Majapahit 1478

1.1K 32 0
                                    


Suasana hari ini begitu cerah,matahari bersinar dengan terang benderang,tak ada setitik mendung yang menghalangi sinarnya.
sinar matahari telah menyelinap di balik jendela kamar tidur Ranawijaya dan membangunkannya dari tidur lelapnya.
dengan langkah kaki yang terasa berat,dia keluar dan melihat  suasana yang hening dan sunyi,meskipun banyak prajurit.
namun mereka mulai sibuk dengan pekerjaannya masing masing.
beberapa lantai terlihat masih ada bercak darah sisa sisa pertempuran,sementara beberapa benda terlihat pecah berserakan di lantai.
Ranawijaya merasa puas dengan kemenangan ini,,dia puas karena menang dan berhasil membunuh Kertabhumi.
para prajurit memungut semua yang tergeletak di tanah,apa itu senjata atau apa saja,termasuk juga mayat mayat prajurit,baik itu kawan maupun lawan.

Melihat keadaan yang sudah parah seperti ini,maka tidak mungkin jika Ranawijaya untuk menjalankan roda pemerintahan dari kota raja yang sudah porak poranda seperti ini.

"salam hormat tuanku yang mulia" seorang dayang yang sudah tua,membungkuk di hadapan Ranawijaya.
"ada apa dayang?"
dengan posisi membungkuk dia menjawab pertanyaan Ranawijaya,karena tidak boleh rakyat jelata menatap rajanya dari pusar keatas.
"makanannya sudah kami siapkan"
"oh ya pergilah"
dengan posisi wajah tetap menatap lantai,dia pergi meninggalkan Ranawijaya.
sejauh mata memandang cuma terlihat kepulan asap dan bangunan yang telah hancur porak poranda.
majapahit hati ini bukanlah majapahit yang dulu,,dan dia berharap ini kali terakhir pertumpahan darah sesama wangsa rajasa.

Cukup sudah Ranawijaya melihat semua kerusakan yang terjadi akibat perang,maka dia putuskan untuk memindahkan kota raja ke daha.
namun dibalik rencana pemindahan kota raja ke daha,Ranawijaya sedikit heran melihat raut muka Batara katong.
"mohon ampun sebelumnya yang mulia"
"ada apa Batara katong?"
"bukankah anda akan menjadi raja majapahit?"
"aku akan menjadi raja majapahit,tapi tidak disini"
"lalu dimana yang mulia?"
"aku akan menjadi raja majapahit di daha"
Ranawijaya memutuskan untuk memindahkan kota raja majapahit.ke daha,karena di kota raja yang saat ini semuanya sudah hancur porak poranda,tidak mungkin untuk di bangun kembali.

Ranawijaya kembali ke daha lewat jalur sungai,tidak banyak perahu yang berpapasan dengan rombongan raja baru majapahit ini.
sepinya sungai berantas merupakan pertanda kian rapuhnya majapahit.
jalur perdagangan pedalaman jawa secara berangsur angsur mulai ditinggalkan oleh para pedagang.
mereka kini lebih suka di pesisir utara laut jawa.

Saat tiba di daha,Ranawijaya sama sekali tidak menyangka jika rakyat di daha menyambut kedatangannya.
sepanjang perjalanan ke keraton daha mereka selalu mengelu elukan nama Ranawijaya.
mereka sangat gembira,karena telah lebih dari dua ratus tahun lamanya,daha berada di bawah kekuasaan majapahit,dan mereka sangat yakin,bahwa Ranawijaya yang akan kembali membawa daha pada kejayaan seperti dulu.
padahal mereka tidak tahu,Ranawijaya berdarah wangsa rajasa dan tentu saja masih trah majapahit.
dia juga masih memendam cita cita untuk kembali membangkitkan kebesaran majapahit seperti era raja Hayam wuruk.
tiba di pendopo keraton daha,ibu dan adiknya Wijaya kusuma berserta para abdi telah siap menyambut kedatangannya.
senyum bahagia terpancar dari wajah keduanya,walau terlihat ada sedikit kesedihan yang terpancar dari raut wajah dyah Sripura.
kesedihan yang timbul dari sebuah perselisihan keluarga yang selalu berujung pada kematian.
Ranawijaya tidak perlu bertanya apa yang membuat ibunya sedih,karena dia sudah tahu jawabannya.
ibunya tidak pernah menginginkan perang ini,baginya kehilangan keponakannya juga dia rasa sangat berat.
jika Ranawijaya yang tidak kembali,maka dia akan sangat sedih karena kehilangan anaknya,tapi jika aku yang kembali,berarti dia  telah kehilangan keponakannya.

Majapahit 1478-1527  Arya SomaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang