Part 6

49 4 0
                                    

Terlihat Eva terbaring di ranjang pasien. Sedangkan  Andi, Delta dan Desi duduk di sofa yang ada diruangan tersebut.

“Bagaimana keadaan Eva?” ucap Asti yang kini duduk disamping Andi
“Eva mengalami cedera kepala tingkat sedang,” jawab Andi
“Bagaimana kecelakaannya bisa terjadi Kak?”

“Tadi waktu mau pulang mengantar Eva kakak melajukan mobil dengan kecepatan rendah, Eva terlihat sangat pendiam tidak seperti biasanya. Kakak pikir dia masih terpengaruh dengan ucapan yang dikatan oleh Derbi. Tiba-tiba ia berteriak hingga kakak membanting stir kekiri hingga menabrak pohon besar disamping jalan. Mobil kakak tidak terlalu rusak parah, kakak juga tidak ada yang luka. Entah kenapa Eva bisa terluka seperti itu,” Andi menjelaskan secara detail sambil mengusap wajahnya dengan gusar.

“Nanti kalau Eva sudah siuman, kita tanyakan langsung saja,” kata Desi
Asti lalu menghampiri Eva yang  masih terlelap dengan selang infus menghiasi tangannya. Ia memiliki firasat, tetapi itu belum pasti antara baik dan buruknya.

“Eva harus dijaga secara intens. Ada yang mendekatinya,” celetuk Desi.
Andi menatap Desi dengan pertanyaan besar yang ada dibenaknya.

“Gue nggak tau, makhluk itu bermaksud baik atau jahat. Tetapi ia semakin dekat dengan adik lo,” Delta menambahkan perkataan adiknya.
Eva perlahan membuka matanya. Dilihatnya Asti sedang berdiri disampingnya menatap dengan lekat.

“Eva udah sadar kak,” ujar Asti. Andi, Delta dan Desi lalu bergegas menghampiri.
Andi membantu adiknya untuk duduk.
“Apa kamu sudah merasa baikan?” tanya Andi

“Hanya masih merasa sedikit sakit di kepala,” Eva memberitahukan dengan menyentuh lukanya yang diperban.
“Kak An bisakah kita pulang secepatnya?” lanjut Eva bertanya pada Andi.
“Gue panggil dokter dulu ya An,” ucap Delta lalu pergi mancari dokter yang menangani Eva.

Setelah dicek oleh dokter, Eva dinyatakan boleh pulang

Rumah dengan berdesain tradisional tapi terkesan mewah menyambut Asti. Tidak lupa dengan kolam ikan dan pancuran air yang ada dihalaman tengah.

Asti merasakan aura positif terpancar. Tak ada tanda-tanda makhluk yang memiliki aura jahat disekitar rumah, hanya terlihat sosok siluet  yang bertubuh sangat tinggi menyerupai sebuah batang pohon yang besar.

Tingginya melebihi tinggi rumah, dengan kaki saling berdempetan bergerak lambat. Dan sosok tersebut merupakan penjaga yang memang sedari dulu tetap berada dirumah Eva.

“Ibu sama bapak lo lagi kemana Va?” tanya Desi.
Sekarang Desi dan Asti sudah ada dirumah Eva, mereka duduk sambil berbincang-bincang diruang tamu. Sedangkan Delta kembali ke kampus untuk menyelesaikan urusan proposalnya.

“Mereka lagi keluar kota kondangan, katanya anak dari temen Ibu ada yang nikah,” sahut Eva

“Ini diminum dulu,” Andi membawakan empat gelas teh hangat dan sepiring biskuit untuk mereka.
Desi dan Eva meminum teh yang disajikan oleh Andi, sedangkan Asti tidak bergeming sedikitpun, ia diam tetap fokus dengan satu hal.

“Sebaiknya lo sekarang ceritain Va,” ucap Desi
“Tadi waktu dijalan gue merasakan ada yang mengikuti mobil kami, gue hanya diam untuk berkonsentrasi merasakan aura itu. Sampai dipersimpangan jalan tiba-tiba ada seorang gadis yang muncul didepan mobil, dengan refleks gue berteriak. Yang gue ingat gadis itu memakai pakaian tradisional. Saat pulang dari dirumah sakit juga gue kembali merasakan aura yang sama. Akan tetapi setalah memasuki gerbang rumah, aura tersebut seakan lenyap. gue menjadi merasa sangat aman,” jelas Eva.

“Ya karna dia nggak berani masuk,” Asti berkata dengan santainya.
“Maksudmu As?” Andi tertarik akan perkataan Asti.

“Dia takut akan sosok penunggu. Rumah ini  memang ada penjaganya, semua hal negatif yang mau masuk kerumah akan dia halangi. Ia tidak akan membahayakan kalian yang ada disini malah menjaganya. Dia seakan tidak senang jika ada orang atau makhluk lain yang beraura negatif dekat dengan rumah ini. Beruntunglah kalian dengan adanya sosok penunggu itu. Sekarang ia sedang ada disini juga menemani kita, tuh dibelakangnya kak Andi,” Asti menunjuk arah belakang Andi dengan dagunya, lalu mengambil sepotong biskuit yang mau ia makan.

Semua yang mendengar ucapan dari Asti bergidik ngeri. Bagaimana tidak, mereka sedang bersama sosok yang tidak terlihat. Sedangkan Asti menjelaskan dengan tenang, sepertinya ia senang mengobrol dengan sosok tak terlihat tersebut.

“Katanya dia, kalian tenang aja dan lanjutkan acara ngetehnya. Ia sekarang mau pergi keliling mengawasi rumah,” lanjut Asti.
“Btw, makasi As udah jadi sang penerjemah” Desi dengan gemetar kembali meminum tehnya.

Asti hanya menganggukkan kepalanya dan kembali memakan biskuit yang ia ambil.

______________________________________

Maaf ya author nggak nentu update nya. Gara-gara banyak tugas akibat diliburan mendadak huhuhu :'(

Kalian sukaan yang mana nih :
a. Sekolah / ngampus seperti biasa
b. Diliburkan tetapi dikasi tugas numpuk

Yang mana ayo?

Ingat Votmen readersku :3

The Flow of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang