-07-

736 155 0
                                    

Hari minggu ini entah ada angin dari mana Johan dan Karina terlihat akur. Setelah menyelesaikan olahraga pagi, kakak beradik itu mampir sejenak ke minimarket untuk membeli minuman.
Cuaca begitu terik sampai-sampai Karina seperti ingin pingsan karena kepanasan. Setelah mendapat minuman yang diinginkan, Karina menyeret Johan untuk duduk dibangku yang disediakan di depan minimarket.

Menyelesaikan beberapa tegukan, mata Karina beralih ke seseorang yang akan masuk ke minimarket. Karin lekas saja memanggil orang tersebut. Johan disampingnya sudah menunduk malu melihat kelakuan adiknya yang selalu saja membuat sedikit keributan.

"Mba Amel?" panggil Karina.

Orang yang hendak masuk ke minimarket itu adalah Camelia. Amel langsung saja menoleh mengenali Karina yang tidak lain adalah pelanggan setianya.

"Karin, ngapain disini?

Disamping Karin, Johan yang tadinya menunduk akhirnya mengangkat kepalanya karena mendengar suara yang cukup familiar di telinganya. Dilihatnya Karin yang becakap-cakap dengan seorang wanita.

"Mba Amel?" kini giliran Johan yang bertanya dengan wajah sumringah.

"Mas Johan?"

"Panggil Johan aja." koreksi laki-laki itu.

"Kalau begitu panggil saya Amel aja."
balas Amel malu-malu, tidak menyangka akan bertemu dengan Johan.

"Oh jadi kalian udah saling kenal?"

Johan dan Amel kompak menganguk, Johan dengan senang hati menceritakan pertemuan pertamanya dengan Amel.

"Kak Johan, ini loh kakak cantik yang aku ceritain waktu itu. Eh ternyata udah kenal duluan. Mba Amel, ini kakak saya. Yang waktu itu saya ceritain jomblo."

Kalau tidak ada Amel dihadapan mereka, Johan sudah mecubit lengan adiknya karena bicara sembarangan.

"Mba Amel, boleh gak saya minta nomor hapenya?"

"Kalo mau fotocopy atau print telpon ke nomor toko aja ya, jangan ke nomor pribadi saya. Kan Karin udah punya."

"Bukan gitu Mba, saya minta nomor Mba Amel buat kakak saya. Kasian gak ada temen chat."

"Karina!" Johan sudah tidak kuasa menahan malu melihat tingkah laku adiknya, tapi disisi lain ia juga berterimakasih karena adiknya sudah dengan senang hati meminta nomor ponsel Camelia untuk dirinya. Kalau Karina berhasil mendapat nomornya, Johan janji akan mentraktik adiknya satu kotak martabak.

Tanpa disangka, Amel mengeluarkan ponselnya dan dengan senang hati memberikan nomornya ke Karina.
Karina juga senang bukan main, rencananya untuk menjodohkan kakaknya sampai detik ini berjalan mulus. Gadis itu sudah yakin sampai rumah nanti Johan akan mengomelinya karena bertingkah tidak tahu malu. Tidak apa-apa, yang penting nomor pujaan hati kakaknya sudah ada di tangan.

"Karina, Johan saya duluan ya. Mau belanja dulu."

"Sampai jumpa Mba Amel, kami juga mau pulang." balas Karin.

Johan dibelakang Karin tiba-tiba mati kutu, hanya mampu melambaikan tangan saat Amel memasuki minimarket.

******

"Amel, ini saya Johan. Save ya."

Wanita dua puluh lima tahun itu tidak berhenti tersenyum setelah mendapat pesan masuk dari Johan. Entah kenapa rasanya senang sekali sampai ingin berteriak sambil melompat-lompat, kalau tidak ingat ada Namira disini, sudah Amel lakukan sejak tadi.

"Tante Amel kenapa? Dari tadi kok senyum-senyum terus." gadis itu bertanya penasaran. Tantenya terlihat berbeda hari ini.

"Mm .... Gak apa-apa. Tante lagi seneng aja. Namira mau makan apa hari ini? Biar tante buatin."

"Aku mau ayam goreng, Tante."

"Oke, tunggu sebentar ya."

Amel bisa bernapas lega, bisa cepat mengalihkan pembicaraan.

Setelah hari itu, hari-hari Amel tidak pernah sama lagi.








Tbc

METANOIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang