Part 30

11 4 1
                                    

“Pagi sayang,”
Asti melihat Arjana sudah duduk diruang tamu sembari membaca koran ditemani segelas kopi hitam yang masih mengepulkan asapnya.
“Mama mana Pa?”
“Katanya tadi sih mau keluar sebentar kerumah temannya,”
“Mana oleh-olehnya!”
“Di dapur,”

Setelahnya terdengar langkah menjauh menuju tempat yang Arjana tunjukkan.
“Kenapa makanannya manis semua Pa?”
“Kamu sudah tau jawabannya As,”
“Iya-iya terserah papa,”
“Sini duduk dulu,”

Asti dengan setoples makanan ringan yang ada didekapannya mengikuti apa yang diminta oleh Arjana.
“Dan kebetulan kalian berdua sudah datang, ada yang mau papa bicarakan,”
Nata dan Satya yang baru saja datang dari joging menghampiri Arjana dan Asti.

“Maaf pa Nat yang salah nggak jaga Asti dengan benar, kejadian kemarin nggak akan terulang lagi pa, Nata berjanji”
“Satya juga salah pa, udah meninggalkan Nata dan Asti kemarin malam, coba saja aku nggak pergi meninggalkan mereka berdua”
“Tapi kan kak Satya udah memberikan kepercayaan buat ngejaga Asti ke Aku, jadi disini Nata yang salah pa,”
“Tapi Nat, kakak sebagai yang tertua seharusnya mempunyai rasa tanggungjawab yang lebih,”
Kedua pemuda itu menundukkan kepalanya tidak berani menatap mata papanya.

“Kalian berdua bersalah! Traktir aku makan bakso lava!”
“Nggak!” seru Nata dan Satya bersamaan menolak keinginan adiknya itu.

“Hei... Papa belum bicara apa-apa loh, kalian udah pada adu mulut. Satya, Nata, kalian sudah tau kesalahan kalian masing-masing. Kalian berdua sudah dewasa, papa nggak akan banyak memberikan ceramah, jangan diulangi lagi kecerobohan kalian itu. Dan Asti, matamu masih memerah kan, kamu tau apa penyebabnya?”
“Ya mana aku tau Pa, aku kira akan kembali seperti semula setelah aku terbangun,”

“Kalian ingat? Waktu kecil ketika kakek masih ada kejadian ini pernah terjadi, mata Asti akan terus merah padam seperti itu hingga tiga hari. Penyebabnya kalian tau kan?”
“Ingat Pa, kata kakek penyebabnya ada yang ingin menyakiti keluarga kita dengan ilmu hitamnya, tetapi tubuh Asti yang paling cepat merespect ,” jelas Satya
“Pada saat itu pengiriman ilmu hitamnya dengan perantara paket makanan yang kita pesan dari luar. Artinya, apa ada yang lagi mau membuat ulah pada keluarga kita Pa?” tanya Nata.
“Asti hanya bisa mendeteksi ilmu hitam itu dari makanan dan minuman yang ia makan dan minum,” ucap Arjana.

Nata mulai memeras otaknya, pikirannya terus memutar rekaman kegiatan adiknya kemarin, lalu seperti mendapat ingatnnya ia menatap Asti yang duduk disampingnya dengan serius,

“Tapi kemarin kan kita mesen makanan dari luar setelah mata merah padam Asti muncul, jadi ... kamu pada saat promnight makan apa aja As?!”
“Mmm.... aku makan manisan aja setelah lomba, dan....” Asti melebarkan matanya
“Dan apa?” tanya Satya yang tidak sabar akan jawaban dari adiknya itu.

“Maaf tuan, ada temannya non Asti yang namanya Desi dan Eva,” Bi Tini dengan sopan menyela percakapan antara ayah dan anak-anaknya itu.
“Ehhh... Desi sma Eva ya. Pa aku ketemu teman-temanku dulu, ini sangat penting urusan kuliah!”
Asti berlari meninggalkan Arjana dan kedua kakaknya itu.
“Nata, kamu sudah mendapatkan informasinya kan?”
“Sudah pa,” sahut Nata dengan sangat yakin.

Asti mengajak Desi dan Eva untuk menuju halaman belakang rumahnya. Bi Tini menyusul dengan tiga gelas teh hangat dan beberapa camilan ringan.
“Lo udah baikan kan As? Maaf kemarin gue nggak ada disamping lo,”
“It’s okay Des, gue nggak mau jadi penghalang pasangan yang sedang kasmaran,” gurau Asti.
“Btw As, maaf nih ya bukannya mau buat lo tersinggung. Yang gue tau dari sejak berteman sama lo, biasanya ya kalau mata lo udah berubah kaya gitu lo nggak akan bisa mengontrol diri lo sendiri. Nah sekarang bagaimana? Lo terlihat biasa-biasa saja,” ujar Eva yang ingin mengetahui fakta dibalik perbedaan keadaan Asti ketika dia tidak terkontrol emosinya dan sekarang malah biasa-biasa saja.
“Ehh, iya bener. Gue maunya juga nanya kayak gitu ke lo,” lanjut Desi.

“Tenang aja gue sekarang bisa mengendalikannya. Tapi gue mau ngasi tau kalian sesuatu,”
“Apa?” sahut Eva dan Desi
Asti menjelaskan kepada Desi dan Eva bagaimana mata merahnya itu tidak akan hilang selama tiga hari kedepan.
“Salah satu kemungkinan penyebab mata gue merah yaitu memakan manisan atau meminum jus anggurnya Lisa kemarin malam saat promnight,” Eva mulai menyimpulkan penafsiran dari penjelasan Asti
“Lo sih isi nikung minuman tetangga, kan kena azab lo nya.” oceh Desi
“Gue ngeliat ada yang aneh dari minuman itu, yaudah gue embat terus minum lagi sedikit. Dan efeknya sampai seperti ini.”
“Kok efeknya ke Lo? Lisa gue liat kemarin biasa-biasa aja, terus tadi pas otw kesini dapet liat Lisa dijalan ceria-ceria aja sama si Sani, atau kemungkinan karena lo yang nyerap semua ilmu hitamnya?” ucap Eva.
“Maybe, tapi kita lebihnya liat reaksi Lisa aja pas ngampus. Kalau ada gelagat aneh artinya dia juga kena,”
“Boleh tuh As, biar memastikan juga,” setuju Desi.

“Yang jadi pertanyaan sekarang, lo sejak kapan pacaran sama kakak gue!” tanya Eva dengan tatapan menyelidiki dan tangannya bersidekap didepan dada.
“Ehhh kok ke gue!”
“Jelasin Des, gue juga ingin mendengarnya walaupun itu info  tidak bermutu,” cetus Asti lalu meminum teh hangat yang dihidangkan.
“Dari kemarin setelah rafting, kak An yang nembak gue terus gue terima. Ya gitu ....”
“Terus..terus...” desak Eva
“Guyss... kalian dengar sesuatu? Ada yang ketakutan”

Seruan Asti membuat kedua temannya merenggut bingung.
“Jangan bilang itu bisikan setan As?” tangan Eva yang tadinya bersidekap sekarang sudah berhasil memeluk sebelah tangan Desi.
“Bukan ini lain,”
“Kimmy...Kimmy... kamu dimana sayang”
“Itu suara nyokap lo As,” ucap Desi.

-‘sembunyi...sembunyi..’-
“Huaaa anjingg!!!!!” Eva berhasil melompat keatas meja tempat teh dan camilan dihidangkan.
Anjing berjenis golden retriever menyusup kedalam taman hias disamping kolam renang.
(Btw author lupa dari awal cerita kalau di halaman belakang rumah Asti juga ada kolam untuk berenang ya readers)

“Ehh.. ada Asti, Desi dan.... Eva kenapa diatas meja? Ayo turun, nanti kamu jatuh loh”
“Selamat pagi tante,” sapa Desi
Eva yang tertangkap basah sedang berada di atas meja turun dengan segera.
“Tadi Kimmy kesini nggak?” tanya Anjani
“Bentar Ma,”
Asti menghampiri makhluk yang sedang ketakutan itu.
“Namamu Kimmy? Namaku Asti. Sini keluar,”

Dengan ekor yang masih menekuk kebawah anjing itupun berjalan ragu menuju Asti yang sedang merentangkan kedua tangannya.

“Anjing pintar,” Asti mengelus lembut bulu lebat dari Kimmy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Anjing pintar,”
Asti mengelus lembut bulu lebat dari Kimmy.
-‘aku takut dengan orang yang mengejutkanku,’-

“Mana anjing itu Ma?” tanya Nata
“Tuh,” Anjani menunjukkan kearah Asti yang menuntun Kimmy untuk mendekat padanya.
“Minta maaf sama Kimmy sekarang kak, udah tau dia baru sampai disini malah dijahilin,” ucap Asti.
“Darimana kamu tau As?”
“Ehh iya ya, tadi aku bisa tau apa yang Kimmy katakan Ma,” jelas Asti
“Lo bisa bahasa binatang?” Desi membuat orang-orang yang ada disekitarnya menatap Asti dengan pertanyaan yang sama dikepala mereka masing-masing.
Asti memastikan dengan mendekati Kimmy kembali.
“Tapi sekarang kok nggak bisa ya?”
“Mungkin imajinasi lo aja kali,” ucap Eva.

“Maybe,”
__________________________________

Wadidap author kembali gessss
.
Nunggunya lama ya?
.
Makanya Don't forget vote coment and follow :v😋

The Flow of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang