Part 26

26 3 3
                                    

“Lo...!”
“Astaga God..... kenapa lo bisa ada dihadapan gue” Arsa memandang Asti dengan tatapan sedih sekaligus kesal.
“Hei kak An,” ucap Desi dengan gembira
“Hei juga pasanganku,” Andi pun tersenyum manis
“Semoga kita bisa menjadi partner yang baik cantik,” kata Nata pada Erma
Erma hanya bisa mengangguk tersipu malu.
“Kenalin namaku Leksa kak,” Leksa mengulurkan tangannya
“Aku Satya, senang berkenalan denganmu,” Satya pun membalas uluran tangan dari gadis yang terlihat sedikit pucat itu .
“Pokoknya kita harus jadi yang terbaik Ta,” seru Winda
“Pasti Win,” Delta pun tak kalah semangatnya
“Kamu jangan gugup gitu dong Va, santai aja sama kakak,” ucap Garba yang melihat tingkah Eva seperti cacing kepanasan.
“Eh iya kak,” Eva berusaha menenangkan degup jantungnya.

“Anjirrr... kenapa kita dapetnya yang beginian Ger,” bisik Petrick yang mendapat pasangan Derbi.
“Udahlah terima Pet, Kita ikuti lomba babak pertama aja. Pura-pura nggak bisa dansa atau pas kita dansa sleding aja tuh cewek biar kita kalah. Untuk sekarang bersikaplah seperti biasa.  Toh nih dua cewek cantik juga kalau dilihat-lihat. Jadi nikmati sisi positifnya aja dulu,” jawab Gery.
Mereka berdua pun mendapat delikan amarah dari pasangan masing-masing.

“Peraturan selanjutnya yaitu setiap pasangan akan mendapatkan sebuah tali tambang yang berbentuk lingkaran yang akan ditaruh di lantai. Ketika musik diputar berdansalah bersama pasangan kalian masing-masing, setelah musik berhenti silakan masuk kedalam lingkaran tali tambang bersama pasangan kalian. Setiap babak, tali tambang yang berbetuk lingkaran tersebut diameternya akan semakin mengecil. Siapapun yang bisa bertahan sampai lingkaran tali tambang terkecil dialah pemenangnya. Apakah semua peserta sudah siap lahir batin?”
“Siap...!!”
“Oke. Musik mainkan irama mu...!”

Alunanan musik Thinking out Load vocal by Ed Sheeren memenuhi ruangan prom night malam ini. Semua pasangan sudah mulai berdansa, kecuali satu pasangan.

“Gimana caranya melakukan gerakan dansa atau hal semacam itu,” bisik Asti
“Lo beneran nggak bisa dansa? Lo udah 19 tahun bisanya apa aja?”
“Tidur”
“Astaga lo benar-benar ya!”
“Terus gimana sekarang?! jugaan gue maunya tadi nggak jadi ikut!”
“Tangan kiri lo taruh di bahu gue, terus yang kanan pegang tangan gue. Lo jangan kaku gitu, ikuti irama gerakan gue,”

Asti mencoba mempraktekkan apa yang disuruh oleh Arsa, tetapi ia kembali merasa canggung kita tangan kanan Arsa menarik pinggangnya untuk mendekat.
“Ingat jangan kaku,”

Asti hanya bisa menunduk dan memandang kearah lain untuk menghindari bersitatap mata dengan Arsa, apalagi dengan jarak sedekat itu.

Musik pun berhenti. Dari 25 pasangan hanya 15 pasangan yang masih bertahan, tidak termasuk Gery dan Petrick karena mereka berhasil melancarkan rencana licik mereka.
“Oke hanya ada 15 pasangan yang tersisa, Panitia silakan ganti talinya. Dan ayo kita lanjutkan,” ujar Angga.

Musik kembali bergema setelah lingkaran tali tambang diganti menjadi lingkaran lebih kecil dari sebelumnya. Setiap pasangan semakin menikmati setiap gerakan bersama pasangan mereka masing-masing.

“Lo gugup ya deket gue?” Arsa membuat Asti seketika mendelikkan mata padanya.
“Nggak! Perasaan lo aja kali!”
“Terus ngapain dari tadi buang muka terus? Nggak bisa tahan ya terpapar cahaya ketampanan gue ini?”
“Najong tralala. Kepedean lo harus dikuras habis kayaknya!”

Musik seketika berhenti membuat para pasangan dengan cekatan meraih pasangan masing-masing untuk memasuki lingkaran tali tambang. Hanya ada 6 pasangan yang bisa memasuki lingkaran tali tambang yang telah disediakan. Pasangan tersebut adalah Satya & Leksa, Nata&Erma, Andi&Desi, Garba&Eva, Delta&Winda, dan pastinya Arsa&Asti.

“Ternyata masih ada 6 pasangan yang bisa melewati babak kedua, bagaimana kalau kita lanjutkan saja?”
“Maaf!” seru Satya dan Nata bersamaan membuat semua mahasiswa beralih fokus menatap mereka.
“Ya bagaimana?”
“Sepertinya saya tidak bisa melanjutkan lomba ini karena pasangan saya terlihat kesehatannya kurang fit,” Leksa menatap Satya tak percaya, lelaki itu ternyata memperhatikannya sedetail itu.
“Saya pun juga tidak bisa melanjutkan lomba ini, anda bisa melihat pasangan saya ini kan?” Nata menopang Erma yang terlihat kesakitan karena kakinya kram.
“Baiklah, kalian bisa meninggalkan tempat perlombaan. Silakan bawa pasangan kalian masing-masing menuju ruangan sebelah kanan auditorium ini untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut”

Nata dengan setia memapah Erma keluar dari tempat perlombaan begitupun dengan Satya. Mereka bersama-sama mencari tempat yang sudah ditunjukkan oleh Angga.
Panitia kembali mengganti lingkaran tali tambang menjadi lingkaran sangat kecil.

“Ayo kembali mainkan musiknya!” seru Angga.
Musik kembali dimainkan dengan lebih lama. Membuat keempat pasangan semakin hanyut dengan gerakan dansa mereka masing-masing mengikuti alunan merdunya musik yang mengalun lembut.

“Desi cantik ya hari ini,” Arsa yang masih melakukan gerakan dansa dengan Asti melirik Desi yang berdansa dengan Andi tak jauh darinya.
“Sahabat gue memang cantik,” ucap Asti.
“Lihat tuh senyumannya, gula aja bisa kalah,”
“Lo dansanya sama gue sekarang, jadi jangan jelalatan liat orang lain nanti malah lo nggak fokus sama gerakannya!”

Perkataan perempuan yang ada didepan matanya sekarang, membuat Arsa memamerkan senyum smirknya.

“Lo cemburu ya, kelihatan banget tau,”
“Apaan sih! Nggak ya!”
“Udahlah ngaku aja. Cewek ribet bener mau jujur,” Arsa terkekeh melihat semburat merah samar-samar terlihat dipipi Asti.
“Lo! Bisa nggak buang sifat nyebelin lo hari ini!”
“Jangan alihkan pembicaraan. Ngaku aja sekarang lo cemburu kan,” Arsa masih tetap menggoda Asti untuk jujur dengannya.
“Nggak!”
“Iya pasti”
“Nggak ya!”
“Pasti...

Musik terhenti seketika sebelum Arsa menuntaskan ucapannya, membuat Arsa gelagapan menggendong Asti ala bridal style lalu memasuki lingkaran tali tambang dengan kaki  kanan dinaikkan sehingga hanya kaki kiri yang menapak dilantai. Lingkaran tali itu pun hanya bisa menampung satu ukuran sepatu pantofel yang ia pakai sekarang. Sedangkan Asti tanpa sengaja melingkarkan kedua tangannya pada leher Arsa dan menutup kedua matanya, ia takut akan keadaannya sekarang yang mungkin posisi tersebut bisa membuatnya terjatuh pada ketinggian satu meter dari permukaan lantai.

“Wow, kita sudah mendapatkan pemenangnya. Berikan aplause untuk pasangan teromantis malam ini,”
Terdengar riuh tepuk tangan saling bersahutan dan juga suitan-suitan menggoda dari beberapa mahasiswa.

Arsa yang sudah tau akan kemenangan yang ia peroleh menurunkan kaki kanannya kembali. Ia beralih menatap Asti dalam gendongannya yang masih menutup mata. Satu kalimat yang ada dipikirannya.
Kalau dilihat sedekat ini, ternyata Asti manis juga ya,”

Kelopak mata yang ia tatap terbuka secara perlahan, memperlihatkan mata hitam legam milik Asti membuat siapapun melihatnya menjadi tenggelam akan gelapnya manik mata itu.

“Bisa turunin gue nggak?” ujar Asti membuat Arsa kembali kealam sadar, lalu menurunkan Asti dari gendongannya.
“Lo berat tau!”
“Ya, semoga tangan lo nggak patah!”
“Heiii, kalian pasangan romantis, ayo naik keatas panggung,” seru Angga.

“Maksudnya?” Tanya Asti masih tak mengerti.
“Kita menang tulul,” Arsa menjentik pelan jidat Asti.
“Beneran?!.... semoga hadiahnya voucher makanan!” seru Asti dengan riang.
“Pantesan gendot,” gumam Arsa
“Apa lo bilang!”
Arsa dengan segera mengalihkan pembicaraan sebelum gadis didepannya ini kembali menampakkan sisi devilnya,

“Ehh nggak. Kita keatas panggung aja ayo.”

______________________________________

Author lanjut up melihat dari banyaknya readers ya :v.
Jadi tunggu aja kelanjutannya.
.
Jangan lupa vote&coment storynya dan follow yang buat juga.
.
.
See you :)

The Flow of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang