Raden Husain Dan Sunan Kudus

335 16 0
                                    


Prajurit terung mulai panik,tak ada hujan,tak ada angin.
namun tiba tiba datang ribuan prajurit demak yang dipimpin oleh raden Fatah dan sunan Kudus.
perahu perahu mereka telah bersandar ditepi sungai.
sontak hal ini membuat ciut nyali prajurit terung yang menjaga tepian sungai,mereka berlarian menuju pendopo terung.
"hormat tuan adipati"
"ada apa prajurit?"
"celaka tuan adipati...,celaka"
"bicaralah yang jelas"
"ada ribuan prajurit demak di tepian sungai"
seolah tidak percaya dengan apa yang prajurit tersebut sampaikan,raden Husain dan Dharma langsung mengumpulkan segala kekuatan yang ada dan bergerak menuju tepian sungai.

Raden Husain tertegun melihat ribuan prajurit demak,bukan takut pada prajurit demak,tapi pimpinan prajurit demak adalah orang yang tidak asing baginya,dan kini sedang berhadap hadapan dengan prajuritnya.
"assalamualaikum"
"waalaikum salam"
"bagaimana kabarmu adikku?"
"alhamdulillah,aku baik baik saja kang mas raden Fatah"
"hari ini aku datang kepadamu untuk dua urusan,yang pertama silaturahmi dan yang kedua,menyerahlah"
sejenak raden Husain terdiam,dia mulai berpikir apa yang harus dilakukan.
"aku masih setia kepada majapahit kang mas"
"adikku raden Husain,majapahit sudah aku kalahkan dan kau kini berperang untuk siapa?"
"untuk sebuah harga diri"
"jangan keras kepala,menyerahlah" ulang raden Fatah.
"aku tidak akan menyerah"
raden Fatah sebenarnya tidak ingin berperang dengan adiknya tersebut,namun raden Husain tetap teguh pada pendiriannya.
"kanjeng sunan Kudus,aku serahkan adikku pada anda,tapi tolong jangan sampai terbunuh" pinta raden Fatah.
"baik kanjeng sultan"
hal yang sebenarnya sangat sulit buat sunan Kudus,satu sisi raden Husain telah membunuh ayahnya sunan Ngundung,sementara satu sisi raden Husain juga adik raden Fatah.
"serang........" teriakan sunan Kudus ini langsung disambut acungan senjata para prajurit demak.
ada setitik keraguan pada prajurit terung,mereka telah mendengar bahwa kota raja telah kalah.
hal ini cukup membuat mental prajurit terung jatuh,selama ini mereka berperang atas nama majapahit.
namun saat ini majapahit sudah kalah,sehingga mereka bertanya dalam hati,perang ini untuk siapa?
Dharma mulai menyadari jika mental prajurit terung sudah jatuh,mereka sudah tidak memiliki semangat untuk berperang.
"tuan adipati,aku rasa ini berat bagi kita"
"benar saudara Dharma,tapi aku tidak akan mundur selangkahpun"
"ayo kita berperang untuk harga diri kita tuan adipati"
"benar,ayo kita maju"
Dharma dan raden Husain langsung merangsek di arena pertempuran.
tiap prajurit demak yang ada.dihadapan dirinya,langsung dibabat dengan keris.

Melihat sejumlah prajurit demak terjungkal oleh raden Husain,sunan Kudus langsung berusaha menghentikan aksi tersebut.
"raden Husain.....akulah lawanmu"
teriak sunan Kudus.
"majulah.." balas raden Husain.
tak lama kemudian,kedua pemimpin prajurit tersebut langsung terlibat pertarungan yang cukup seru.
tidak ada yang meragukan keampuhan keris setan kober milik sunan Kudus,setiap gerakan yang dia lakukan,suara desingannya sudah cukup membuat takut orang yang ada disekitarnya.
sementara raden Husain yang telah kehilangan tombak sakitnya,akibat menancap pada perut sunan Ngundung,harus menghadapi sunan Kudus dengan keris biasa yang tidak bertuah.
setiap tusukan dan sabetan keris sunan Kudus selalu bisa dihindari oleh raden Husain,namun saat dia dalam posisi terjepit,sebuah sabetan keris sunan Kudus berhasil di tangkis oleh raden Husain.
namun dia sangat terkejut dengan kejadian itu,pasalnya keris raden Husain langsung patah.
melihat sebuah kesempatan,sunan Kudus langsung melepaskan sebuah tendangan yang tidak disadari oleh raden Husain.
tendangan tersebut telak mengenai raden Husain,dan dia langsung jatuh ke tanah.
dengan cepat dia mencoba untuk bangkit,tapi terlambat,karena ujung keris sunan Kudus telah menempel di perutnya.
"menyerahlah"
merasa sudah tak mampu berbuat apa apa lagi,raden Husain akhirnya menyerah.

Majapahit 1478-1527  Arya SomaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang