Part 3

63 5 2
                                    

“Ehh..hmm... iya, bagaimana kamu mengetahuinya?” jawab Bu Apri yang kaget akan yang Asti katakan.
“Sebaiknya ibu sekarang pulang, beliau ingin ibu ikut menyiapkan segala hal untuk peringatan kematian nanti,”

Semua mahasiswa menatap Asti dengan berbagai macam pertanyaan yang ada dibenak mereka masing-masing. Bu Apri seketika mematikan laptonya lalu berjalan meninggalkan kelas.

“Wahh mantap bu Korti, tau aja kita udah mulai bosan duduk dikelas ini,” ujar Geri yang duduknya paling belakang sambil menyisir rambut gondrongnya dengan jari tangan.
“Gue belum jadi ibu-ibu, tapi kalau Korti emang gue,” sahut Asti lalu mengemas bukunya kedalam tas.
“Ouh iya, tuh cewek dipojok kelas ada yang mau kenalan sama lo,” lanjut Asti lalu meninggalkan kelas.
“Anjirrrr..... tuh cewek indigo satu emang ngeselin sumpahh...” Geri menengok sebentar kearah pojok kanan kelas, lalu berlari dengan secepat yang ia bisa keluar dari ruangan yang membuatnya bergidik ngeri.

Asti menunggu pesanan bakso dan jus jeruknya duduk santai sembari membuka akun media sosialnya untuk melihat situasi kehidupan manusia di dunia maya.

“Woyyy, udah disini aja lo nongki-nongki, nggak ada dosen atau lo bolos?” Desi yang baru datang langsung duduk disebelah Asti.
“Sebenarnya Asti ngusir tuh dosen karna sayang sama kita-kita, yakan Pet... Ga?” ucap Geri yang duduk dibangku seberang sambil menyantap semangkuk soto yang ia beli. Ucapan Geri dibalas anggukan oleh Angga dan Petrik.

“Nice sekaleee As.... btw lu dosa,” Desi mengangkat kedua ibu jari tangannya
Asti hanya mengedikkan bahunya.

“Hey Asti...Desi... boleh kami bergabung?” Eva datang bersama Andi.
“Boleh Va,” Desi tak henti-hentinya tersenyum manis ketika Andi menatapnya.

Mereka makan sambil berbincang-bincang tentang perkuliahan. Eva menyadari bahwa teman barunya itu asik diajak mengobrol apalagi tentang masalah cowok terutama Desi, sedangkan Asti ia akan menjawab seperlunya dan tertawa jika ada hal yang dibicarkan terdengar lucu.

Sedangkan Andi, ia memakan makanannya dengan lahap. Entah karena ia lapar atau memang belum makan dari tadi pagi (readers: sama aja thorrr -_-), biasalah mahasiswa semester tua sedang sibuk-sibuknya membuat laporan dan skripsi.

“Akan ada peringatan dan ada yang mencegah” Desi berkata dengan spontan
“Ada apa Des?” Andi menghentikan kegiatannya meminum segelas teh dinginnya.
“Eva lo harus berhati-hati, ada tiga sosok perempuan yang nanti ketemu sama lo,” lanjut Desi.
“I..i..iya” Eva masih mencerna kata-kata yang diucapkan Desi.

Asti terpaku melihat kesatu arah. Di depan pintu kantin ada sesosok perempuan yang melihat kearah mereka. Perempuan itu terlihat sangat cantik dengan balutan pakaian tradisional Bali sederhana, tetapi sayang... sayang... tampak luka yang menganga terpahat jelas dilehernya.

“Va kakak mau ketemu sama dosen pembimbing dulu sebentar kamu nanti langsung tunggu diparkiran,kalian bertiga lanjut aja makan” ucap Andi lalu beranjak pergi meninggalkan mereka bertiga.

Desi terlihat mencari sesuatu dihpnya, lalu menelpon seseorang. Asti da Eva melanjutkan memakan makanan yang masih tersisa di mangkuknya masing-masing.

“Gue mau pulang. Kita keparkiran sambil nungguin kak An” ucapan asti
“Bentar gue beli minuman dingin dulu,” Desi lalu berjalan kearah kulkas yang ada dikantin lalu membayar minuman yang ia ambil.
“Masih haus Des? Kan lo baru minum segelas es lemon,” tanya Eva
“Ini buat persiapan,” jawab Desi

Eva tidak bertanya lagi. Mereka lalu beranjak menuju parkir. Desi berlari kearah motor NMAX yang berwarna maroon.

“Astagaaaa, motor gue bannya kempes kedua-duanya padahal baru kemarin diisi angin....” Desi mengecek ban motornya alih-alih mendapatkan sesuatu yang membuat ban motornya kempes.
“Aswuuuu... ingin gua berkata kasar,” teriak Desi
“Lo udah ngucapin salah satu kata laknat Des,” Asti menghampiri Desi yang terlihat sangat kesal.

“Kenapa ban motor lo bisa robek-robek gitu Des?” tanya Eva
“Kurang kerjaan montir kw, nggak tau apa ban itu mahal harganya,” Desi masih berjongkok melihat keadaan naas yang menimpa ban motornya

“Ya udah lo pulang gue anter,” Asti melangkah menuju motornya.
“Wah... seseorang emang mau cari masalah sama kita,” ujar Asti dingin

_______________________________________

Budayakan vote and Coment guysss :v

The Flow of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang