Part 7

51 4 2
                                    

Segelas kopi mengepulkan asapnya pertanda kopi itu baru saja selesai diseduh. Setoples kripik kentang pedas berada didekapan lelaki yang kini sedang duduk sambil menonton siaran tv.

“Kamu tadi dapat kerumah sakit ya As?” tanya Nata lalu meminum kopinya.

Asti yang baru saja sampai rumahnya langsung duduk didekat kakaknya itu.

“Kok ayam?” tanya Asti seraya mencomot sebuah kripik kentang.
“Tadi kakak liat kamu lari-lari, tapi karna ada pasien ya kakak cuekin aja. Kakak pikir itu cuma jiwamu aja yang sedang jalan-jalan sedangkan tubuhmu masih ngorok ditempat tidur,” canda Nata.

“Ehhh lambemu kak nyumpahin aku mati? Jugaan bukan indigo jadi nggak usah sok-sokan bisa liat yang begituan. Sini toples kripiknya, anggap aja ini sebagai permintaan maaf,” Asti merampas toples kripik dari Nata lalu berlari menaiki tangga menuju kamarnya.

“Sialan.... As kembalikan toplesnya...” teriak Nata yang merasa belum puas memakan kripik kentang pedas yang tadi ia beli.
“Siapa bilang kakak nggak pernah liat yang kayak begituan. Kakak pernah liat di film horror yang ditayangkan ditv,” teriak Nata kembali. Nata hanya bisa menatap segelas kopi yang masih setengah.

Seharusnya ia membeli kripik kentang yang manis saja tadi, karena Asti pasti tidak terlalu suka. Atau ia membeli dua toples kripik kentang pedas, satu untuknya dan satu untuk Asti. Apa daya sekarang makanan itu sudah lenyap dari genggamannya
Selang beberapa menit Asti kembali turun menemui Nata.

“Itu mah hantunya fiksi, yang nyata rupanya lebih wow. Dan nih aku kembalikan toplesnya.” Ucap Asti lalu melayangkan sebuah toples yang ditangkap dengan mulus oleh Nata. Setelah itu ia kembali ke kamarnya.

Nata menatap nanar toples kosong yang ada ditangannya. Ingin rasanya ia mengumpat pada Asti. Dipikirannya telah terukir kata-kata yang sedemikian rupa untuk diberikan pada adik bungsunya itu.

“Nat, nih kakak bawain tiga toples kripik ubi. Ada yang manis, tawar dan pedas,” ucap Satya yang kini menaruh tas belanjaannya di meja ruang tamu.

Bagaikan sebuah kilat, Nata menyambar toples kripik ubi manis lalu dipeluknya dengan sangat erat.
“Aku tak akan melepas engkau lagi baby, tak akan ku biarkan engkau diambil oleh tangan gadis devil itu, akan segera aku simpan kau didalam perutku ini. Dan terima kasih ku ucapkan pada kakaku tersayang, engkau telah membawakanku sebuah makanan lezat” ucap Nata sambil mengelus-elus toples yang ia peluk.

Satya melihat adiknya itu dengan geli. Sepertinya adiknya ini sudah bergeser otaknya beberapa senti dari tempat semula.
Nata menatap Satya dengan tak suka.

“Kak Sat jangan berpikir seperti itu, aku bisa membacanya,” Nata lalu pergi menuju dapur.

Satya hanya bisa tersenyum dan menggelengkan kepalanya, ia   lupa akan kehebatan adik sulungnya itu bisa membaca pikiran siapapun yang ia tatap.

Asti sekarang sedang menatap video yang ditayangkan dilayar komputer, dengan setoples besar kripik kentang pedas ada dipelukan. Setelah merampas kripik kentang dari Nata, ia berlari kekamar untuk mengambil toples kosong bekas kripik singkong yang ada dikamarnya, untung saja kemarin ia tak jadi membuang toples itu, jadi sekarang ada gunanya. Toh juga Nata tadi berteriak untuk mengembalikan toples, ya sudah Asti berikan toplesnya saja.

“Lo ngapain ngikut gue sih? Balik sono kerumah sakit,” ucap Asti pada sosok arwah lelaki  yang duduk di sofa bench miliknya.

Mau disini aja dulu, btw dirumah lo banyak penjaganya. Gue sampai capek minta ijin satu-satu sama semua penjaga. Malah serem-serem lagi. Semuanya ngasih pertanyaan sulit-sulit. Terutama yang ada di pintu depan. Untung sebelum koma gue dapat belajar dulu, jadi semua pertanyaan terjawab dengan mantap,’ sahut sosok laki-laki itu.

“Siapa suruh ngikut salah sendiri kan, jugaan ngapain sih jalan-jalan nggak jelas gini. Kembali aja ke tubuh lo,” Asti kembali mencerca.

Ya pengen kayak gini aja dulu. Jugaan asikan kayak gini bisa nembus tembok, bisa jalan-jalan tanpa mengenal lelah, dan dengan hanya menghirup aroma makan dan minuman gue bisa merasakan makanan dan minuman itu hebat kan  hehehe,” jawab sosok itu lagi

“Serah lo dah, yang penting jangan bikin ulah. Terus nama lo siapa?” Asti kembali menatap layar komputernya.

Asgar,’

Asti menganggukkan kepala, lalu bangkit dari duduknya.

Mau ke dapur ya. Boleh minta segelas kopi dingin?’ ucap Asgar

“Nyusahin lo,” kesal Asti lalu keluar dengan sedikit membanting pintu kamarnya.

______________________________________

Author boleh minta sesuatu nggak?
.
.
.
Votmen dong.
Segala kritik dan saran diterima dengan terbuka hwehehehe :v

The Flow of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang