“Kenapa lo kesini?”
“Yailah As, jutek amat lo. PMS ya?” tanya Desi
“Gue nanya bener-bener,” jawab Asti sambil memakan apelnya.
“Udahlah. Gue kesini mau ngajakin lo shopping perlengkapan kemah minggu depan,” ujar Desi dengan semangat, mengingat sabtu depan selama dua hari mereka akan berkemah dengan semua sivitas akademika dalam rangka diesnatalis kampus mereka.“Gue udah punya, yang tahun lalu masih pada bagus. Masalah pakaian juga udah beres, yang ada dilemari tinggal dipilih-pilih yang menurut gue nyaman untuk dipakai saat kemah ,” sahut Asti dengan santai.
“Ya ampun As.... lo ya emang bener-bener. Lo harus tingkatkan rasa fashion lo itu. Gini ya, ini tuh acara diluar kota plus bersama dengan semua mahasiswa kampus. Disana pasti banyak yang memperlihatkan keahlian mereka dalam bergaya modis, dan lo juga harus memperlihatkan sisi fashionable lo As” Desi mengucapkan kata demi kata dengan antusias.“Gue nggak terlalu peduli soal itu. Nyaman adalah prioritas gue. Cari perhatian? Bukan gaya gue Des, lo tau itukan,” jawab Asti.
Desi gemas akan ucapan Asti, sahabatnya ini tak pernah berubah. Sedari kecil selalu saja cuek akan namanya penampilan, hanya nyaman sebagai alasan. Itulah Asti mempunyai daya tarik berbeda dengan gaya fashionnya tersendiri.
“Ayolah As, lo harus beli beberapa pakaian yang baru. Lo nggak bosen apa melihat warna baju lo yang hanya sekitaran hitam, putih, sama maroon? Lo harus punya warna yang lain” Desi sangat hapal warna apa yang ada didalam lemari sahabatnya itu.
“Ya udah. Nanti gue titip Kak Satya untuk beliin,”“Ya ampun As. Lo itu ya susah banget dibilangin. Lo harus refreshing sekali-sekali biar lebih tenang otak lo. Umumnya ya, wanita itu suka yang namanya belanja membuat mereka jadi kembali bersemangat, apalagi di mall pasti banyak cogannya yang mungkin kita bisa bawa pulang satu” Desi masih saja meyakinkan Asti untuk ikut bersamanya
“Itu untuk wanita sekelas lo, kalau gue memulihkan semangat dengan tiduran dan bersantai dirumah, dan gue nggak berminat dengan yang namanya bawa pulang cogan. Yang ada cogan yang bawa keluarganya untuk membawa gue kerumahnya, ngertikan lo?” Asti lalu meminum segelas air lemon dinginnya sampai tandas.“Pokoknya lo harus ikut gue titik. Sekarang lo mandi dan bersiap-siap gue tunggu dikamar lo!” Desi lalu beranjak pergi ke kamar Asti.
“Yang punya kamar siapa yang main nyelonong masuk kamar siapa,” Asti hanya bisa pasrah mengikuti keinginan sahabatnya itu, toh juga percuma untuk menolak. Desi memiliki seribu satu alasan sampai membuat Asti mau untuk ikut dengannya.Masih dengan kondisi yang sama. Walaupun ada beberapa tambahan barang yang mengisi kamar sahabatnya ini tetapi sangat disayangkan warnanya hanya itu-itu saja. Desi melangkah ke perpustakaan mini milik Asti, mengambil sebuah novel lalu duduk disofa bench. Nyaman, satu kata untuk keadaan saat ini.
Asti yang baru masuk ke kamar menggeleng-gelengkan kepala, melihat Desi yang bertingkah seenaknya tanpa memikirkan sang empunya kamar. Namanya juga sahabat, ya pasti ada kelakuan mejengkelkan seperti itu.
“Gue mandinya lama, lo mau tetap nungguin gue?” Asti mencoba untuk membuat Desi jera
Desi menganggukkan kepalanya
“Ehh bentar pasword wifinya apa? Lo ganti lagi ya?” tanya Desi
“Nggak isi” Asti lalu beranjak untuk mandi.Asti melakukan segala akitivitas mandinya seperti biasa. Aroma apel dari shampo dan aroma mawar dari sabun yang ia gunakan membuat ia menjadi lebih fresh. Asti sangat menyukai aroma itu. Setelah semua selesai, Asti memakai jubah handuknya yang berwarna maroon.
“As... lo kalau mau nipu gue jangan pakai tipuan anak TK dong. Gue udah dari tadi coba memakai wifi lo tapi nggak bisa, terus aja diminta isi pasword. Lo bilang nggak isi, gimana sih,” Desi memperlihatkan layar hpnya pada Asti.
Menarik nafas dan menghembuskan secara kasar, lalu cepat mengambil hp Desi dan dengan cekatan mengetik huruf demi huruf dipapan keyboardnya.
Nggakisi
Wifi pun tersambung dengan lancar.
“Lo pintarnya kelewatan sampai tembus ketingkat bego,” Asti mengembalikan hp sahabatnya itu lalu mengambil pakaian yang mau ia gunakan.
Desi memberikan cengiran khasnya, dan kembali kedunia maya yang ia buat.T-Shirts berwarna putih dipadukan dengan celana cube pants kotak-kotak warna hitam putih dan juga sepatu putih membuat Asti siap untuk berangkat bersama Desi.
Rambut sepinggangnya digerai dengan bebas, wajahnya dimakeup senatural mungkin dengan bibir dipoles lipstik mate berwarna nude. Asti membuat penampilannya sederhana tetapi mempesona.
“Yuk, berangkat. Dan lo bawa mobilkan? Gue lagi males nyetir” ajak Asti.
“Tenang aja sob, sahabat lo ini sudah tau kejadiannya akan seperti ini,” jawab Desi.
Asti pun mengambil dompet dan handphonenya.“Des, kata Mbakun dia suka gaya rambut lo yang baru, dan dia nanya lo nyalon dimana?”
“Anjir, da ah gue cabut,” Desi bergidik ngeri lalu berlari keluar dari kamar Asti._____________________________________
Hai hai haiii readers
Terimakasih yang sudah mau baca
.
.
.
Tapi inget vote and coment yak :v
Follow juga author wehehehe :v
KAMU SEDANG MEMBACA
The Flow of Life
Teen FictionFirst story FYI : Typo bertebaran ! Aku kalau sampai waktuku ..... ________________________________ "Gue nggak mau berteman dengannya!!" "Dan ingatlah tidak semuanya sama..." "Kenapa harus seperti ini? Semuanya gelap...." "Bersabarlah kita akan memb...