3. Kantin

127 16 2
                                    

Lonceng telah berbunyi, karena sudah waktunya jam istirahat. Tiba-tiba ada seorang cewek yang memakai kerudung mendekatiku.

"Lo mau ke kantin?"

"Iya, memangnya kenapa?" tanya Mia

"Gue cuma mau ajak lo kesana, kan lo murid baru nanti lo bisa tersesat"

"Baiklah, nama lo siapa?"

"Nama gue April Safitri"

"Lo boleh gue panggil Mia?"

"Boleh, memang itu nama panggilanku"

Mia dan April pun pergi ke kantin untuk membeli makanan. Disini ada penjaga kantin bernama Bu Risma, dia orangnya ramah apalagi sama murid yang baru masuk kesini. Mia dan April menghampiri Bu Risma untuk memesan makanan.

"Bu, saya pesan teh es sama nasi kuning!"

"Iya tunggu bentar"

"Mia!!, lo mau makan apa?"

"Sama seperti lo saja"

"Baiklah"

April pun memesankan makanan untuk Mia juga, kami pun duduk menunggu di kursi dekat kantin. Tak berapa lama Ibu Risma pun membawa pesanan kami ke meja kami.

"Ini pesanannya, 2 nasi kuning, sama teh es"

"Makasih Bu"

Setelah pesanan sampai, kami pun memakan nasi kuning itu dan rasanya enak sekali. Baru kali ini aku merasakan nasi kuning yang enak. Tak berapa lama datang Rahman dari arah sampingku, tiba-tiba dia sepertinya sengaja menyuruh temannya untuk mendorong supaya bisa menyentuhku, karena sudah tau hal itu akan terjadi, aku pun berdiri dari tempat dudukku, lalu membiarkan Rahman jatuh begitu saja.

"Prak...." suara kursi plastik yang patah akibat ulah Rahman

"Aduh...sakitnya, lo ngapain sih menghindar?"

"Kalau gue gak menghindar, gue bakalan jatuh juga"

"Kan bisa menopang gue biar gak jatuh, lagian kenapa sih lo gak mau di pegang dari tadi?"

"Kan udah gue bilang, kita bukan muhrim"

"Gue biasa kok nyentuh cewek lain kalau salaman, mereka gak masalah"

"Salaman kan ada juga yang gak nyentuh tangan, bener kan?"

"Iya sih, ya udah bantuin gue berdiri?"

"Kan udah gue bilang, kita bukan muhrim, gue gak akan bantuin lo, itu kan ada temen lo, mereka aja yang bantuin"

"Dah bro, kita pergi aja, lo gak mungkin bisa nyentuh dia"

"Awas ya lo Mia, besok gue akan bisa nyentuh lo!"

Setelah itu Rahman pun pergi dari kantin dengan wajah penuh amarah seperti kerasukan setan. Situasi di kantin pun juga ikut tenang. Setelah masalah itu selesai, lonceng masuk pun berbunyi dan memanggil kami untuk masuk ke kelas. Kami berdua pun pergi ke kelas kami untuk pelajaran selanjutnya.

 
                          \*\*\*\*\*\*\*\*
 

Jam pulang sudah berbunyi, ini adalah saatnya kami pulang sekolah. Aku pulang menggunakan motorku, walaupun motorku merk lama tapi masih bisa untuk berjalan mengantarku pulang. Setelah sampai di parkiran, Rahman kembali mendatangiku. Entah apa kemauannya kali ini.

"Lo ngapain lagi sih kesini?"

"Gue gak ngapa-ngapain, gue cuma nunggu jemputan gue"

"Lo udah gede masih di jemput?"

"Ya mau gimana lagi, gue anak pengusaha, orang tua takut aku, kenapa-napa di jalan"

"Iya sih orang tua kadang suka khawatir berlebihan, dan kita hanya bisa menuruti saja kemauan mereka"

"Lo punya masalah juga sama orang tua?"

"Gak kok, cuma kan kebanyakan orang tua memang begitu, seperti sinetron yang biasa gue tonton"

"Gue kira lo punya masalah juga"

"Ya udah Rahman gue duluan"

"Oh iya gue belum memperkenal diri secara lengkap kan, nama gue Faturrahman, kalau di sekolah lo panggil Rahman saja karena di sekolah ini ada 2 orang yang bernama Faturrahman"

"Gue tadi udah ngenalin diri di kelas, lagian lo udah tau kan nama gue Miawati"

"Salaman,,,?"

"Dari jauh aja ya?"

"Baiklah..."

Bersambung

Jangan Di Sentuh [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang