1.

226 20 0
                                    

^Yamanaka Jyutaro

____________________________________

Umji POV.

Jepang, 11 Januari 2020
Pukul 20.37

Aku baru saja sampai di bandara Tokyo setengah jam yang lalu, dan sekarang aku sedang sibuk dengan ponselku untuk mencari hotel terdekat disini, karena hari sudah malam dan aku lelah.

Seseorang tiba-tiba menepuk pundakku, membuatku siaga.

"Kamu ini kenapa, sih? Ini aku," ucapnya sambil menunjuk wajahnya sendiri.

"Lama banget. Terus yang lain dimana?" Tanyaku sok ngambek.

Bukannya menjawab, dia justru mencubit pipi kiriku, "kamu lucu. Mereka masih dibelakang."

Aku mengusap pipiku yang pasti sudah merah sekarang, "aku benci perlakuanmu seperti itu, Yerin" aku menggembungkan kedua pipiku. Aku yakin bahwa itu membuatku terlihat imut.

Seseorang berjalan mendekati kami. Dengan topi yang hampir menutupi wajahnya itu, aku masih bisa mengenalinya, dia Yuna, "kamu kemana aja? Kenapa lama banget? Lalu-"

"Dia menyuruh kita untuk pergi dulu. Dia akan menyusul nanti" ucapnya sebelum aku selesai bertanya.

Baiklah. Malam ini kita akan tinggal di hotel yang sudah kudapatkan. Bahkan aku sudah memesan empat kamar untuk kami.

Kenapa empat? Karena kami punya privasi masing-masing, dan orang yang mensponsori kami setuju kalau kami memesan empat kamar yang berbeda. Tentu kami tidak akan mensia-siakan kesempatan itu.

Kami menuju hotel itu dengan berjalan kaki. Musim dingin membuat kami kompak merapatkan jaket masing-masing.

"Masih jauhkah?"

Aku menggeleng, "tinggal sekitar satu kilometer lagi," aku mengamati ponselku yang menunjukkan letak hotelnya.

Tiba-tiba sebuah ide terlintas dikepalaku. Lalu aku berbalik untuk menghadap mereka berdua, "hei, kalian kesana sendiri aja, ya. Aku mau keliling disekitar sini dulu."

Gadis dengan bandana kuning menyala itu menggeleng tegas, "Nggak. Kita nggak tau dimana letak hotel itu."

Aku memutar kedua bola mataku dengan malas, "kalian bawa aja ponselku. Ini menunjukkan letak hotelnya."

"Terus kalau kamu tersesat?"

Lagi-lagi aku memutar bola mataku sambil sedikit menghentakkan kakiku, "kalian lupa kalau aku punya dua ponsel?"

Keduanya mengangguk paham. Tumben sekali mereka berdua lemot seperti ini.

Aku menyerahkan satu ponselku kepada salah satu dari mereka dan segera sedikit berlari menjauhi mereka sambil melambaikan tangan, "nanti aku menyusul!" teriakku.

Lalu aku mengambil kamera dari ransel kecilku. Pemandangan kota Jepang pada malam hari sangat indah, sangat sayang kalau aku melewatkan pemandangan ini.

Lampu yang menyala berwarna-warni disetiap teras toko terlihat indah, kadang ada yang berkelip lucu membuatku ingin memotretnya.

Aku sedang membidik sebuah plakat sebuah restoran ramen ketika seseorang menabrakku sehingga membuat kameraku terjatuh. Untung hanya kameraku yang terjatuh. Ketika aku ingin mengambil kameraku, tanganku ditarik paksa oleh orang yang menabrakku tadi. Dasar, sudah menabrak, bukannya minta maaf malah menarikku seperti itu.

Aku diam saja ketika ditarik entah kemana karena aku bisa saja menghabisinya ketika aku sudah lelah berlari.

Dan akhirnya dia berhenti di sebuah gang kecil dan sempit yang apek dan bau.

Dark Psycho Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang