KAREEN
O’oh... aku merasa seperti seorang anak remaja yang tertangkap basah baru pulang clubbing tanpa sepengetahuan orang tuanya dan dipergoki ketika sedang terbangun sehabis melakukan hal yang ‘iya-iya’ bersama pacarnya. Koreksi, aku memang baru saja clubbing semalam, tapi itu atas perintah Mama dan dipergokin ketika bersama dengan pacar? Evan itu bukan pacarku. Err... entahlah, aku juga bingung menjelaskan status kami sekarang.
Kini, aku dan Evan tengah duduk bersisian di sofa ruang tamu Evan, bersikap seperti seorang terdakwa kriminal dan berhadapan dengan Mama dan Auntie Di yang menatap kami penuh curiga. Evan sudah berpakaian, tentu saja. Dengan t-shirt biru langit dan celana jeans panjang.
Semoga ini tidak jadi semakin buruk... semoga saja...
“Evan. Kareen,” panggil Mama.
Aku dan Evan serempak menoleh menatap wajah cantik Mama yang dipenuhi ekspresi yang tak terbaca. Entahlah, aku tidak bisa menebak apa yang tengah Mama pikirkan.
“Bisa kalian jelaskan ada apa tadi sebenarnya?” kali ini Auntie Di yang bertanya.
“Tadi itu—” ucapanku terpotong oleh selaan Mama.
“Kenapa kalian menyembunyikannya?”
“Hah?” tanyaku bego. Menyembunyikan apa maksud Mama?
“Iya Kareen, kenapa kamu menyembunyikannya?” sambungnya lagi.
“Menyembunyikan apa maksud Mama?”
“Menyembunyikan kalau kamu dan Evan itu sebenarnya sepasang kekasih. Kalau tau gitu kan Mama nggak perlu repot-repot kaya staff marketing yang nguber-nguber target penjualan di akhir bulan buat nyariin kamu jodoh.”
Hah!?
What!?
Aku dan Evan sepasang kekasih!?
Mama, you have misunderstood the whole thing!
“Ma, nggak begitu—”
“Maaf, Tante. Kita emang sengaja nyembunyiin ini dari Tante karena Kareen bilang belum siap buat kasih tau soal hubungan kami ke publik.” Suara siapa itu tadi? Evan!
Aku yakin, mataku pasti sudah melotot sempurna seperti ikan mas koki sekarang. Evan! You make thing worse by saying that!
“Nggak, Ma. Sebenarnya—”
“Aduh, Kareen, nggak usah malu kali. Putranya Auntie, si Evan kan nggak malu-maluin sama sekali buat dikenalin sebagai kekasih. Evan, kapan mau Mama lamarin si Kareen? Setelah kejadian ini, Mama jadi was-was ngebiarin kalian berdua tanpa ikatan, takutnya nanti kalian malah khilaf lagi. Ya nggak, Reen?” Apa!? Auntie Di! Nggak begitu! God...
Eh, tapi bagian yang Auntie Di bilang soal Evan yang nggak malu-maluin buat dikenalin sebagai kekasih sih bener banget. Such a hot guy kaya dia mah di atas standard banget kalau buat diakuin sebagai pacar.
Wait, apa yang baru kukatakan tadi? Kareen gila!
“Ma, Auntie—”
“Secepatnya, Ma. Hal baik kan tidak boleh ditunda-tunda. Bukan begitu, Kareen sayang?” Evan mengerling dengan kilat I-got-you now di pancaran bola mata cokelatnya.
“Hah? Nggak, Ma. Kareen itu nggak—”
“Nggak sabar buat pengen nikah sama aku, Ma, Tante. Sebaiknya kami langsung dinikahkan saja. Lebih cepat lebih baik,” sela Evan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Love Issue
ChickLit*first sequel of 27 to 20* Dua puluh tujuh tahun, cantik, cerdas, berbakat, dan belum mempunyai pasangan? Aneh? Tidak juga, kalau kamu menjadi Kareenina Divira Geovanni, putri sulung kesayangan Azkanio Geovanni. Dengan sang ibu sudah mendesaknya unt...