Perang Terung 1488

352 14 0
                                    


Dengan penuh rasa kekecewaan,sunan Ngundung pergi meninggalkan pendopo kadipaten terung.
"dengan amat terpaksa" ucapnya lirih.
"bagaimana kanjeng sunan?" tanya Arya jagalpati.
"kita serang kadipaten terung saat terbit fajar"
"baik kanjeng sunan"

Dharma dan raden Husain mulai sibuk mengatur para prajuritnya,mereka jadikan satu kekuatan di pendopo kadipaten terung.
"saat bhre Kertabhumi menyerang terung,adipati terung juga menempatkan semua prajurit di pendopo" jelas Dharma.
"karena kita kalah jumlah,dan inilah cara terbaik bagi kita" ucap raden Husain.
raden Husain lalu membuka lilitan kain yang menutupi senjata andalannya,tombak sakti.
"saudara Dharma"
"ya raden"
"boleh aku menanyakan sesuatu?"
"silakan"
"kenapa kau tidak beragama?"
"karena ayahku Panji raka jaya tidak mengajarkannya"
"kau percaya ada pencipta?"
"tentu aku percaya,tapi aku tidak tahu cara menyembahnya,selain dupa yang aku taruh di pohon pohon besar"
mendengar penjelasan Dharma,mengertilah raden Husain.
bukannya orang pagan tidak mengenal sang pencipta,mereka mengenalnya,cuma cara menyembahnya yang berbeda.

Matahari telah kembali keperaduannya,hari yang semula terang benderang,kini berangsur angsur mulai gelap,dan malam telah tiba.
banyak prajurit demak yang mulai tertidur,mereka mengumpulkan tenaga untuk penyerangan esok hari.
sementara sunan Ngundung terlihat sedang duduk seorang diri,seperti menanti kedatangan seseorang.
"kanjeng sunan,mengapa anda belum tidur?" tanya Arya jagalpati.
"aku menanti raden Husain berubah fikiran"
"apa itu mungkin?,bukankah dia telah berkata setia terhadap majapahit"
"jagalpati,tidak ada yang tahu hati manusia,aku berharap dia berubah fikiran malam ini"
sunan Ngundung begitu mengharapkan agar raden Husain berubah fikiran,namun hingga tengah malam tidak ada tanda tanda raden Husain datang kepadanya.
lelah menanti,akhirnya sunan Ngundung tertidur.

Pagi telah tiba,tapi sunan Ngundung belum juga menggerakkan para prajuritnya.
hal ini membuat Arya jagalpati merasa heran dengan sikap sunan Ngundung.
"kenapa kita tidak bergerak kanjeng sunan?"
"aku menanti raden Husain berubah fikiran"
matahari telah terbit,dan yang diharapkan tidak kunjung datang.
dengan berat hati,akhirnya sunan Ngundung mulai membagi prajurit demak menjadi dua kelompok.

Sementara disekitar pendopo kadipaten terung,raden Husain dan Dharma menanti kedatangan prajurit demak.
tameng tameng rotan telah dibawa oleh prajurit terung,karena ada kemungkinan hujan anak panah pasti terjadi.
saat matahari setinggi tombak,mulai terlihat pergerakan prajurit demak mendekat.
"raden Husain....,ini kali terakhir aku peringatkan tanganku masih terbuka lebar untuk menerima dirimu bergabung denganku"
"jangan bermimpi sunan Ngundung,aku setia sampai mati terhadap majapahit"
jawaban yang cukup menegaskan dari raden Husain kepada sunan Ngundung.
merasa sudah tidak ada lagi yang diharapkan,tanpa fikir panjang lagi sunan Ngundung lalu memerintahkan para prajuritnya untuk menyerang.
"serang........."
prajurit pemanah yang ada digaris depan langsung melepaskan anak panahnya kepada prajurit terung.
raden Husain sudah tahu bahwa ini pasti terjadi,maka dengan tameng tameng diatas kepala para prajurit terung menangkis serangan para prajurit demak.
bukan cuma bertahan,para prajurit terung membalas serangan tersebut.
mereka melepaskan anak panah diantara sela sela tameng yang melindungi diri mereka.
para prajurit demak yang memperkirakan lawan cuma bertahan,sangat terkejut dengan serangan ini.
karena posisi mereka yang menyerang tanpa pertahanan,maka satu persatu mereka bertumbangan.
melihat hal ini,sunan Ngundung langsung perintahkan para prajuritnya untuk maju menyerang.
..........

Majapahit 1478-1527  Arya SomaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang