4. Esok Hari

107 15 0
                                    

Hari kedua Mia sekolah di sekolah negeri. Mia datang ke sekolah seperti biasanya. Namun kali ini ada yang berbeda, karena tiba-tiba saja Rahman datang menghampiri Mia. Tak seperti hari pertama, Rahman selalu mengganggunya. Rahman mencoba berjalan beriringan dan menyapa Mia.

"Assalamu'alaikum Mia"

"Wa'alaikumsalam"

"Tumben hari ini lo gak bawa penggaris"

"Kata siapa gue gak bawa, ada di tas gue" sambil nunjuk ke arah tas

"Oh, gitu, tenang saja gue hari ini, gak akan ganggu lo lagi"

"Beneran lo gak ganggu gue lagi?"

"Iya beneran, gue kapok di pukul penggaris lo"

"Sebenarnya gue masih belum percaya, lo akan tetep gue awasi soalnya dari sekian banyak cowok yang ada disini, cuma lo yang suka ganggu gue"

"Tenang saja Mia, gue akan buktikan bahwa gue gak ganggu lo lagi"

"Baiklah kalau begitu"

Mia dan Rahman pun masuk kelas seperti biasanya, dan anehnya Rahman mempersilakan Mia untuk duduk terlebih dahulu. Setelah itu Mia pun duduk di kursinya. Tak berapa lama lonceng pun berbunyi maka pembelajaran pun di mulai, selama pembelajaran berlangsung, Rahman tak sekali pun terlihat seperti ingin menyentuh Mia. Nampaknya Mia sedikit mempercayainya. Tak berapa lama Rahman ingin meminjam tipe-x.

"Mia boleh pinjam tipe-x nya?"

"Iya boleh"

"Di letakkan saja di mejaku"

"Baiklah"

Dalam hati Mia bertanya-tanya, tak seperti biasanya Rahman bersikap seperti ini. Apa yang sebenarnya terjadi sama dia. Apa mungkin karena di pukul kemarin, tapi sepertinya tidak mungkin. Setelah pembelajaran usai, Mia dan April pergi ke kantin untuk sarapan. Tiba-tiba Rahman datang mengejar Mia.

"Mia tunggu sebentar"

"Iya, ada apa Rahman?" tanya April

"Gue boleh ikut ke kantin bareng kalian berdua?"

"Gue sih gak masalah, gak tau kalo Mia gimana?" April bertanya ke Mia

"Boleh kok, lagi pula Rahman sudah minta maaf sama gue, dan dia bilang gak macem-macem lagi sama gue"

Mia, April dan Rahman pergi sama-sama ke Kantin. Rahman pun mengajukan diri untuk memesankan Mia dan April makanan.

"Kalian mau apa?" tanya Rahman

"Nasi kuning aja sama teh es" jawab April

"Ok, kalau  Mia mau pesen apa?"

"Sama seperti April saja"

"Ok, berarti 2 ya?"

"Iya" jawab Mia

Pergilah Rahman memesan makanan sama ibu kantin, selama menunggu Rahman memesan, April pun bertanya sedikit tentang Rahman ke Mia.

"Mia lo gak heran apa sama tingkah Rahman?"

"Gak kok, malah bagus begini"

"Kemarin aja, dia sudah 3 kali mau nyentuh lo, ini ada yang beres"

"Gak apa-apa, lagi pula Rahman baik kok, dia pasti nepatin janjinya"

"Lo juga ada masalah apa sih sampai gak mau di sentuh dan jangan pakai alasan bukan muhrim loh ya"

"Ada alasan lain, dan gue gak mau ceritain ke siapapun"

"Ya udah gak apa-apa sih lo gak ceritain ke gue, gue juga gak bisa jaga rahasia"

Tak berapa lama Rahman pun membawa pesanan kami ke meja. Walau cuma punya Mia duluan yang di bawanya.

"Ini pesanan kalian, tunggu gue ambilin lagi punya April"

"Makasih Rahman" jawab Mia

Rahman pun mengambil lagi pesanan April. Tak berapa lama Rahman pun kembali dan membawa pesanan April.

"Ini untuk lo April"

"Gak usah lebay"

"Gak boleh gitu April, dia udah baik ke kita, kita harus hargai"

"Iya...iya...gue tau, makasih ya"

"sama-sama" jawab Rahman

Bersambung

Jangan Di Sentuh [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang