Part 15

26 3 0
                                    

“As gue sama lo duduknya ya”
“Desi. Lo kok ada disini. Nggak salah bus kan? bukannya ini bus untuk Bahasa Daerah?”
“Gini nih orang yang tidak peka akan keadaan sekitarnya. Nohh liat sekeliling lo, semua mahasiswa jurusan sudah dikelompokkan. Jadi dalam satu bus ada beberapa campuran mahasiswa jurusan. Lo juga belum taukan rundown acaranya, nih gua bawain,” Desi memberikan selembar kertas yang bertuliskan judul RUNDOWN ACARA.

“Jadi ada acara Rafting juga? Mendingan diganti dengan acara renang gue lebih suka,” ucap Asti sembari membaca  kertas yang ada digenggamannya.

“Ini acara kampus bukan acara lo As. So... jadi nikmati aja,” jawab seseorang.
“Va, lo juga disini?” tanya Desi
“Ya begitulah, setidaknya gue kenal kalian dibus ini” jawab Eva lalu duduk didepan Asti.

“Heyy bu Kor, kita bertiga juga disini!”
“Gery, Lisa, Petrik.”
Gery memperlihatkan senyum pepsodent, Petrik mengangguk-anggukan kepalanya, dan lisa hanya tersenyum

“Heii, gue Lisa,”
“Eva, duduk sini Lis,”
Lisa duduk disamping Eva, sedangkan Gery dan Petrik duduk dibelakang Asti dan Desi.

Perjalanan ditempuh selama dua jam. Asti menikmati perjalanan dengan memejamkan mata sembari menikmati musik dari aerphone yang ditempelkan ditelinganya, sedangkan Desi tak henti-hentinya mengabadikan moment didalam bus dengan camera cannon yang ia bawa.

“Mahasiswa semua, kita sudah sampai ditempat start haiking. Jadi bawa barang-barang yang kalian, sedangkan untuk bahan makanannya silakan kumpulkan dipos yang sudah disiapkan nanti akan diangkut oleh panitia,” ucap Redy selaku dosen pengawas.

Semua mahasiswa bergegas menyiapkan dirinya dan keluar dari bus dengan rapi.

“Lisa, bagaimana kalau bapak bawakan saja ya barang-barangmu semua, agar kamu tidak capek nanti haikingnya,” kata Redy
“Hmmm... tidak pak terimakasih, biarkan saya saja yang bawa,” tolak lisa dengan sopan

Lelaki yang berumur 40 tahun itu hanya tersenyum dan mengerlingkan sebelah matanya, lalu pergi menghampiri dosen yang lain.

“Ada apa dengan pak Redy, akhir-akhir ini ia selalu meperhatikanmu Lis.” Gery memandang aneh kepergian dosen pengawasnya itu.
“Suka sama Lisa,” Asti berkata dengan spontan
“Lo tau darimana?” Patrik mulai tertarik dengan perkataan Asti.
“Asgar” kata Asti kembali
“Siapa Asgar? pacar lo? Supir lo atau tukang kebun lo?” Gery menebak dengan asal

Asgar yang berada disamping Asti, mendengar dengan jelas apa yang dikatakan Gery. Untuk kata pacar sih nggak masalah, malah ia senang. Tapi kata supir dan tukang kebun sedikit membuat ia tersinggung.
Seandainya ia sekarang mempunyai raga, teman Asti itu sudah dipukul habis-habisan olehnya. Dan mungkin ada cara lain untuk membalas perkataan yang menyinggungnya itu, dengan membawa Gery ke dalam alam yang sama dengannya. Alam gaib. Itu ide yang tidak buruk kan?

Tapi keinginannya Asgar tidak akan terpenuhi, keberaniannya sedikit menciut kala Asti menatap dirinya dengan tajam.

“Bukan siapa-siapa,”
“Sudahlah, kenapa jadi ngomongin orang dibelakang. Biarkan saja Pak Redy seperti itu, mungkin jiwa mudanya kembali bangkit. Toh juga gue nggak suka dengannya, jadi nggak usah terlalu dihiraukan,” ucap Lisa menengahi

“Lebih baik kita mulai haiking saja, atau kita akan menjadi yang paling belakang sampai ditempat tujuan, gue dengar pemandangan disana sangat bagus” seru Eva dengan semangat.

Tanpa mereka sadari seseorang yang berada disisi lain bus, mendengar percakapan mereka dengan lengkungan seringaian.

Akhirnya mereka berenam memulai haiking. Ditengah perjalanan mereka dikejutkan oleh dua orang pemuda.
“Heii kita ketemu lagi, saat itu kita belum kenalan nama ku Arsa,” Arsa mengulurkan tangannya pada Desi.
Desi membalas uluran tangan dari Arsa.
“Ehhh iya, kakak kan yang pas itu sama kak Satya. aku Desi kak dan ini Asti yang pas itu juga kakak liat dimall sama aku. Dan itu Eva, Lisa, Gery dan Petrik,”

“Kak Nata juga disini?”
“Ya begitulah Des, Asti sini tasnya kakak bawain kamu nggak boleh terlalu capek” Nata menghampiri Asti.
“Aku masih kuat kak, jangan terlalu overprotektif gitu. Jijik aku tau!” Asti lalu berlari kecil menjauhi Nata.
“Woiii... jangan lari As....” Nata pun mengejar Asti dengan mudah menggunakan langkahnya yang lebar.

“Kenapa kak Arsa bisa ikut acara ini?”
“Aku salah satu sponsor acara kalian ini, jadi diundang untuk ikut. Yah hitung-hitung dapat refrehsing,” jawab Arsa

“Wah Asti bawa penjaga juga kesini, dasar anak mami manja,” gurau Gery yang berjalan dibelakang.

Plukkk....
“Awsss, siapa yang nimpug gue pakek batu? Usil anjir!” teriakan Gery hanya dijawab gelengan dari teman-temannya.
Ia pun menoleh kanan kiri, tak ada siapapun. Ia sadar bahwa ia berjalan dibelakang teman-temannya, dan mahasiswa lainnya berada jauh dibelakangnya. Sekelebat pemikiran ada dibenaknya membuat dirinya merinding sendiri.

“Minggir gue mau ditengah kalian aja jalannya,” Gery menyeruak kumpulan teman-temannya, dan mencari tempat yang menurutnya aman.

Sedangkan si pelaku tertawa dengan puas, melihat ekspresi dari korban.

Akhirnya gue tau cara membalas perkataan bodohnya itu,’ ucap Asgar.

______________________________________

Eitss sebelum menggulir slide berikutnya pencet dulu nohhh bintang di pojok kiri, katanya bosen warna monoton pengennya diwarnai sama warna kuning
.
.
Follow author juga whehehehe
.
(Readers : "Bacot lu thorrr!!!!")

Okay silakan lanjut dah :'v

The Flow of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang