Part 17

27 3 0
                                    

Arsa menatap balas Asti yang semakin mendekatinya, tapi ia merasakan aura mencekam membuat dirinya menjadi sedikit demi sedikit memundurkan langkahnya menjauhi Asti.

Entah mengapa keberanian dari Arsa menurun setelah melihat mata merah padam Asti. Arsa terus saja memundurkan langkahnya, hingga terjelembab di tandu yang disediakan PMI. Sedangkan Asti memandangnya dengan datar dan sorot mata yang tajam seakan Arsa akan dikuliti hidup-hidup.

Desi mencoba menenangkan dengan menggenggam lengan Asti, tapi Asti malah menghempas kasar tangannya kebelakang hingga membuat Desi terduduk ditanah.

“Mulut manismu ini sangat kurang belajar, atau kurang di hajar? Bagaimana kalau aku yang membantu mulutmu ini menjadi mulut yang lebih baik?” tangan kiri Asti mencengkram rahang Arsa dengan kuat sedangkan tangan kanannya mengusap bibir Arsa dengan lembut.

Nata yang baru memasuki tenda melihat pemandangan tersebut bergegas menjauhkan Asti dari Arsa. Asti dipeluknya dari belakang dengan erat.

“Kak tolong tenangkan Asti, ia kembali seperti itu,” kata Desi dengan gemetar
“Kakak nggak bisa Des, hanya kak Satya dan papa yang bisa. Sekarang hanya ada satu solusi. Ambilkan suntikan bius yang ada di tas kakak,” ujar Nata .

Desi segera mengambilkan apa yang disuruh oleh Nata.

“Lepaskan...!!! aku harus mengajarkannya cara berbicara yang baik!” Asti memberontak dipelukan Nata, pandangan matanya tak pernah luput dari Arsa.

Setelah suntikan bius berada digenggamannya, Nata lalu menyuntikkan dilengan Asti. Membuat Asti perlahan melemah dan akhirnya berhenti memberontak.
Setelah itu Nata membaringkan Asti kembali ke tandu.

“Huhhh... untung saja aku membawa suntikan bius ini,” Nata menghela napasnya.
“Kenapa Asti bisa semarah itu?” tanya Nata kembali kepada dua orang yang ada dihadapannya.

Desi tak mau membuka mulutnya ia hanya menatap sahabatnya itu dengan air mata yang membendung di pelupuk matanya.

Apa karena aku mengatakan dia anak manja yang lemah?” batin Arsa

“Lebih tepatnya karena lo berkata ia anak lemah. Asti sangat membenci kata anak lemah yang ditujukan untuk dirinya. Sedari kecil ia berusaha tidak menampakkan kelemahannya pada orang-orang sekitar. Dia berusaha menjadi perempuan yang kuat. Jadi lo harus memikirkan ucapan lo bro, kalau tidak mau kejadian yang tadi terulang kembali pada lo,” Nata menepuk pelan pundak Arsa.

Arsa tanpa sadar menganggukkan kepalanya, ia masih mencerna kejadian yang baru saja ia alami.

“Kak Nat, apa Asti akan baik-baik saja?” Desi sudah tak bisa membendung air matanya lagi, dan akhirnya air mata itu jatuh menyusuri pipinya.
“Asti nggak akan kenapa kok Des, dia sekarang hanya tertidur. Nanti kalau dia sadar akan kakak beri tau. Oh ya Sa, sebaiknya lo antarkan Desi sampai tendanya, dan lagi sebentar akan diadakan yoga massal sebaiknya kalian ikut untuk menenangkan diri.” Ucap Nata
“Baik kak,” Desi lalu berjalan keluar tenda diikuti oleh Arsa.

Nata duduk disamping tandu tempat Asti berbaring. Tatapannya hanya pada adiknya itu. Tak berapa lama Asti membuka matanya.

“Jangan menatapku seperti itu,”
“Kamu tau bagaimana tadi kewalahannya kakak menghadapimu?” Nata menatap sendu adiknya.
“Aku tau kak, aku sadar tapi belum bisa mengendalikannya. Apa ada hubungannya dengan tanda lahir ini?” Asti menggeser turun gelang tangannya

Asti memiliki tanda lahir berada tepat di nadi tangan kanannya. Tanda lahir itu berbentuk simbol api berwarna putih. Tapi semua keluarganya melarang untuk memperlihatkan tanda lahir itu, dan akhirnya Asti memakai  gelang tangan yang diberikan oleh papanya untuk menutupi tanda lahirnya itu.

“Kamu ingat kan apa yang papa katakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Kamu ingat kan apa yang papa katakan. Ada energi didalam tubuhmu yang belum bisa kamu kendalikan, papa aja belum tau itu energi apa jadi kamu jangan terlalu memikirkannya nanti malah membuatmu jatuh sakit,” ucap Nata berusaha kembali menenangkan Asti, setelah itu ia kembali bertanya,
“Apa kamu sudah merasa lebih baik? Akan ada yoga massal, kamu mau mengikuti kegiatan itu?”
“Masih merasa pusing kak,”

“Yaudah kamu lanjutkan istirahat dulu. Kakak akan ikut mengawasi kegiatan yoga bersama PMI yang lainnya, nanti kakak kesini lagi,”
“Yaudah sana, jangan banyak bicara. Karena itu akan memotong waktu istirahatku,” Asti menggerakkan tangannya untuk mengusir Nata.

“Dasar kaum rebahan!” ujar Nata sebelum menghilang dibalik tenda.

_____________________________________

Ada yang ajaib nihhhhh
Mau tau nggak?
.
.
Pencetlah bintang pojok kiri nanti bintang itu akan berubah warna menjadi kuning. :v

Jika berubah warna artinya hpmu canggih, jika tidak artinya hpmu terbuat dari kentang _-.
.
.
Inget follow author :)
.
.
Susah amat yak bilangin kalean _-
(Readers : Bacot terus thor sampek berbusa tuh mulut)
.
Terserah kalean dahh bambank :'v

The Flow of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang