KAREEN
Papa. Jantungku berdegub sangat cepat. Memacu bagai derap langkah kuda yang dicemeti dengan brutal. Di belakangku, Evan, Mama, dan Mama Di turut melangkah setengah berlari menyusuri selasar rumah sakit. Mama rebah dalam tangis sesenggukan di dalam pelukan Mama Di. Hatiku mencelos melihat kerapuhan yang Mama tunjukkan, aku ingin merengkuh Mama dan menenangkannya, tapi aku sendiri pun masih tak mampu mengendalikan emosiku. Aku sangat khawatir pada Papa. Air mata sudah melukiskan jalurnya sendiri membasahi pipiku. Tuhan, semoga Papa nggak kenapa-kenapa, doaku dalam hati.
Ruang rawat itu akhirnya terlihat. Ruangan dengan pintu putih dengan bingkai kaca yang membatasi setengah bagian pintunya. Ruangan IGD tempat Papa ditangani secara intensif.
Papa. Memikirkan Papa ada di dalam sana, tengah berjibaku dengan beragam peralatan medis penunjang hidupnya yang terlihat mengerikan mengirimkan hujaman kuat ke jantungku.
Seorang suster melangkah keluar dari ruang intensif tersebut dengan langkahnya yang cepat. Aku mencegat suster itu, berusaha meminta informasi mengenai keadaan Papa.
“Sus, gimana keadaan Papa saya? Bapak Azkanio Geovanni,” tanyaku dengan napas satu-satu.
“Bapak Azkanio pasien anfal jantung? Mbak keluarganya?” tanyanya memastikan.
Aku mengangguk.
“Saya putrinya, Sus.”
Mama melangkah cepat, mensejajarkan langkahnya denganku menemui si Suster.
“Ba—bagaimana keadaan suami saya, Sus?” tanya Mama terbata-bata.
Suster menatapnya sambil mengernyitkan kening.
“Dia ibu saya, Sus,” jelasku.
Si Suster mengangguk sejenak.
“Saat ini pasien masih dalam penanganan. Kami belum dapat memastikan bagaimana kondisi beliau sekarang,” jawabnya lugas. “Saya permisi dulu,” pamitnya. Mama dan aku secara spontan membukakan jalan untuknya.
Kondisi Papa masih belum dapat dipastikan. Itu yang dapat kucerna.
Astaga.
Lututku melemas, tak mampu menyangga tubuhku. Badanku meluruh dalam posisi bersimpuh di permukaan lantai rumah sakit yang dingin. Papa.
Back when I was a child
Before life removed all the innocence
My father would lift me high
And dance with my mother and me and then
Spin me around till I fell asleep
Then up the stairs he would carry me
And I knew for sure I was loved...
“Papa...”
“Hey, Little Princess...”
“Papa sedang ngapain?”
“Papa sedang menyiapkan hadiah ulang tahun untuk Mama kamu.”
“Kya... Papa romantis sekali. Kalau nanti Kareen udah besar, Kareen mau punya suami yang kaya Papa.”
“Kamu harus menikah dengan lelaki yang baik kelak, Princess.”
“Nanti, kalau Kareen udah punya pacar, Kareen bakal kenalin ke Papa.”
“Itu harus, sayang. Pokoknya, kalau besar nanti, Kareen nggak boleh sembarang memilih pasangan. Oke?”
“Oke, Pa. Princess mau nikah sama Pangeran Tampan yang seperti Papa. Papa terhebat sepanjang masa, Azkanio Geovanni!”
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Love Issue
ChickLit*first sequel of 27 to 20* Dua puluh tujuh tahun, cantik, cerdas, berbakat, dan belum mempunyai pasangan? Aneh? Tidak juga, kalau kamu menjadi Kareenina Divira Geovanni, putri sulung kesayangan Azkanio Geovanni. Dengan sang ibu sudah mendesaknya unt...