Berlari........
Ia terus berusaha berlari....
Berlari secepat yang ia bisa, tetapi tetap saja terasa lambat. Disekelilingnya hanya ada kegelapan menyelimuti.
Semua langkah yang ia lakukan seperti mengambang tanpa rasa.
Sia-sia....
Berteriak......
Ia berteriak sekuat tenaga, tetapi hanya sebuah gerakan bibir saja tanpa suara.
Bisu....
Matanya yang digenangi oleh air mata samar-samar melihat sebuah tempat yang terang.
Akhirnya sampai.....
Teringatlah bahwa tempat ini merupakan tempat yang ia kenal betul.
Sekolah ......
Dengan tugu peringatan pencapaian sebuah prestasi yang dibuat sedemikian rupa.
Ya...dia ingat...
Ia pun menangis bahagia, sudah merasa aman.
Tetapi itu hanya sementara....
Hingga makhluk yang mengejarnya tadi berada dibelakanganya melambaikan tangan dan tersenyum penuh akan makna...
*****
Seketika matanya terbuka dengan napas memburu dan keringat dingin yang memenuhi wajahnya. Ia bersyukur itu hanya sebuah bunga tidur, akan tetapi semuanya seperti nyata.Alarm pun berbunyi, menandakan bahwa sekarang sudah waktunya ia untuk bersiap-siap kembali keaktivitasnya sehari-hari.
Eva mengambil handphone dengan malas, lalu ia beranjak pergi ke kamar mandi untuk menyegarkan badannya.Hingga saat ini ia sudah ada diruang makan dengan keluarganya utnuk menikmati sarapan pagi. Eva memakan sarapannya dengan enggan.
“Kenapa Va? Kamu terlihat kurang sehat,” Kriya, sang ayah bertanya.
“Eh.. tidak Yah, Eva hanya memikirkan tugas kampus,” Eva menjawab sambil berusaha tersenyum.“Jalani aja dengan santai Va, kakak aja gitu. Dan sekarang udah nggak kerasa udah mau ujian Proposal aja,” Andi seakan mengerti akan perasaan adiknya.
“Iya Va, kamu jangan terlalu memikirkan hal itu. Malah nanti itu jadi beban buat kamu,” Dewi sebagai ibu memberikan nasihatnya.“Hmm iya Bu, ya udah Eva pamit dulu ya,” Eva lalu mencium kedua tangan orang tuanya begitupun dengan Andi.
“Sebenarnya apa yang kamu pikirkan Va? Kakak rasa itu bukan hanya sekedar tugas kampus,” ucap Andi.
“Bukan apa-apa kak. Ayolah kita berangkat nanti malah telat,”
Andi hanya bisa mengikuti perkataan adiknya.Perpusatakaan merupakan tempat yang paling damai dikampus, itu merupakan pemikiran dari seorang Asti.
Handset menutupi telinganya, berdendang musik klasik tanpa vokal. Sebuah novel bergenre romansa berada ditangannya, dibaca dengan hikmat. Menerjunkan dirinya dengan alur cerita yang ia baca, membuat semua emosi tokoh utama menjadi satu dengan emosinya sendiri.“Lemah !! kenapa ia harus mengorbankan dirinya sendiri demi seseorang yang selama ini menyakitinya. Bodoh!!” gumam Asti sembari mengusap genangan air yang ada dimatanya.
“Hehh.. dasar perempuan. Baperan sekali. Segitu aja udah nangis!!"
“Asgar.... lo merusak suasana!! Jadi ilang hubungan batin gue sama nih novel!!” ucap Asti lalu menutup novel yang ia baca dan mengembalikkannya ketempat semula.
“Lagian itu Cuma kisah fiksi, lo nya aja yang terlalu hanyut ama tuh story. Gue yang ikut baca aja nggak sampai senorak lo responnya,”
“Lo bacanya hanya di ending nggak usah bacot” Asti kembali mengambil sebuah buku, kini buku berjudul Pengantar Psikologi Pendidikan sudah ada digenggamannya.
“As, gue cari lo muter-muter keliling kampus sampai lelah letih lesu, ternyata lo ngumpet disini. Ditelpon nggak diangkat, disms nggak dibalas. Capek hayati !!!” Desi mengatakannya dengan napas terengah-engah.
“Sorry, hp gue di silent.” Asti mengabil hpnya dari tas yang ia bawa. Dan benar saja ada 9 pangillan tak terjawab dan 33 spam chat dari Desi.
“Ada apa lo tumben segila ini ngehubungin gue,” sambungnya lagi
“Gawat As... gawat...”_______________________________________
Hello guys
Udah segitu aja yang baca. Trimakasih yak udah baca cerita abal-abal ini wkwkwkw
.
.
.
Tapi jangam pelit dong sama bintangnya, kasihlah author bintang kuning dipojok kiri :'v (ngemis? Ehh bukan... hanya minta wkwkwk😂)
.
.
Salam hangat dari author :v
KAMU SEDANG MEMBACA
The Flow of Life
Teen FictionFirst story FYI : Typo bertebaran ! Aku kalau sampai waktuku ..... ________________________________ "Gue nggak mau berteman dengannya!!" "Dan ingatlah tidak semuanya sama..." "Kenapa harus seperti ini? Semuanya gelap...." "Bersabarlah kita akan memb...