21. Akhir

140 8 1
                                        

Tak berapa lama, tiba-tiba ada orang tua Rahman yang masuk ke ruang operasi. Namun mereka di halangi petugas karena dokter sedang menjalani operasi. Kedua orang itu pun tidak jadi masuk ke dalam. Dan karena penasaran, Mia pun mendatangi kedua orang itu.

"Assalamu'alaikum" sapa Mia kepada kedua orang itu

Kedua orang itu pun berbalik badan dan menjawab "Wa'alaikumsalam" ucap keduanya

"Bapak sama ibu ini siapa ya?" tanya Mia

"Kami berdua orang tuanya Rahman" ucap ibu Rahman

"Owh, maaf ya bu, karena saya anak ibu jadi celaka" ucap Mia jujur

Ayah Rahman pun menampar Mia. "Apa katamu!!!" ucap Ayah Rahman

Mia pun memegang pipinya yang di tampar dan perlahan air mata Mia mulai jatuh ke dasar. Seketika Ibu Rahman pun merespon. "Bapak tenang pak, gak boleh gitu" ucap Ibu Rahman menenangkan

"Gak bisa gitu bu, gara-gara dia anak kita mengalami musibah" ucap Ayah Rahman kesal

"Tapi gak gini caranya pak" ucap Ibu

"Gak apa-apa, ini memang salahku, jadi ini memang pantas untuk aku terima" ucap Mia

Bapak juga minta satu hal kenapa Mia" Jauhi Rahman ini untuk kebaikan Rahman juga" ucap Ayah Rahman

"Baiklah pak, saya janji gak akan menemui Rahman setelah dia sadar dari komanya" ucap Mia

Sementara itu di dalam ruang operasi dokter tengah sibuk mengobati Rahman. Jantung Rahman berdetak kembali, lalu dokter pun mentranfusi darah ke Rahman. Kondisi Rahman pun mulai stabil dan tidak dalam bahaya lagi. Dokter pun menjahit luka yang ada di luar. Setelah itu selesai, Rahman pun di bawa ke ruang rawat inap untuk menjalani perawatan yang lebih lanjut.

Mia dan orang tua Rahman pun pergi ke ruang perawatan untuk melihat kondisi Rahman. Rahman dalam kondisi belum sadarkan diri. Rahman masih terbaring di kasur sambil di pasang alat pendeteksi detak jantung dan hidung di pasangi selang infus.

[Satu minggu kemudian]

Rahman mulai siuman, Rahman mencoba membuka matanya secara perlahan. Rahman melihat ke samping ternyata ada suster yang menghampiri dan dia kaget melihat Rahman sadar. Suster itu pun pergi ke luar memanggil dokternya.

Setelah itu dokter datang dan memeriksa keadaan Rahman. Kondisi Rahman sudah stabil, Rahman sudah makan dan tidak perlu di infus lagi. Dokter pun menyuruh suster untuk melepas infus yang terpasang di tangan Rahman.

Tak berapa lama datanglah orang tua Rahman, mereka langsung memeluk Rahman dengan perasaan bahagia. Rahman pun juga merasa demikian bahagia bisa bertemu mereka.

Setelah selesai berpelukan, Rahman menanyakan tentang Mia. "Ibu, ada lihat Mia?" tanya Rahman

"Gak ada nak, tapi dia ada nitip ini ke ibu" ucap Ibu Rahman sambil mengeluarkan surat dan memberikan ke Rahman

Rahman pun mengambil pesan itu dan membacanya. "Untuk Rahman, ini adalah surat yang aku tujukan untuk orang aku cintai, aku sadar bahwa aku adalah penyebab kejadian yang membuat kamu sekarat dan menderita. Aku hanya ingin kamu tau bahwa aku akan menjauhi kamu agar kamu aman dan tidak membahayakan dirimu lagi. Mungkin suatu saat nanti kita bisa bertemu kembali"

Rahman menangis membaca surat dari Mia, Rahman pun bangun dari tempat tidurnya dan mencoba pergi dari rumah sakit namun di tahan sama petugas medisnya. Orang tua Rahman pun mencoba menahan anaknya juga dan membuat Rahman tidak bisa kemana-mana. Rahman hanya bisa meratapi kepergian Mia untuk selamanya.

Selesai

Akan ada sekuel keduanya, alur yang aku buat sudah habis dan tidak ada lagi mungkin nanti akan aku buat kembali

Jangan Di Sentuh [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang