-26-

492 108 40
                                    

"Jo, kamu kenapa? Lagi banyak pikiran ya?" tanya Amel. Pasalnya Johan terlihat tidak seperti biasanya, ia banyak diam. Padahal Amel mengajaknya keluar untuk makan malam di warung sate ayam langganan mereka.

"Iya Mel, ayah aku bentar lagi pulang. Terus proyek bareng Doni sama Julian belum kelar, ada sesuatu juga yang aku pengen omongin sama kamu."

"Omongin aja."

"Ntar ya, selesai kita makan."

"Kamu mau ngajakin aku putus?"

"Nggak lah Mel, kamu nih aneh-aneh aja."

"Ya kan kayaknya serius banget sampe ngomongnya selesai makan."

Obrolan mereka terhenti karena pesanan mereka datang.

"Kamu gak takut Mel makan berat malem-malem gini? Ntar gendut loh."

"Bodo amat lah mau gendut, hidup cuma sekali ya nikmatin aja mau makan apa asal gak berlebihan. Lagipula aku susah gendut soalnya tenaga aku abis buat ngomelin orang-orang rumah."

"Hahaha, kamu lucu banget sih." Johan tertawa mendengar cerita Amel. Johan semakin sadar kalau Amel berbeda dari perempuan lainnya. Setelah selesai makan, Johan memantapkan diri untuk menceritakan perihal Natasha.

"Mel, aku mau cerita sama kamu. Tapi kamu jangan marah ya?"

"Kamu nyuri ya?" tuduh Amel, perempuan itu sudah siap melayangkan tinju ke wajah Johan.

Sedangkan Johan sudah menyiapkan ancang-ancang melindungi wajahnya dari serangan Amel.

"Nggak Mel, suer."

"Terus?"

"Aku mau cerita soal mantan aku."

Tiba-tiba suasana terasa sunyi, hanya terdengar suara Mas Penjual Sate yang sibuk mengipasi bara api agar tetap menyala.

"Sepulang kita dari rumah orang tua kamu, mantan aku dateng ke rumah aku. Dia hamil tapi suaminya ketahuan selingkuh."

Johan menceritakan panjang lebar tentang masalah Natasha serta sedikit cerita masa lalunya dengan perempuan itu.

"Kamu gak marah Mel?"

"Kenapa aku harus marah Jo, kita semua punya masa lalu. Perihal mantan kamu itu, dia perlu bantuan, perlu dukungan. Kak Chandra selalu wanti-wanti kalau sebelum menikah semua hal harus dipikirin baik-baik. Menikah bisa menyatukan dua keluarga, tapi kalo udah cerai dua keluarga yang dulunya berhubungan sangat baik bisa berubah menjadi saling membenci, berpura-pura gak kenal."

"Belum lagi kalau udah punya anak, kasian mental anaknya."

Johan selalu kagum dengan Amel, kadang ada topik bahasan yang tidak bisa ia bahas dengan orang lain tapi dengan Amel bisa nyambung banget.

Topik-topik seperti ini kadang sering dihindari bahkan diabaikan oleh sebagian orang. Tapi dengan Amel, Johan bisa benar-benar bertukar pikiran.

"Terus aku harus gimana Mel? Aku juga gak tega liat dia kayak gitu."

"Kayak aku bilang tadi, kamu tetep dukung dia. Mungkin bener cuma kamu doang yang dia punya saat ini. Kasian bayinya."

"Kamu gak apa-apa kalo aku bantu dia?"

"Manusia emang harus saling membantu, kan? Selama kamu gak selingkuh mah aku baik-baik aja."

"Nggak Mel, aku gak bakal selingkuh."

Amel tersenyum, lalu meraih tangan Johan, "Aku percaya kok sama kamu."

"Makasi banyak Mel."

Malam ini mereka tutup dengan berkeliling kota dengan mengendarai sepeda motor. Menikmati angin malam, tangan Amel masih erat memeluk pinggang Johan, kepalanya bersandar di punggung tegap laki-laki itu.

"Jo..."

"Hm..."

"Aku sayang banget sama kamu."

"Tumben banget nih ngomong sayang duluan."

"Gapapa, cuma pengen aja."

"Aku juga sayang banget sama kamu Mel." kata Johan sambil mengusap tangan Amel. "Makasi banyak Mel, udah hadir di hidup aku."












Tbc

Hola-hola

Telat sehari hehehe

Jangan lupa vote, komen, masukan cerita ini ke perpustakaan dan daftar bacaan kalian.

Udah lah gak tau mau ngomong apa.

See you next chap...

*bonus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Johnny - Sowon semakin lokal

Mungkin abis cerita ini kelar aku mau remake salah satu ff aku biar jadi Johnny-Sowon version.

METANOIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang