39 | Aku benci dan juga cinta

722 52 5
                                    

Sesampainya di rumah sakit mereka langsung membawa Ano ke ruang UGD. Dokter dan perawat langsung memeriksa keadaan Ano, sedangkan Dira dan Jakson menunggu di kursi deret dekat ruang UGD.

Di dalam ruang UGD, Ano langsung ditangani oleh dokter Stewart. Dokter itu melihat wajah Ano dengan seksama, sepertinya ia mengenal Ano.

"Suster, ini Devano yang check Up ke rumah sakit dua hari yang lalu kan?"

"Betul Dok, Devano merupakan pasien yang rutin ke rumah sakit akibat penyakitnya" Dokter Stewart mengangguk paham, kemudian dengan sigap ia mulai menangani Ano.

Sementara di luar ruang UGD, Dira dan Jakson menunggu di kursi deret dengan jarak yang berjauhan. Perkataan Jakson masih bergeming dikepalanya

"GUA CINTA SAMA LO! ASAL LO TAU DI LUAR SANA BANYAK PEREMPUAN NGERJAR NGEJAR GUA! TAPI HATI GUA TETAP AJA UNTUK LO!"

Ia memejamkan kedua matanya dan tanpa sadar air matanya jatuh lagi untuk kesekian kalinya. Saat gadis itu mengusap air mata yang mengalir di pipinya, ponselnya berdering sehingga menyebabkan sakunya bergetar. Ia segera meraih ponselnya dan melihat nama Dimas tertera di sana.

"Halo" terdengar suara dari seberang

"Iya Dim?"

"Lo dimana? Tadi pas lo di sana gua lihat semua kejadiannya. Maafin gua, karena gua yang nyuruh lo ke sana. Tapi asal lo tahu, gua juga ga ikhlas ngelakuin itu. Dan tadi gua nyamperin Ano ke restoran, tapi kata Rena dia pergi" hatinya kembali terasa perih saat mendengar nama Rena.

"Aku ada di rumah sakit Dim, Ano masuk rumah sakit"

"Serius?! Kok bisa? Dia--dia di rumah sakit mana?"

"Nanti bakal aku ceritain, aku bakal sms ke kamu alamat rumah sakitnya"

"Oke oke, gua kesana"

Tut..tutt!!

Sedangkan di dalam ruang UGD, Ano sudah sadar dan kedua matanya sudah terbuka.

"Syukurlah kamu sudah sadar, di luar ada teman kamu yang sudah mengantar dan menunggu di sini" ujar dokter Stewart.

"Dok, tolong jangan bilang mengenai keaadaan saya pada mereka. Mereka bukan teman saya"

"Baik, tapi tante kamu harus tau. Suster sudah menghubungi tante kamu. Kalau begitu, saya permisi" setelah mengatakan itu, dokter Stewart segera pergi meninggalkan Ano.

Tak lama setelah kepergian dr. Stewart, pintu ruangan terbuka dan menampilkan Dira tengah berdiru di ambang pintu. Gadis itu segera masuk dan memeluk erat Ano yang terbaring di ranjang rumah sakit.

"Hikkss... hikss.." Gadis itu terisak oleh tangisannya, air matanya jatuh membasahi baju yang dikenakan oleh Ano.

"Lepasin gua!" perintah dingin itu, menusuk hatinya dengan tajam.

Tubuh Dira terasa membeku saat mendengar perkataan yang dilontarkan Ano barusan.

"Lo tuli? Perlu gua ulangi?!" Dengan segera, Dira langsung melepas pelukannya. Air matanya jatuh setetes membasahi pipinya.

"Ano--"

"PERGI!" Dengan kasar, Ano membentak gadis itu. Bahkan Dira sangat tersentak akibat suara Ano yang keras.

"Dengerin ak--"

"GUA BILANG PERGI!" Bahkan Ano tak mau memandang gadis itu, ia memalingkan wajahnya ke arah lain. Sementara Dira, ia menatap Ano dengan rasa cintanya yang begitu dalam.

"Aku tahu, mungkin kamu udah jatuh hati sama Rena. Maaf, aku udah ganggu kamu. Aku janji ga bakal ganggu kamu lagi. Dan---"

"Jangan ngucap janji kalau lo ga bisa tepatin! LO TAU? LO UDAH BERHASIL PERMAINKAN HATI GUA! SELAMAT ATAS KEBERHASILAN LO. LO YANG BUAT GUA SAMPAI KAYAK GINI, LO SAMA AJA KAYAK IBU LO!"

Dira memejamkan matanya karena rasa sakit hati yang begitu dalam, "Jangan sebut itu lagi. Cukup, aku bilang cukup! Kamu ga tau apa-apa tentang mama, jangan pernah biarkan dendam merusak hati dan akal kamu. Aku cuma ga mau, suatu saat nanti kamu menyesal karena perbuatan kamu sendiri. Karena waktu tidak pernah sudi untuk kembali"

"Isi mulut lo cuma Bacot! Apa yang lo bilang itu cuma buat pencitraan doang!"

"Kamu pernah bilang, kamu akan selalu ada di sampingku untuk melihat aku tersenyum. Kamu juga pernah janji, kalau kamu akan selalu jagain dan lindungi aku. Kamu juga janji untuk tidak melukai hati orang lain. Tapi apa? Satu pun ga ada yang tertunaikan"

"KARENA LO GA PANTAS DAPAT ITU SEMUA!" Ano kembali membentak Dira dengan suara keras dan kalimat yang menohoknya.

Dira kembali tersentak saat Ano membentaknya, Air mata gadis itu kembali jatuh membasahi kedua pipinya. Namun ia berusaha untuk tegar, ia tetap meneguhkan hatinya agar tidak lemah. "Terimakasih atas semua kebaikan kamu. Semoga Rena bisa buat kamu bahagia"

"Jelas! aku sama Rena pasti bahagia" Ano menjawab dengan angkuhnya, ia berusaha untuk membuat Dira semakin patah hati. Padahal sebenarnya, ia berpura-pura melakukan itu. Ia sama sekali tidak memiliki perasaan apapun pada Rena, ia menggunakan Rena sebagai pacar pura-puranya untuk membuat Dira cemburu.

"Aku pergi dulu" Lalu dengan langkah yang berat, ia meninggalkan Ano sendiri di ruangan itu.

Air matanya jatuh begitu banyak saat pintu ruangan itu tertutup, ia terisak akibat rasa sakit yang ia rasakan.

"Kenapa secepat itu kamu berubah No?" Ia bergumam disela tangisannya.

Jakson melihat gadis itu menangis, ia berdiri tiga meter dari Dira. Ingin sekali rasanya memeluk gadis itu untuk menenangkannya. "Gua selalu ada di sini buat lo Dir, andai aja gua bukan saudara lo"

Gadis itu mencoba untuk tegar, ia mengusap kasar pipinya yang basah dan berjalan meninggalkan tempat itu.

"Lo mau kemana Dir?" Tanya Jakson dari belakang gadis itu, ia merasa khawatir pada Dira. Bisa ia pastikan bahwa Dira sakit hati atas perkataan Ano, karena ia mendengar semua perbincangan mereka.

"Jangan ikutin aku" lalu ia pergi menjauh.

Andai gua yang jadi Ano, gua ga bakal nyia-nyiain lo Dir. Lo cewe yang selama ini gua cari-cari.

Dengan kesal, Jakson segera masuk ke dalam ruangan Ano. Ia membuka pintu dengan kasar dan melihat Ano tengah berbaring di sana.

"Maksud lo apasih? Ha!? Lo buat Dira cemburu terus lo hina dia, maksud lo itu apa!" tanya Jakson dengan emosi.

Ia memalingkan wajahnya, karena ia tidak sudi memandang Jakson.
"Udahlah, lo pacarin aja dia. Lo sama dia itu cocok, sama-sama licik!"

"Heh! Kalau aja gua sama Dira bukan saudara, udah dari kemarin dia gua pacarin" desis Jakson.

"Apa?" Ano langsung menoleh ke arah Jakson saat mendengar perkataan lelaki itu.

"Gua rasa ga ada gunanya buat ngulangin perkataan gua. Asal lo tahu, dia nangis setelah keluar dari ruangan ini. Dia yang nolongin dan bawa lo ke sini, dia rela nungguin lo di pinggir jalan hanya untuk lihat keadaan lo. Tapi apa yang dia dapat? Hinaan! Lo sendiri yang bilang kalau lo bakal hajar siapapun yang ngehina dia. Apa sekarang lo bakalan ngehajar diri lo sendiri? Hah?!
Yang ingkar janji itu lo! Bukan dia" setelah mengatakan itu, Jakson keluar dengan membanting pintu.

Ano tertegun mendengar perkataan Jakson. Pikirannya menjadi kacau setelah mendengar penjelasan dari Jakson.

"Mereka saudara?" Ano bergumam sambil memejam erat kedua matanya.

Ia mengusap wajahnya kasar karena frustasi. Dengan emosi ia memukul-mukul ranjang hingga berguncang hebat. Air matanya jatuh membasahi pipinya. Dan untuk pertama kalinya dia menangis hanya karena seorang gadis.

Dia hanya seorang gadis biasa, tapi mampu mengendalikan seluruh hatinya. Tapi kenapa takdir mempermainkan mereka? Mengapa dengan kejamnya takdir membanting mereka saat mereka saling mencintai satu sama lain?

----

Attention📢📢

PLEASE GIVE ANY COMMENT AND VOTE👍

Penghujung Rasa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang