Surat Untuk Sunan Dalem

420 22 0
                                    


Suasana kadipaten terung hari ini lain dari biasanya,sejumlah prajurit mulai bersiap siap dengan senjata dan tameng yang terbuat dari anyaman rotan.
mereka menanti datangnya para prajurit majapahit dari daha yang dipimpin oleh senopati Batara katong.
Dharma sebenarnya sudah tidak lagi tertarik dengan peperangan harus kembali terlibat.
dia mengambil keris yang dulu sering dipakai ayahnya,Panji raka jaya.
"apa keris peninggalan kakek itu bertuah ayah?"
"tidak ada tuah dari keris kakekmu ini,keris ini cuma keris biasa yang terselip di pinggangnya"
"lalu apa yang kakek gunakan untuk perang?"
"pedang"
"kalau tidak ada tuahnya,kenapa ayah membawanya?"
"agar ayahmu ini lebih percaya diri"

Setelah lama menanti akhirnya Batara katong dan ribuan prajurit majapahit sampai di kadipaten terung.
dengan tambahan prajurit dari terung,maka Batara katong putuskan untuk berangkat pada keesokan harinya.
raden Husain menemui Batara katong dan meminta agar sebelum penyerang ke giri kedaton,sebaiknya penguasa giri kedaton saat ini yaitu sunan Dalem dikirimi surat terlebih dahulu.
"tapi aku tidak membawa surat dari yang mulia raja Ranawijaya"
"bagaimana jika aku yang membuat senopati?" pinta raden Husain.
"anda tidak berhak,karena anda bukan raja majapahit"
"surat ini bukan atas nama raja majapahit,tapi dari teman kepada teman"
"apa mereka akan menanggapi?"
"biarkan saya mencobanya senopati?"
"baiklah,silahkan kalau begitu"
raden Husain lalu menuliskan kata kata pada seuntai daun lontar,dia berharap sunan Dalem bisa mengerti dengan maksudnya.
tujuan surat ini cuma memberikan sebuah peringatan bagi giri kedaton,demi kelangsungan giri kedaton sendiri.

"tuan Dharma,hampir seluruh majapahit mengetahui jika ayah anda adalah seorang pembuka jalan terbaik" ucap raden Husain.
Dharma kurang begitu paham akan maksud dari kata kata tersebut.
"mohon maaf raden Husain,apa maksudnya?"
"saya harap anda bisa diandalkan untuk mengantarkan surat ini"
Dharma akhirnya paham dengan maksud raden Husain.
"baiklah,saya bersedia"
"aku harap senopati Batara katong bisa menunda serangan ke giri kedaton hingga saudara Dharma kembali"
"baiklah"

Dharma menunggang kudanya menuju giri kedaton,dia sangat berharap agar segera sampai kesana.
bagi Dharma ini merupakan kali pertama dia keluar kadipaten terung semenjak meninggalkan kota raja.
namun tanpa dia sadari,putranya Arya Soma mengikuti perjalanan ayahnya secara sembunyi sembunyi,dia mengambil jalan sungai mas menuju giri kedaton.
letak giri kedaton yang berada diatas bukit,membuat Dharma harus berjalan kaki untuk bisa sampai di giri kedaton.
"maaf kisanak,saya hendak ke giri kedaton,bisakah kuda ini saya tambatkan disini?"
tanya Dharma pada orang orang yang ada disebuah warung dilereng  bukit.
mereka tidak menjawab,malah ada tiga orang dengan membawa pedang menghampiri Dharma.
"dari mana asalmu?"
"aku dari terung,hendak menemui sunan Dalem"
"ada perlu apa?"
"menyampaikan surat dari raden Husain"
"tinggalkan pedang dan kerismu disini"
"kamu tahu bagi orang majapahit,menaruh keris adalah tanda orang menyerah"
Dharma lalu berjalan meninggalkan orang tersebut,namun baru beberapa langkah dia berjalan.
"hey...kau dengar kata kataku tadi?"
kali ini orang tersebut meninggikan nadanya sambil mengacungkan pedangnya kearah Dharma.
"dengar,aku sudah lama tidak bertarung dan jangan kau paksa aku untuk bertarung" balas Dharma.
"ini giri dan bukan majapahit"
"kalau begitu dengan terpaksa"
Dharma langsung putar badan menghadap ketiga orang tersebut.

Majapahit 1478-1527  Arya SomaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang