Sepulang sekolah, Semua murid bergegas menuju rumahnya masing-masing. Saat ini Ano sedang berdiri di koridor kelas Dira untuk menunggu gadis itu. Tidak lama setelah itu, Dira keluar dari kelasnya.
Gadis itu menoleh ke arah kanan untuk mencari seseorang namun tidak menemukannya. Kemudian ia menoleh ke arah kiri, ia tersentak akibat terkejut karena seseorang dengan tubuh yang tinggi tiba-tiba berdiri di sampingnya.
"Terkejut?" Tanya Ano sambil sedikit terkekeh."Ih.. untung ga serangan jantung" ujar Dira dengan tangan yang di dadanya.
"Yaudah, yok ke parkiran"
Kemudian mereka berdua berjalan bersama menuju parkiran. Sekarang Dira berjalan tepat di sisi Ano, ia tidak lagi berjalan di belakang ataupun menjauh dari Ano. Bahkan ia sudah mau untuk tersenyum dan menatap orang orang di sekitarnya.
Ano mengeluarkan motornya dari parkiran lalu ia memakai helm fullfacenya, serta membonceng Dira di posisi belakang.
"Kita mau kemana?"
"Ke suatu tempat yang bakal buat hari ini seru" Ano berkata dengan sedikit berteriak, agar Dira dapat mendengarnya karena suara jalanan yang ribut.
Setelah menempuh perjalanan selama dua puluh menit. Mereka pun sampai. Ano memarkirkan motornya, dan mengajak Dira ke tempat itu.
"Taman hiburan?" Dira bertanya dengan wajah terkejut dan bahagianya.
Ano pun mengangguk dan tersenyum melihat wajah excited Dira.
"Senang?"
"Bangett.. terakhir kali aku kesini itu umur lima tahun bareng mama"
"Gua juga terakhir kali kesini umur enam tahun, bareng mama dan mbok Iyem. Sekarang kita lupain semua dan have fun!"
Mereka berdua pun memasuki area Taman hiburan. Mereka melihat banyak sekali permainan dengan hadiah yang menggiurkan. Ada badut, roaler coaster, stand makanan, dan banyak spot foto yang bagus.
"Gimana kalau naik biang lala?" Tanya Ano dengan kedua tangan yang berada didalam saku celana.
"Mau sih, tapi serem naiknya"
"Udah ayo" kemudian lelaki itu menarik tangan Dira dan mengajaknya untuk menaiki biang lala.
"Lo tunggu disini, gua mau beli tiket"
Dira pun menggangguk, kemudian Ano pergi untuk membeli tiket. Saat Ano tengah membeli tiket untuk mereka berdua, Dira melihat ada seorang anak kecil yang tengah menangis sambil memegang gulali kecil ditangannya. Karena merasa iba, Gadis itu menghampiri anak yang tengah menangis tersebut.
"Hai? Kamu kok nangis?"
"Hikss... abang aku mana? Hikssss"
"Oh, kamu terpisah ya sama abang kamu? Jangan nangis lagi, kita cari abang kamu sama sama ya"
"Hikkss.. abanggg... hikkkss.."
"Sini, pegang tangan kakak" dengan lembut, gadis itu meraih dan menggenggam tangan mungil anak itu untuk membantunya mencari abangnya.
"Ciri-ciri abang kamu gimana dek?"
"Abang aku tinggii... ada tai lalatnya kecik di dahi. Terus pakai baju oren, kata mama abang aku gantengg"
"Oh iya, kita belum kenalan loh. Nama kakak Dira, nama kamu siapa?"
"Ciko"
Saat Dira dan Ciko pergi mencari abangnya, Ano datang dengan dua tiket ditangannya. Ia menghampiri tempat dimana ia menyuruh Dira untuk menunggu dirinya. Namun, ia tidak menemukan Dira disana. Kedua alisnya menyergit karena kebingungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penghujung Rasa [END]
Fiksi RemajaApakah salah jika aku bukan gadis yang cantik? Apakah di dunia ini yang diutamakan hanya mereka yang berparas cantik dan good looking? Sementara yang jelek? Menjadi bawahan dari mereka yang berparas cantik. Yang jelek akan dihina, dibuli dan diterta...