenang ajah bro, kita laki kali. Anterin ajah tuh gebetan lo, kesian dia." Ledek Gani sedangkan Aiden hanya menggelengkan kepalanya.
Kini tujuannya hanya mengantar gadis di sampingnya dengan selamat. Tak berselang lama mobilnya berhenti di depan rumah Elena. Aiden menatap ke arah Elena yang sekarang sudah tertidur.
"Len, bangun udah sampe," kata Aiden mengguncang pelan tubuh Elena hingga terbangun. Elena menatap ke sekelilingnya lalu membuka pintu mobil.
"Oh iya thanks ya karena lo udah nolongin gue dan nganterin gue balik," kata Elena tersenyum yang hanya diangguki oleh Aiden. Setelah itu Aiden pulang dan Dena langsung memeluk putrinya. Sungguh dia sangat khawatir saat mengetahui bahwa orang itu menculik anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elena [END]
Teen FictionBUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA! Karya sudah END ini kisah hidup Elena, si gadis periang dan tangguh. Elena tidak mudah ditindas, jika ada yang menindas nya maka dia akan balik menindas. Kesialan yang menimpanya dipagi hari membuat dirinya bertem...