Kalau cinta memandang fisik. Lalu untuk apa Hati diciptakan?
-------------Aku takut pada suara lantangnya,
Aku juga takut pada tubuh tinggi nan tegapnya,
Aku juga ragu memandang wajah tampan dengan manik mata tajam yang sangat membuatku terpaku,
Tapi kenapa, rasa takutku malah berbanding terbalik dengan rasa berdebar di jantungku?
Seolah ia berkata, bahwa kau bukan monster. Melainkan malaikat berjubah baja.
Hari berganti hari, matahari telah datang dengan menampakkan dirinya yang tersenyum sebagai pertanda bahwa pagi telah datang.
Hari sudah terik tapi Dira masih tergelung oleh hangatnya selimut, ia tak juga kunjung bangun karena kelelahan akibat mengerjakan banyak PR dari berbagai mata pelajaran. Ditambah lagi ia juga harus mengerjakan pr milik Rena.
"Dira-- Diraaa bangun nak" Tante Dira yang bernama Miar, membangunkan gadis itu.
"Enghhh.." Gadis itu terbangun dari tidurnya. Ia melihat jam dinding yang menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Kedua matanya membelalak bak melihat setan.
"Tante ini udah jam setengah tujuh kok Dira baru dibangunin??" Lalu ia bergegas ke kamar mandi dan memakai seragamnya.
"Sorry-- tante juga telat bangun" ujar miar dengan rasa bersalahnya.
Tanpa sarapan Dira segera bergegas ke sekolah, "Tante, Dira pergi ya.."
Hingga ia tiba di Halte untuk menunggu kedatangan busway. Sudah sepuluh menit ia menunggu, namun busway tidak kunjung datang.
Padahal lima menit lagi bel masuk sekolah akan berbunyi. Dan jika bel masuk sudah berbunyi maka murid yang terlambat harus pulang karena gerbang sekolah akan ditutup dan tidak akan dibuka lagi.
Perasaannya mengatakan bahwa busway tidak akan datang. Ia pun memilih untuk berlari ke sekolah, walaupun ia tahu pasti ia akan terlambat.
Pada saat ia tengah berlari, ada sebuah motor yang melaju di belakangnya sambil membunyikan klakson motornya sedari tadi.
Namun, tidak ia hiraukan karena ia ingin cepat. Saat ia tengah berlari, sebuah motor beserta pengemudinya melaju dengan kecepatan rendah di samping Dira.
"Mau sampai kapan lari-lari? Sekolah jauh lagi. waktu yang tersisa cuma 4 menit." Pengemudi itu berkata sambil mengikuti Dira yang masih berlari.
Dira melongo selama beberapa detik. Ternyata pengemudi itu ialah Devano.
"Mau naik ga? Atau lari-lari sampai sekolah?"
"Eeh! iya tapi a--aku ga bawa helm"
"Naik" ujarnya bak memerintah.
Dira pun menurut dan naik ke atas motor tersebut. Setelah Dira naik, Ano langsung meng-gass motornya dan melaju dengan kecepatan tinggi.
"Ano.. pelan-pelann.." Dira berteriak karena ketakutan. Bahkan karena sangking kencangnya, kaca mata gadis itu penuh dengan uap udara.
Tak lama setelah itu mereka pun sampai di sekolah tepat waktu. Dan beruntung mereka sampai di sekolah dengan selamat, karena Ano mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi dan menyelip mobil-mobil besar dengan jarak yang sangat kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penghujung Rasa [END]
Novela JuvenilApakah salah jika aku bukan gadis yang cantik? Apakah di dunia ini yang diutamakan hanya mereka yang berparas cantik dan good looking? Sementara yang jelek? Menjadi bawahan dari mereka yang berparas cantik. Yang jelek akan dihina, dibuli dan diterta...