EVAN
Kalau kalian pikir aku akan meninggalkan Kareen begitu saja untuk didekati oleh pria-pria di acara ini, KALIAN SALAH BESAR.
Please, I’m not that stupid. I mean, percuma seorang lulusan Harvard dan Yale University sepertiku dengan mudahnya melepaskan gadis yang kucintai sejak lama untuk masuk ke sarang penyamun. Never, even in a million years.
Aku bersembunyi di bar stool, di balik hingar bingar keramaian pesta selebrasi yang diadakan oleh Tante Maureen secara mendadak. Aku heran, apa yang terlintas di pikiran Tante Maureen sampai dia bisa-bisanya berbuat sekonyol sekarang. Mengumpankan putri sulungnya, huh? Apa dia tidak tau kalau di sebelah putri cantiknya itu ada seorang pria available yang siap sedia membubuhkan tanda tangan di buku nikah dengan namanya dan nama Kareen yang bersanding indah? Singkatnya, pria itu adalah aku sendiri. Stevano Putra Leonard.
Kalian pasti berpikir aku bodoh karena tidak langsung melamar Kareen pada Mama-nya. No, I’m not a dummy idiot. Aku penuh perhitungan dan pertimbangan. Aku menerapkan strategi dan taktik jitu dalam hidupku, ibarat game online yang kini tengah booming itu, Clash of Clans.
Aku nggak mungkin melamar Kareen ke orang tuanya kalau anaknya sendiri nggak suka sama aku. Kareen gadis yang nekat. Aku khawatir kalau aku melakukan itu, Kareen bisa saja menjadi Runaway Bride dadakan dan menggemparkan satu Indonesia dengan ulahnya kabur dari —ehem— pernikahan kami. Dan bisa saja esoknya muncul headline di berita, ‘The Fund and Raising Director of Leonard Corp., Stevano Leonard, Ditinggal Kabur oleh Calon Istrinya, Kareenina Geovanni, di Altar’.
Mataku mengikuti langkah Kareen yang turun ke dance floor. DJ sedang memutarkan musik upbeat untuk menemani malam ini. Beberapa pria dan wanita muda pun mulai turun ke lantai dansa, memanaskan malam ini dengan goyangan mereka.
Yeah, my Princess Kareenina has this b*tchy side inside her, too. Mungkin di luar dia terlihat seperti classy feminine maiden, tapi inside, she’s truly a flexible woman. She can blow your mind. Memang Kareen dulu cukup sering pergi ke club dengan beberapa teman-temannya —dengan pengawalan dariku, tentu saja— tapi dia tidak pernah mengonsumsi minuman beralkohol, obat terlarang ataupun merokok. She loves to dance at the club, that’s all. Dia hanya ingin sekedar menggoyangkan tubuhnya untuk merilekskan pikirannya.
Mataku menajam menatapi beberapa pria yang secara terang-terangan mendekati gadisku. Mulai menari sambil memancarkan seluruh pesona mereka untuk mempengaruhi Kareen yang sedang meliuk-liukkan tubuh sexy-nya dengan gerakan yang... ughh... menyentil imanku.
Sisi hewan dalam diriku mulai bangkit dari hibernasinya ketika melihat tubuh sintalnya bergoyang mengikuti irama musik yang menghentak. But calm down, Evan. She’s your Princess. Kamu harus menjaganya sepenuh hati. Bukankah itu yang dilakukan seorang pengawal kepada putrinya? Yah, in case kalau pengawal itu tidak terjebak cinta kepada sang putri, seperti yang kualami.
Seorang pria, yang kukenal sebagai putra tunggal salah satu pemilik pabrik pemintalan tekstil terbesar di Indonesia mulai menari dengan jarak yang sangat dekat dengan Kareen. Tangannya terlihat mulai kegatelan dengan menyentuh lengan atas Kareen. Kareen tampak risih dan berusaha menepis sentuhannya, tapi pria itu —Arnold— tidak berhenti dan terus berusaha melancarkan aksinya. Aku tidak boleh tinggal diam.
Aku mulai bangkit dan melangkah di dekat Kareen. I wonder, where’s Om Azka in a critical moment like this. Oh, dalam pengawasan Tante Maureen tentu saja agar tidak menggagalkan usahanya mencarikan jodoh untuk Kareen.
Setengah mengendap, aku melangkah ke dekat Arnold dan Kareen, berdiri di belakang keduanya.
Aku menjulurkan kaki panjangku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Love Issue
ChickLit*first sequel of 27 to 20* Dua puluh tujuh tahun, cantik, cerdas, berbakat, dan belum mempunyai pasangan? Aneh? Tidak juga, kalau kamu menjadi Kareenina Divira Geovanni, putri sulung kesayangan Azkanio Geovanni. Dengan sang ibu sudah mendesaknya unt...