Setiap sore Rahman jadi sering ke rumah sakit untuk menjenguk Mia. Mia selalu senang setiap kali Rahman datang. Mia selalu menanti-nanti kedatangan Rahman di sore harinya. Rahman seperti membantu Mia untuk pulih dari trauma yang di alaminya.
Rahman ingin dekat dengan Mia karena anjuran Psikolog di rumah sakit ini. Psikolog di rumah sakit ini bilang jika kita ingin menghilangkan trauma, kita harus menghadapi rasa takut dari trauma itu, dan membuatnya jadi tidak menyeramkan makanya Rahman ingin memperlihatkan bahwa cowok itu tidak menyeramkan seperti yang di gambarkan rasa takutnya.
"Mia, gue mau menunjukan sesuatu sama lo" ucap Rahman
"Apa yang mau lo perlihatkan?" tanya Mia penasaran
"Ini ada alarm kecil untukmu" ucap Rahman sambil melemparnya
Mia pun menangkap alarm itu lalu melihatnya, "wah, cantiknya, ini bentuknya panda" ucap Mia sambil tersenyum
"Gue memberi itu supaya jika lo dalam bahaya gue bisa nolongin" ucap Rahman
"Makasih ya Rahman" ucap Mia
"Sama-sama Mia" ucap Rahman
Mia pun mengeluarkan hpnya, lalu memasangkan alarm kecil berbentuk panda itu di hpnya, karena alarm itu pun ada gantungannya jadi bisa lebih mudah di letakkan dimana saja.
Setelah selesai memasangkannya, Mia pun memperlihatkannya ke Rahman, "Rahman coba lihat deh, lucu bangetkan jika terpasang di hp gue?" tanya Mia sambil tersenyum di depan Rahman
Rahman tersipu malu melihat senyuman Mia, lalu Rahman pun nunduk, "iya Mia, lucu..." ucap Rahman.
Padahal dalam hati Rahman, dia ingin berkata bahwa yang lucu itu Mia nya bukan gantungan Pandanya. Namun Rahman tidak bisa bilang seperti itu karena lidah Rahman terasa sulit di keluarkan kata-katanya. Mulut terasa seperti di lakban, tidak bisa melepaskan kata-kata itu.
Mia pun melihat Rahman seperti berkeringat, "Rahman, lo kepanasan, kok berkeringat gitu?" tanya Mia
"Gak kok, gue cuma kecapekan" ucap Rahman
"Kan lo disini terus kok bisa capek?" tanya Mia
Rahman pun mengalihkan perhatian Mia, "Mia di gantungan panda itu ada tombol, itu untuk mengaktifkannya" ucap Rahman sambil nunjuk
Mia pun mencari tombolnya, "Dimana Rahman?" ucap Mia
Rahman pun mendekati Mia sambil menjaga jarak "Itu ada di bawah" ucap Rahman sambil nunjuk tombolnya
Mia pun menemukan tombolnya, "yang ini ya tombolnya?" ucap Mia
"Jangan...!!!" teriak Rahman
Mia pun kaget mendengar Rahman dan tidak jadi menekan tombol itu, "Lo kenapa sih, kaget gue untung gak sakit jantung karena kaget tadi" ucap Mia
"Maaf Mia, menekannya jangan sekarang, nanti saja lo menekannya, soalnya kita kan lagi di rumah sakit" ucap Rahman
"Bener juga, berarti gue simpan saja alatnya" ucap Mia sambil menyimpan hpnya lagi
"Mia udah dulu ya, gue pulang, besok sore gue kesini lagi" ucap Rahman
"Baiklah Rahman"
Seminggu telah berlalu, Mia terasa sudah sangat pulih dan gak terlalu trauma sama cowok lagi. Itu pun semua berkat Rahman yang selalu menyemangatinya. Rahman selalu datang dan tidak pernah absen dalam mengunjungi Mia.
Mia sudah bisa bersekolah lagi, Mia sangat senang bisa bersekolah kembali karena dia bisa lebih lama bertemu sama Rahman dan tidak hanya di sore hari terus. Mia berharap Rahman juga senang melihatnya keluar dari rumah sakit. Mia akan membuat kejutan tanpa memberi tau Rahman.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Di Sentuh [END]
Teen FictionMia adalah orang yang tak mau di sentuh lawan jenisnya, makanya dia bekal penggaris untuk memukul siapa saja yang ingin menyentuhnya, namun Rahman selalu berniat untuk menyentuhnya dengan berbagai cara, termasuk mencoba untuk dekat dengan Mia. Rahas...