*Dira pov
Hari ini semua terasa hampa, Ano tidak datang ke sekolah. Aku merasa sedikit khawatir padanya, bagaimana jika ia sakit? Hatiku merasa sangat tidak tenang.
Ditambah lagi Jakson yang duduk di sebelahku, melihat wajahnya saja selalu membuatku teringat akan kejadian buruk yang ia lakukan padaku.
Dan tadi, aku memutuskan untuk memaafkannya. Aku pikir, ia adalah manusia yang tidak luput dari dosa apalagi ia juga berjanji untuk berubah oleh karena itu aku memaafkannya.
Sepulang sekolah nanti, aku memutuskan untuk pergi ke rumah Ano untuk memastikan keadaannya. Bel pulang sekolah yang kunantikan pun berbunyi, setelah aku mengemasi buku-bukuku aku bergegas menuju rumah Ano menggunakan busway.
Baru saja aku keluar dari pagar sekolah, sebuah motor menghampiriku. Pengemudi motor itu membuka helmnya, dan ternyata ia adalah Jakson.
"Pulang sendirian?"
Ia bertanya padaku, ingin sekali rasanya aku mengabaikannya namun entah kenapa rasanya tidak enak hati untuk mengabaikannya aku takut nanti ia akan sakit hati.
"Iya" jawabku seadanya tanpa melirik ke arahnya.
"Memangnya Devano kemana?" Aku tidak menjawab pertanyaannya, karena aku memang tidak tahu keberadaanya dimana.
Dan sepertinya ia juga menyadari bahwa aku merasa tidak nyaman akan pertanyaannya lalu ia segera mengganti topik pembicaraan.
"Mau nebeng? Rumah kita kayaknya searah"
"Aku naik busway" aku menolak tawarannya, lalu aku segera berjalan meninggalkannya. Saat aku berjalan, ternyata ia mengikutiku menggunakan motornya.
Aku tetap mengabaikannya, aku berjalan menuju halte dan berpura-pura tidak tahu bahwa ia mengikutiku. Sesampainya di halte aku berdiri sambil menunggu kedatangan busway.
Namun sudah hampir dua puluh menit aku menunggu, busway belum kunjung datang sementara hari sudah sore. Dan kalian tahu? Ternyata Jakson masih menungguku, dia duduk di atas motornya.
Tidak lama setelah itu ia menghampiriku, dan bertanya padaku. "Mau sampai kapan nunggu bus nya?"
Aku tetap mengabaikannya, namun ia malah berdiri di sampingku dan ikut menunggu bus kota bersamaku.
"Mau diantar ga? Udah sore loh ini" ia menawarkan bantuan lagi.
Hatiku mulai ragu, ingin rasanya aku ikut bersamanya tapi di lain sisi aku merasa sedikit takut bila berada di dekatnya.
"Gua janji ga bakal jahatin lo atau orang lain lagi" Dan setelah mendengar perkataannya, Aku mengubah keputusanku.
"Aku mau kerumah Devano, mau lihat keadaannya. Emang kamu mau ngantarin aku?"
"Kemana pun lo pergi, bakal gua anterin" Lalu ia menaiki motornya dan mengajakku untuk naik motor bersamanya. Kami pun melaju bersama motornya menuju rumah Ano.
Aku memberi tahu jalan rumah Ano pada Jakson. Setelah sepuluh menit, akhirnya kami sampai. Aku pun turun dari motornya dan melihat pagar rumah Ano yang tertutup, sepertinya tidak ada orang.
Aku memanggil namanya dengan sedikit berteriak. "Ano.."
"Anooo....."
"Ano.. ini aku Dira" Namun tidak ada jawaban. Tidak lama setelah itu, seorang pria tua membuka pagar rumahnya dan sepertinya pria itu adalah tukang kebun atau satpam dirumahnya.
"Ada yang bisa saya bantu?"
"Hmm... saya temannya Devano pak, Devano nya ada?" Pria itu terdiam, ia tampak sedang berpikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penghujung Rasa [END]
Teen FictionApakah salah jika aku bukan gadis yang cantik? Apakah di dunia ini yang diutamakan hanya mereka yang berparas cantik dan good looking? Sementara yang jelek? Menjadi bawahan dari mereka yang berparas cantik. Yang jelek akan dihina, dibuli dan diterta...