1 hari sebelumnya
"Frans, gua mau bicara sesuatu sama lo. Besok bisa?" Terdengar suara Dimas dari ponselnya.
"Besok? kenapa ga lewat telepon aja? Gua lagi mau nyari kerja juga" ia heran, kenapa Dimas tiba-tiba memintanya untuk bertemu? Memangnya pembicaraan apa yang penting? Kan dari telepon bisa.
"Penting banget Frans, ya lo tinggal dateng ke tempat itu aja" protes Dimas.
"Dimana emang?"
"Lorong dekat perempatan jalan No. 13"
Tunggu, lorong No. 13? Itukan lorong yang pernah dijadiin tempat pembunuhan. "Ngapaian ke lorong-lorong?! Ada-ada aja lo! Lo mau ngepet gua?!"
"Gua tau lo bokek, ngapain gua ngepet lo. Udah dateng aja."
"Kalau gua ga dateng gimana?"
"Kepala lo putus"
Frans membelalak kaget setelah mendengar ucapan Dimas, kenapa tiba-tiba pembicaraan Dimas menyeleneh seperti itu? "Apaan lo?!"
"Ya udah sih, dateng aja" sahut Dimas.
"Ehh, kala---" sambungan terputus saat ia hendak berkata. Dengan perasaan kesal ia segera meletakkan ponselnya dan kembali berkutat pada dokumen lamaran kerja yang tengah ia selesaikan.
Semenjak di pecat dari perusahaan Ano, tentu ia harus mencari pekerjaan. Sebenarnya ia juga sudah diberi pesangon yang cukup besar sehingga bisa dijadikan modal untuk membuka bisnis baru. Tapi ia mengurungkan niatnya, dan memutuskan untuk melamar pekerjaan. Segala hal yang berbau dengan persiapan melamar kerja sudah ia persiapkan dan sisanya menunggu matahari terbit.
Keesokan harinya cahaya masuk melalui celah jendela kamar Frans, ia segera bersiap dan optimis bisa diterima kerja. Setelah siap tentu saja ia segera menaiki mobilnya dan melaju ke perusahaan yang ia tuju.
Tak butuh waktu lama, akhirnya ia sampai di tempat tujuan. Ia melihat betapa megahnya bagunan perusahaan tersebut, ia menarik napas dan masuk ke dalam.
Setelah menghampiri HRD dan memberikan surat lamarannya, ia pun segera menuju tempat yang dikatakan oleh Dimas. Dengan kecepatan sedang, ia bersenandung sambil mengemudikan mobil miliknya.
Tibalah ia di tempat tersebut, tempat yang lumayan sepi dengan beberapa orang-orang aneh, dan bau yang tidak sedap.
Tidak melihat tanda-tanda keberadaan Dimas, ia memutuskan untuk tidak turun. Ia meraih ponselnya dan segera menghubungi Dimas.
"Lo dimana?" Tanyanya to the point.
"Yang seharusnya nanya itu gua, lo dimana? Gua udah di sini"
"Lah? Tapi di sini sepi loh!" Protes Frans sambil celingak-celingukan mencari Frans dari dalam jendela mobilnya.
Tutt!! Tutt!!
Ia berdecak kesal melihat Dimas yang tiba-tiba memutuskan sambungan telepon.
"Dia lagi PMS apa gimana sih? Tumben banget suka putusin panggilan sepihak"Prangg!!
Terdengar suara besi berat yang terjatuh dari ketinggian, dari kaca mobilnya ia mengintip dan melihat apa yang terjadi.
Sepi. Itulah kata yang mendeksripsikan tempat tersebut, orang-orang aneh yang tadi berada di tempat itu mendadak pergi. Hawanya pun berubah menjadi cekam.
Ia segera keluar dari mobil untuk mencari keberadaan Dimas. Saat ia keluar, ia melihat seorang pria tengah berdiri di dekat bangunan tua yang kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penghujung Rasa [END]
Teen FictionApakah salah jika aku bukan gadis yang cantik? Apakah di dunia ini yang diutamakan hanya mereka yang berparas cantik dan good looking? Sementara yang jelek? Menjadi bawahan dari mereka yang berparas cantik. Yang jelek akan dihina, dibuli dan diterta...