Part 20

19 4 0
                                    

Tema masakan anak rumahan.

Setiap kelompok mahasiswa terlihat sedang sibuk bergulat dengan peralatan yang ada didepan mereka. Dari kelompok memasak adem ayem yang melakukan kegiatan memasak sunyi hanya tangan dan pikiran yang bekerja, sampai kelompok memasak jerit histeris yang pada saat masak 80% berteriak alay, 10% saling menyalahkan, dan hanya terhitung 10% bekerja sama untuk menghasilkan sebuah makanan. Tetapi ada juga kelompok memasak santuy yang memasak sambil berbincang-bincang, seperti kelompoknya Asti.

“As potong kentangnya, Eva ulek bahan-bahan yang tadi gue suruh, Gery potong bawangnya, Petrik potong daging ayamnya jangan terlalu kecil-kecil, dan Lisa bantu gue masak nih ketupat,” Desi mengambil alih kelompoknya dalam kegiatan memasak ini. Tujuan mereka membuat kari ayam kentang dan tentu saja Desi yang membawa resep dari rumahnya.

Asti memotong kentang sembari bersenandung pelan. Mengupas dan memotong kentang membentuk kubus merupakan kegiatan yang sangat dinikmati oleh Asti. Eva dengan semangat mengulek semua bahan yang sudah disuruh Desi, dengan kedua tangan dan kekuatan penuh Eva menghaluskan bahan-bahan tersebut. Petrik dengan cekatan memotong daging ayam, dari sayap hingga paha ia potong dengan khidmat. Sedangkan Gery terlihat menangis bombay ketika memotong bawang dengan pisau kecil yang ada ditangannya.

Petrik yang berada disamping Gery melihat temannya itu sesekali mengusap air mata yang jatuh melewati pipi dan mendongakkan wajah keatas agar air matanya tidak jadi jatuh.
“Ger, lo habis diputusin pacar atau ditolak doi karena kegantengan lo dibawah standar? Jangan nangis gitu dong malu sama tetangga sebelah”
“Bacot Pet, mulut lo mau gue goyang pakek bawang?” Gery mengatakannya sembari mengusap kembali air mata yang jatuh melewati pipinya.
“Maunya digoyang sama bibir bohaynya Asti aja deh,”

“Mulut lo mau gue robek?” seru seseorang
Bagaikan sebuah instruksi semua gerakan terhenti sesaat, mereka beralih menatap sebuah sumber suara yang menurut mereka horror. Dua orang laki-laki berdiri di belakang mereka, yang satu memasang wajah sangar dan satunya lagi memasang wajah tersenyum manis.

“Slow kak, gue cuma bercanda,” sungut Petrik dengan menampakkan cengiran dan dua jari membentuk huruf V.
Nata terkekeh mendengar jawaban dari Petrik ia tak lagi menampakkan wajah sangarnya.
“Kalian masak apa? Bisa gue bantu?” tanya Arsa.
“Sini kak, potongin bawangnya. Gue udah nggak tahan mau cuci muka,” seru Gery, ia lalu berlari mencari air untuk membasuh majahnya.
Arsa menghampiri tempat Gery memotong bawang yang masih tersisa banyak, ia memperlihatkan kelihaianya mengiris setiap bawang, hingga tak butuh waktu lama semua bawang sudah terpotong dengan rapi.

“Gilaaa.... jebolan F&B Product gagahnya bukan main,” ucap Patrik kagum akan kecepatan Arsa.
Arsa yang merasa disanjung memperlihatkan senyum gigi putihnya lalu berkata dengan rendah hati,
“Sudah biasa,”
“Desi, kakak bantu apa lagi nih?” Arsa kini mendekati Desi yang berjongkok meniup bara api dikayu bakar yang tak kunjung menampakkan kobaran api.
“Ini nih kak, kayunya ngajak julid,” Desi masih saja meniup kasar bara api tersebut.
“Sini biar kakak aja, kamu kerjakan yang lain,” Arsa berjongkok didepan tungku lalu memulai aksi heronya.

“As, sini kakak aja yang motong. Nanti tanganmu berdarah kan brabe,” Nata duduk didekat Asti ingin mengambil alih bagian kerja adiknya.
Asti memberikan tatapan malasnya dengan satu alis kanan ditarik keatas, “Nggak usah ngerancu!” batin Asti.

Nata mendengus membaca pikiran adiknya itu, dia kan hanya bermaksud baik. Tapi apa daya kebaikannya yang seperti air susu dibalas dengan air selokan oleh Asti.

“Kakak cogan bantuin kita aja ya, dari pada bengong caem,”
Tiga orang perempuan yang memakai pakaian modis menghampiri Nata. Three Buterfly
“Iya kak bantu aku yang cantik ini aja, dari pada bantu mereka yang kehidupannya sudah biasa dengan hal seperti ini, kita butuh bantuan kakak cogan” ucap Derbi merajuk
“Pokoknya kakak cogan ikut kita !” ucap Loly yang dengan pedenya menarik tangan Nata menuju tempat kelompok mereka memasak.

Nata yang diseret secara paksa menatap balik Asti seakan berkata, As-tolong-kakak!
Asti mengulum senyuman, menahan tawa melihat nasib kakaknya lalu berteriak,
“Hati-hati aja diperkosa tiga mak lampir .....”

_______________________________________

Ohoyyy author comeback
Inget vote and coment yo
.
Author tuh sukanya bintang kuning dengan sejuta harapan dibandingkan bintang kosong dengan sejuta kehampaan :'v
.
Inget follow author juga hwehehehehe

The Flow of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang