-29-

583 101 30
                                    

2 tahun kemudian

Suasana kediaman Amel ramai oleh orang-orang yang sibuk lalu lalang membawa perlengkapan pesta, bahkan kedua orang tua Amel serta kakek-neneknya datang jauh-jauh dari kampung. Seluruh anggota keluarga mengenakan pakaian yang senada. Para wanita mengenakan kebaya sedangkan laki-laki mengenakan batik.

Namira juga sangat cantik dengan kebayanya, disampingnya ada Junio dan Karina.

"Johan, sini deh. Baju kamu tuh gak rapi."

Johan tersenyum ketika Amel mulai merapikan kerah bajunya yang terlihat tidak rapi.

"Mel, Bang Chandra dah nikah lagi loh. Berarti bentar lagi kita bisa nyusul." ucap Johan sambil menaik-turunkan alisnya menggoda Amel.

"Apaan sih."

"Aku serius loh Mel. Apa mau sekalian aja sekarang? Mumpung semua keluarga disini."

"Jo, plis stop. Nanti aku marah loh."

"Iya-iya, jangan ngambek gitu dong." Johan lagi-lagi tertawa, memang sudah hobinya menggoda Amel.

Hari ini akhirnya Chandra menikah untuk kedua kalinya. Setelah melewati banyak hal akhirnya Chandra resmi menikahi perempuan bernama Winda yang sejak dua tahun ini sibuk ia dekati. Namira dan seluruh anggota keluarga menerima kehadiran Winda, begitu pula keluarga Winda yang menerima fakta status Chandra yang merupakaan duda beranak satu.

Acara berlangsung lancar, tidak jarang beberapa tamu dan anggota keluarga menanyakan Amel dan Johan kapan menikah.
Keduanya hanya bisa menjawab seadanya sambil tersenyum, memang basa-basi netijen itu bikin sakit hati.

Tanpa disangka setelah semua undangan bubar, Amel merasa pusing dan mual sampai harus dipegangi oleh Johan.

"Mel kamu gapapa?"

"Aku pusing terus mual banget Jo. Serius deh, aku gakuat. Aku ke kamar mandi dulu."

Johan dengan sigap memapah Amel ke kamar mandi, ditunggunya Amel diluar karena takut nanti kenapa-napa.

Anggota keluarga lain masih sibuk mengurus tamu sampai akhirnya ibunya Amel datang.

"Amel kenapa Jo?"

"Katanya mual sama pusing Bu."

"Amel masih di dalam?"

"Masih."

Tanpa babibu, ibunya Amel masuk menghampiri putrinya.
Dilihatnya Amel yang duduk di depan kloset sambil terus mengeluarkan isi perutnya.

Ibunya langsung merapikan rambut Amel yang berantakan dan menutupi wajahnya.

"Amel, kamu gapapa nak?" tanyanya dengan wajah khawatir.

"Amel mual banget, Bu. Rasanya semua isi perut Amel keluar."

"Ibu mau nanya Mel."

"Bu, ini gak seperti yang Ibu kira. Amel cuma kecapekan dan maag kumat."

"Lah kamu pikir Ibu mau nanya apa Mel?"

"Ibu bukannya mau nanya Amel hamil apa nggak, kan?"

"Sok tau kamu tuh, Ibu mau nanya pagi ini kamu udah makan apa belum?"

Amel terdiam, menggeleng untuk menjawab pertanyaan ibunya.
"Tadi nggak sempet makan, ngurus ini-itu dan keburu disuruh dandan."

"Lain kali makan dikit aja, kamu ini kebiasaan deh. Sesibuk apapun harus inget makan, inget kesehatan kamu."

"Soal kamu hamil apa nggak, Ibu percaya sama kamu Mel. Ibu tau kamu bisa menjaga diri, tahu yang baik mana yang buruk. Ibu gak pernah melarang asal kamu tau konsekuensi apa yang kamu hadapi kalau kamu siap dan mau melakukan itu."

"Johan laki-laki baik bu, dia menghargai Amel sebagai perempuan. Gak ada niat sama sekali untuk kami melakukan itu sebelum waktunya. Makasi Ibu sudah percaya sama Amel."

"Amel, Ibu ini orangtua kamu. Jadi Ibu tau kamu seperti apa walaupun Ibu jauh dari kamu."

Amel tersenyum, Ibu tetaplah Ibunya. Ia senang karena ibunya memberinya kepercayaan penuh.

Setelah merasa mualnya berkurang, Amel keluar disusul oleh ibunya. Johan masih menunggu diluar.

"Jo, titip Amel sebentar ya. Ibu mau ke depan nyapa tamu lagi."

"Iya bu."

Johan menghampiri Amel yang wajahnya sekarang masih terlihat pucat.

"Mel, gimana? Dua garis biru?"
candanya lagi.

"Apaan sih, mau aku tampol?"



Tbc

Hehehe satu part lagi end ya yorobun. Jadi jangan lupa vomentnya.....

Ciao

*bonus pict


Winda

METANOIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang