"Mel, kata Junio kemarin ada yang nyariin kamu. Cowok, tinggi, namanya Johan. Kakaknya adek manis yang waktu ini mau nyomblangin kamu."
"Ngapain?"
"Ngajakin kamu jalan kali."
"Ih serius."
"Ih duarius. Mel, denger ya kakak ngomong. Cowok seumuran kamu tuh kalo udah serius bakalan cas cis cus nyamperin, bukan gombal-gombalan lewat chatingan lagi. Inget ya Mel, jodoh gak akan kemana."
"Apaan sih ngomongin jodoh mulu. Aku sama Johan juga baru kenal, ketemu di acara rapat sekolahnya Junio."
"Nah, maka dari itu dia dateng kesini buat makin kenal sama kamu. Dia mau kenal sama Kakak, sama Junio bahkan sama Namira. Itu tandanya dia bukan hanya pdkt sama kamu tapi juga sama keluarganya. Bagus itu."
"Dasar ya bapak-bapak mikirnya kejauhan."
"Eh jangan salah Mel, Kakak ini pernah muda, sekarang juga masih muda. Tau jurus-jurus pdkt. Kalo restu keluarga sudah ditangan, dapetin hati cewek mah gampang."
"Astaga pak, inget anak udah satu. Masih mikirin jurus pdkt."
"Kalo mau jujur Kakak lagi pdkt juga Mel, sama Ibu Winda yang punya toko deket sekolahnya Namira."
"Idih emang mau sama duda?"
"Amel! Kamu itu ya, ngeremehin Kakak banget."
"Bodoamat."
Amel tidak ambil pusing perihal kakaknya yang melancarkan jurus pdkt ke wanita-wanita cantik. Memang dasarnya lelaki kalau lihat yang bening dikit langsung belok.
Yang menjadi pikiran Amel saat ini adalah Johan, laki-laki itu memang gencar mendekatinya. Mulai dari sering mengirim chat sampai puncaknya kemarin datang ke rumah. Sayang Amel sedang keluar jadi ia tidak bisa bertemu dengan laki-laki itu.
Chandra maupun Junio sepertinya welcome dengan kehadiran Johan. Semoga saja hati Amel juga semakin welcome dengan kehadiran Johan.
Terbukti baru saja Amel memikirkan Johan, laki-laki itu muncul dengan mengendarai sepeda motor beat berhenti di depan rumahnya.
Amel yang memang asik sendiri di depan rumah dibuat sedikit terkejut dengan kehadirannya yang tiba-tiba. Mohon maaf, jantung Amel belum siap.
"Hai Amel."
Amel melambaikan tangannya dengan kaku, otaknya berjalan sedikit lambat dari biasanya.
Johan hari ini terlihat lebih tampan dari terakhir kali Amel lihat. Hanya mengenakan kaos hitam dengan celana jeans, tapi penampilannya bak model profesional. Amel dibuat tak berkedip untuk sepersekian detik.
"Kamu kesini mau ngapain? Karina nitip tugas?" tanya Amel basa-basi, aslinya gugup setengah mati.
"Ngapain ngurusin tugas Karina, dia udah gede biar ngurus tugasnya sendiri. Aku kesini mau nyamperin kamu."
Aku-kamu, ingat aku-kamu. Terakhir kali mereka masih berkomunikasi menggunakan saya-anda. Amel menjerit dalam hati, jeritan bahagia.
"Aku?" tanyanya bingung.
"Iya, mau ngajakin kamu makan mie ayam. Ada warung mie ayam baru deket-deket sini, katanya enak. Kamu belum makan kan?"
"Hah?" lagi-lagi otak Amel tidak berfungsi dengan baik.
"Oh kakak kamu gak ngijinin ya? Mau aku ijinin?"
"Aku mau." jawab Amel tanpa ragu. Ia langsung berdiri dan mendekat ke arah Johan.
"Kakak aku ngijinin kok, tapi bentar ya aku ke dalam dulu."
Johan mengangguk, Amel langsung masuk ke dalam rumah. Mengambil barang penting seperti dompet dan ponsel.
Lima menit kemudian perempuan itu kembali. Johan terperangah, Amel hanya mengenakan pakaian kasual seperti dirinya, tetapi cantiknya luar biasa. Sampai-sampai ia juga tidak sadar kalau Amel sudah berdiri cukup lama di depannya.
"Mel, gapapa kan kalo naik motor beat? Ini motornya Karin aku pinjam dulu, motor aku masih di bengkel."
"Gapapa, santai aja. Atau mau make motor aku?"
"Gausah, ini aja."
Motor beat itu jok maupun motornya kecil, Johan sama Amel punya kaki yang sama-sama panjang. Kebayang ini dua manusia bongsor harus muat di satu motor, mau gamau duduknya harus mepet.
Romantis ditengah keterbatasan motor, hitung-hitung modus dikit.
Tbc
Gemes gak sih liat dua orang ini?🥰🥰🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
METANOIA
FanfictionMETANOIA {Greek} (n.) the journey of changing one's mind, heart, self, or way of life Johan tahu kalo menaklukan hati seorang Camelia bukanlah perkara yang mudah. Sementara itu Camelia masih berusaha melawan keraguannya, merasa bahwa dirinya belum...