"Awh.. sakit!!" Ano menjerit kesakitan sambil memegangi luka di perutnya.
"TOLONGG!! TOLONGG!! ANO KENA TUSUK! TOLONGG!!" Dimas berteriak meminta tolong, akhirnya para guru datang dan segera membawa Ano ke rumah sakit.
Perut bagian kanan Ano tertusuk oleh sebuah pisau. Bahkan ukuran lukanya seukuran dengan kelingking orang dewasa. Dugaan mereka bahwa saat ia tertusuk, pisau itu ditarik sehingga lukanya menjadi lebar.
Darah keluar dengan sangat banyak dari luka tusukan itu. Baju basket tanpa lengannya pun dipenuhi dengan darah segar, Ano jatuh pingsan karena tak kuasa menahan sakit.
Darah masih keluar dari luka itu, sehingga luka itu ditekan oleh kain agar pendarahan dapat dikurangi dalam perjalanan menuju rumah sakit.
Berita tentang Ano yang tertusuk oleh pisau dengan cepat menyebar di wilayah sekolah itu. Mengetahui berita itu, Dira segera mencari keberadaan Jerry. Ia berharap Jerry dapat membantunya untuk menemui Ano.
"Jer, anterin aku ke rumah sakit tempat Ano dibawa" Dira memohon dengan panik bercampur khawatir.
Dengan sigap, Jerry langsung mengambil kunci motornya dan segera membawa Dira menuju rumah sakit tempat Ano dibawa.
Jerry membawa motor dengan kecepatan tinggi, bahkan lampu merah ia lalui agar cepat tiba di rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, Dira langsung turun dan berlari menuju ruang UGD. Ia melihat Dimas dan beberapa guru berada di sana.
"Kalian ada yang punya nomor orang tua Devano?" tanya pak Budi.
"Devano.. udah ga punya orang tua pak" jawab Dimas lesuh.
"Tapi tantenya ada pak, ini nomornya" ujar Jerry, lalu ia memberikan nomor tante Ano pada pak Budi.
Dokter pun segera menangani Ano. Sambil menunggu kabar dari Dokter, pak Budi segera menelpon tante dari pihak Ano untuk memberitahu kondisi Ano. Tidak lama setelah itu, Dokter pun keluar dari ruang UGD.
"Kita harus segera melakukan operasi penjahitan luka pada Devano. Dan kabar buruknya, Devano kekurangan darah padahal stok darah A+ sedang habis di rumah sakit ini. Jika tidak segera didapatkan pendonor, maka bisa saja Devano tidak tertolong. Apakah disini ada keluarga nya Devano?" Dokter tersebut menjelaskan terkait keadaan Ano dan bertanya perihal keluarganya.
"Devano sudah tidak memiliki orang tua Dok, tapi tantenya sedang dalam perjalanan" ujar pak Budi.
"Kita tidak bisa menunggu lama, dan kalau ternyaya tantenya Devano tidak memiliki golongan darah yang sama bisa saja Devano tidak tertolong. Karena luka tusukan itu sangat lebar dan dalam"
Saat Dokter itu menjelaskan perihal keadaan Ano, tante Mirda selaku tantenya Ano datang kearah mereka.
"Bagaimana keadaan Ano dok?" Mirda, tantenya Ano bertanya dengan perasaan panik.
"Saat ini Devano membutuhkan transfusi darah, dan darah itu harus bergolongan A+ , apakah saudari bergolongan A+ ??" Tanya Dokter itu.
"Saya bergolongan darah B dok" jawab Mirda lesuh.
"Saya bergolongan darah A+ !" ujar Dira tepat setelah tante Mirda menjawab pertanyaan Dokter tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penghujung Rasa [END]
Fiksi RemajaApakah salah jika aku bukan gadis yang cantik? Apakah di dunia ini yang diutamakan hanya mereka yang berparas cantik dan good looking? Sementara yang jelek? Menjadi bawahan dari mereka yang berparas cantik. Yang jelek akan dihina, dibuli dan diterta...