Part 25

18 2 0
                                    

“As lihat tuh,” ucap Satya menunjuk kearah sosok anak kecil berkepala botak yang berada tak jauh darinya. Sosok tersebut terlihat sedang bingung mencari sesuatu. Kalian sudah pasti tau kan siapa sosok itu?

“Kak Sat minjem uang seratus dua ribu  dong, ” pinta Asti. Satya lalu mengeluarkan uangnya dari dompet.
“Nih punya seratusan aja,”
“Siapa yang punya uang dua ribuan? Gue mau pinjem dulu”

Petrick merogoh kantong yang ada di jasnya, mengeluarkan uang dua ribuan. Lalu mengembangkan senyuman dan berkata,
“Nih kakanda punya. Buat bayar parkir dihati adinda”
“Najis, receh bet dah gombalan lo,” Asti mengambil uang yang diberikan oleh Petrick dengan kasar, lalu berjalan kearah sosok yang ditunjuk oleh Satya.
“Yeeee.... dinda mau kemana? kakanda ikut,” Petrick bangun dari duduknya ingin mengikuti langkah Asti tetapi ditahan oleh Nata.
“Lihat dari sini aja,”

Asti sekarang berada dihadapan sosok tersebut, kemudian mensejajarkan tinggi dengan sedikit membungkukkan badannya

“Mau yang merah atau abu-abu?” tanya Asti dengan memperlihatkan kedua uang yang baru ia dapatkan.
Sosok itu mengernyit heran dengan sikap Asti, lalu menjawab
“Yang merah aja,”
“Mata duitan lo,” ujar Asti
Kan itu memang kerjaan saya
“Ya udah nih ambil aja keduanya,”
Sosok itu dibuat bingung oleh Asti, kemudian kembali bertanya
“Kok baik?”
“Udah baik salah,” ucap Asti
Nggak mau duit pemberian! Emangnya saya pengemis? Pekerjaan saya pangkatnya lebih tinggi!” sahut sosok itu dengan sengit.

“Yeee... ini tu gue kasi ikhlas buat lo jajan, ambil aja terus pulang dan jangan kesini lagi”
Nggak mau! Maksa banget nih manusia satu! Mendingan saya kerja lagi daripada ngomong sama makhluk beda dunia aneh,” sosok tersebut lalu melenggang pergi menjauh dari Asti.
“Ehh yulll, lo yang aneh kamprettt...!!!” ujar Asti sedikit berteriak membuat beberapa orang spontan menatapnya.
Asti menyembunyikan rasa malu dengan berjalan kembali kearah teman-temannya sedang berkumpul.

“Nih gue kembaliin, uang lo nggak guna,”
Ucapan Asti membuat Petrick tercengang, lalu berkata seolah-olah ia tersakiti,
“Astaga As, perkataan lo membuat hati gue retak seketika,”
“Udah deh drama kingnya, sekarang kita siap-siap untuk lomba,” seru Desi dengan semangat.
“Lomba apaan Des?” tanya Arsa
“Romantic Cooperation. Gue udah daftarin kita semua,” Desi memperlihatkan pendaftaran online yang tertera dilayar handphonenya.
“Gercep banget jari lo Des,” ujar Eva
“Ya udah kan semua udah didaftarin, jadi ikut buat have fun aja. Kakak sama kamu aja ya Des, ” Setuju Arsa melirik Desi dengan senyuman yang tampak mengembang.
“Eitss... kita nggak boleh milih pasangan sendiri, ada peraturannya nanti. So pasti akan seru nih,” Desi lagi-lagi membuat pernyataan yang membuat teman-temannya mengangguk pasrah.

“Gue nggak ikut ya Des, nitip absenin aja,” kata Asti dengan malas.
“Ehh nggak boleh gitu, lo kira ini kelas mata kuliah isi absen. Ayo dong As, kita seru-seruan bareng,”
“Terserah lo deh,”

“Selamat malam teman-teman semua, Perkenalkan nama saya Angga ketua panitia lomba Romantic Cooperation. Kita akan segera memulai lombanya, tetapi saya anjurkan bagi yang sudah mempunyai pasangan atau lain katanya pacar atau yang sejenis itu sebaiknya jangan mengikuti lomba ini. Karena lomba ini akan menimbulkan percikan api pertengkaran diantara kalian sehingga bisa membuat hubungan kalian terombang-ambing akan ombak kecemburuan. Contohnya seperti saya, saya tidak akan mengikuti lomba ini karena saya sudah mempunyai kekasih tercinta dan saya tidak mau ada kata WAR diantara kami berdua karena mengikuti lomba ini,”

“HUUUUUUUUU” sorakan mahasiswa menggema setelah mendengar sambutan dari Angga.

“Tenang-tenang itu hanya contoh jangan bully saya. Nah sekarang saya akan membacakan peraturannya. Bagi yang sudah mendaftar silakan menuju ke tengah-tengah auditorium. Bagi laki-laki silakan mengambil tempat di sebelah kiri dan bagi perempuan silakan mengambil tempat disebelah kanan. Silakan berbaris dengan rapi sesuai dengan garis yang ditentukan. Barisan laki-laki menghadap ke kanan begitupun juga sebaliknya sehingga nantinya barisan laki-laki dan perempuan saling berhadapan.  Setelah lampu dimatikan digantikan cahaya temaram silakan maju 15 langkah dengan hati-hati dan dengan perhitungan setiap langkah akan saya pandu. Peraturan berikutnya akan saya bacakan setelah lampu dihidupkan kembali. Baiklah sekarang para peserta lomba silakan kerjakan sesuai peraturan yang sudah saya sebutkan tadi,”

“Ayo,” Desi menarik tangan Asti dan Eva, diikuti oleh teman-teman yang sudah ia daftarkan sebelumnya.
Desi berada dibarisan jajaran pertama dengan urutan dibelakangnya ada Eva, Asti, Erma dan Winda. Disamping kanannya juga ada barisan Three Buterfly yang dengan heboh mengikuti perlombaan apalagi mereka melihat laki-laki tampan didepan mata mereka. setelah semuanya terlihat berbaris dengan rapi, lampu pun di matikan diganti dengan cahaya temaram, lalu suara Angga kembali mengintrupsi.

“Baiklah langkah mulai saya pandu, 1... 2.... 3... 4.... 5... 6 ... 7... 8... 9... 10... 11... 12...13... 14....15. Yang laki-laki silakan hadap kanan dan yang perempuan silakan menghadap ke kiri,”

Lampu kembali dihidupkan, membuat para peserta terkejut dengan apa yang ada dihadapan mereka.

“Yang dihadapan masing-masing merupakan pasan kalian dalam lomba ini, tidak ada yang boleh bertukar pasangan”
.....
......
.......
“Lo...!”

_____________________________________

Hey hey hey
Author kambek
Nungguin vote dari kalian lama bet dah,
sedangkan jari author udah gatel pengen up Hufhhhhh
.
Udahlah ya abaikan syarat votenya, author sekarang mulai berpatokan sama banyaknya readers tengil yang baca tapi jarang vote😥
.
Usahakan vote sama coment ya😯
.
.
Jangan lupa juga follow author hwehehe

The Flow of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang