"Mel, kakak gamau ya kamu trauma nikah gara-gara aku. Pikirin kalo nikah itu gak selamanya seperti yang kamu bayangkan. Pernikahan kakak mungkin emang hancur, tapi jangan jadikan itu sebagai patokan. Lihat ayah dan ibu, mereka masih langgeng sampai sekarang."
Camelia yang biasa dipanggil Amel cuma diam sambil melipat baju di depan layar televisi, kakaknya yang bernama Chandra memang akhir-akhir ini sering memberikan Amel petuah dadakan. Usia Amel memang sudah tidak lagi muda, bukan remaja belia yang sibuk mencari pacar. Amel sudah 25 tahun, bagi orang Indonesia itu adalah umur yang sangat matang untuk menikah.
"Kak, Amel masih muda. Amel mau menikah tapi bukan sekarang. Aku masih mau kerja, masih mau ngejar mimpi aku, masih mau ngurus kakak dan Junio."
"Kakak gaperlu kamu urus lagi Mel, Junio juga udah SMA."
"Kalo gaperlu diurus mah gabakal Amel masih ada disini."
Amel memang bisa dibilang berperan sebagai ibu dirumah ini. Mengurus rumah sekaligus bekerja. Setelah ayah dan ibu memutuskan kembali ke kampung untuk mengurus kakek dan nenek, hanya ketiga bersaudara ini yang masih tinggal dirumah ini.
Chandra adalah kakak tertua, menikah muda dan akhirnya berakhir di meja pengadilan. Duda diumur 28 tahun, sudah punya anak berumur 7 tahun, berhubung ketika berpisah anaknya masih kecil jadi hak asuh anak masih dipegang mantan istrinya. Baru satu tahun terakhir ini Chandra resmi mengambil hak asuh anaknya.
Camelia, anak kedua sekaligus anak perempuan satu-satunya. Mandiri, pekerja keras. Melihat langsung bagaimana kehidupan rumah tangga kakaknya terdahulu membuatnya enggan cepat-cepat menikah. Belum lagi melihat permasalahan rumah tangga disekelilingnya membuat Amel merasa makin takut untuk menikah.
Junio, si bungsu yang masih mengenyam bangku kelas 2 SMA. Lebih manja ke Amel daripada ibunya, ini juga alasan kenapa Amel enggan untuk meninggalkan rumah. Junio masih seperti adik kecil untuknya.
"Apalagi sekarang kakak udah ada Namira, yakin bisa ngurus anak sendiri?"
Chandra akhirnya terdiam, ucapan adiknya memang benar. Ia bahkan tidak bisa dengan gamblang menjawab pertanyaan terakhir adiknya. Selama ini memang Amel yang membantunya mengurus Namira, putri Chandra.
"Kak, kakak masih mending kita kerja dirumah jadi anak masih bisa sekalian diurus."
Berbicara tentang pekerjaan, mereka sepakat untuk melanjutkan bisnis keluarga. Sebelum ayah pindah ke kampung, ayah memiliki usaha fotocopyan yang kini dijalankan oleh Chandra dan Amel. Tempatnya memang masih satu pekarangan dengan rumah mereka, jadi syukur tidak perlu menyewa tempat.
"Mel, jujur sama kakak. Kamu keberatan bantuin aku ngurus Namira?"
"Kak bukan gitu, Namira ponakan aku yang sudah aku anggap anak aku juga. Anak kakak, anak aku. Udahlah, stop ngomongin nikah mulu. Nanti ada waktunya aku nikah kak." Amel bangkit dari duduknya sambil membawa semua pakaian yang sudah selesai ia lipat.
Chandra mengusap wajahnya, menyesal sudah memulai perdebatan dengan adiknya. Sementara itu Junio juga sedikit mendengar perdebatan kedua kakaknya, sambil mengusap rambut Namira ia juga berpikir, apa kehadirannya menjadi beban untuk kakaknya menikah?
Junio semakin sadar, Amel lah yang benar-benar mengurus dirinya. Memasak, mengurus rumah, mengurus bisnis keluarga membuat Amel menjadi sosok yang kuat dimata Junio.
Apalagi sekarang ada Namira, beban kakaknya itu pasti semakin berat.Junio mulai berpikir, apa yang harus ia lakukan untuk mengurangi beban kakaknya?
Tbc ke part 2
Hola...
Gimana nih chapter 1?Rencananya per-chapter itu kurang lebih 500 kata, biar gak terlalu banyak jadi aku bisa agak sering updatenya.
Silahkan komen kritik dan sarannya.
Kalo suka jangan lupa follow, vote dan masukan cerita ini ke library kalian.See you next chapter....
KAMU SEDANG MEMBACA
METANOIA
FanfictionMETANOIA {Greek} (n.) the journey of changing one's mind, heart, self, or way of life Johan tahu kalo menaklukan hati seorang Camelia bukanlah perkara yang mudah. Sementara itu Camelia masih berusaha melawan keraguannya, merasa bahwa dirinya belum...