Situasi pagi ini terasa berbeda di kediaman Suharsono karena Ayahnya Johan sudah kembali dari Jepang.
"Yah, Ayah bakal balik lagi ke Jepang?" tanya Johan sambil menggunting rumput di halaman belakang rumahnya sedangkan ayahnya sibuk merapikan tanaman hias.
"Ayah sudah tua Jo, sekarang mau di rumah aja, mau liat kamu bisnis. Karina juga bentar lagi kuliah, sebentar lagi bakal jarang di rumah. Kalau kuliahnya di luar kota berarti dia harus pindah, Ayah gamau Ibu kamu kesepian. Lagian tabungan Ayah kayaknya udah cukup, nanti mau bikin usaha kecil-kecilan sama Ibu kamu."
"Emang kenapa Jo, gak suka Ayah pulang?"
Johan menoleh, "Gak gitu Yah."
"Ayah dengar dari Ibu, kamu sudah punya pacar? Jangan-jangan kamu nanya kayak gini karena kamu mau ijin nikah?"
"Ya Tuhan, Ibu pasti ngomong yang aneh-aneh. Aku belum siap nikah Yah."
"Pelan-pelan Jo, biar semua matang dulu. Jangan terburu-buru. Nanti kalau ada waktu ajak pacar kamu kesini, Ayah pengen ketemu."
"Iya, nanti Johan bawa."
"Gak kerasa ya, kamu udah gede bentar lagi mau nikah. Padahal kayaknya baru kemarin kamu sama Karin masih SD. Kadang Ayah suka kepikiran, kehilangan waktu berharga melihat kalian tumbuh dewasa, padahal sebentar lagi kalian bakal menikah. Sebentar banget waktu Ayah sama kalian."
"Pasti berat ya Jo jagain Ibu sama adik kamu. Ayah minta maaf banget gak bisa selalu ada buat kalian."
Johan menggeleng, lantas mendekat ke Ayahnya. "Ayah juga hebat banget, pasti berat juga kan kerja di negara orang jauh dari keluarga."
"Ayah kerja jauh juga buat masa depan kalian, sekarang waktunya Ayah buat mengganti waktu yang sudah lewat."
Obrolan mereka terhenti saat Ibunya Johan memanggil mereka dari dalam rumah.
"Johan, sini nak. Ada Amel dateng."
"Iya Bu, bentar." balas Johan.
"Yah pacar aku kayaknya dateng, kebetulan banget. Ayo sini samperin."
Tentu saja Ayah semangat, ia bergegas menaruh peralatannya dan mencuci tangan.
"Mel, kok kamu gak bilang-bilang mau dateng ke sini?" tanya Johan menemui Amel di ruang makan.
"Kebetulan tadi lagi nganterin Namira ke sekolah, kemarin aku nyoba bikin kue jadi sekalian aku bawain ke sini biar Ibu kamu nyoba. Kan resepnya dari Ibu."
"Oh gitu. Eh Mel, ini kenalin Ayah aku."
Ayah tersenyum lalu menyapa Amel.
"Kenalin nama saya Camelia, Om. Panggil aja Amel."
"Jangan panggil Om dong, panggil Ayah aja."
"I-iya Yah."
"Jadi kamu yang namanya Amel, cantik ya pantes Johan suka."
"Ayah ih, jangan gitu dong nanti Amelnya risih."
"Ayah cuma becanda, Amelnya aja santai tuh. Ya gak Mel?"
"Iya Om, eh iya Yah." Amel sedikit gerogi, maklum ini pertama kalinya ia bertemu dengan ayahnya Johan.
"Mel, ayo sini sekalian kita sarapan. Ibu udah masak banyak." kata Ibu sambil menata makanan di atas meja.
"Gak usah Bu, lain kali aja." Amel berusaha menolak, astaga tumben banget Amel segerogi ini padahal biasanya santai sekali.
"Ayo sekali-sekali gapapa makan di sini, toh tumben loh kita makan sekeluarga gini. Johan, panggil Karina suruh sarapan bareng." perintah Ayah.
Johan mengangguk, sebelum pergi ke kamar Karina, Johan mendekat ke arah Amel.
"Kamu sibuk ya? Sarapan bentar aja ya abis itu kamu boleh pulang. Gak usah canggung sama Ayah, beliau emang suka becanda."
"Pantesan, ternyata kamu turunan ayah kamu. Aku gak sibuk kok, ini mau bilang ke Kak Chandra biar dia gak bingung aku keluarnya lama banget."
"Bagus, aku bangunin Karin dulu."
"Loh gak sekolah?" tanya Amel.
"Nggak, katanya bolos sehari soalnya ada Ayah tapi jam segini masih molor."
Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, meja keluarga Suharsono penuh diisi oleh lima orang anggota keluarga.
Semua tampak senang, anggota keluarga ini menyambut Amel dengan baik layaknya keluarga mereka sendiri.Tbc
Holaaaa....
Long time no see....Hehehe sorry ya lama gak update.
Curhat dikit, aku sakit mata sampe hampir semingguan gak kerja huhuhuhu. Tapi sekarang udah mendingan.Udah segitu aja bacotnya, bye bye...
*bonus pict
Plis lah Johan cakep banget bikin pusing.
Amel juga gak kalah cakep.
KAMU SEDANG MEMBACA
METANOIA
FanfictionMETANOIA {Greek} (n.) the journey of changing one's mind, heart, self, or way of life Johan tahu kalo menaklukan hati seorang Camelia bukanlah perkara yang mudah. Sementara itu Camelia masih berusaha melawan keraguannya, merasa bahwa dirinya belum...