Ada dua kemungkinan ketika seseorang menangis. Pertama, ketika kebahagiaannya datang. Dan yang kedua, ketika kebahagiaannya menghilang.
-------------
Malam ini, menjadi malam terakhir bagi gadis itu. Besok, ia akan melakukan operasi pendonoran hati untuk Ano.
Di malam yang dingin ini, ia tengah duduk di teras rumah sambil memandangi jutaan bintang yang kerlap-kerlip memancarkan keindahannya.
Matanya yang sayu menandakan bahwa ia tengah bersedih, saat ia tengah menyendiri tiba-tiba Miar datang ke arahnya.
"Nak, kalau memang kamu ikhlas untuk melakukannya tante akan berusaha untuk ikhlas juga. Tapi sejujurnya, tante ga ikhlas nak. Tante sayang sama kamu. Bagi tante, kamu sudah seperti anak tante sendiri"
Gadis itu tersenyum memandang Miar "tante, nanti kalau aku udah pergi. Tante lihat aja bintang di langit. Kalau bintangnya kelap-kelip, itu berarti aku lagi tersenyum sama tante"
Miar langsung memeluk keponakannya tersebut. Ia terisak dengan tangisannya, rasanya tidak rela bila keponakannya tersebut pergi secepat ini. "Nak, tolong pikirkan dua kali. Tante ga mau kehilangan kamu hikks.. kamu adalah titipan dan amanah bagi tante. Hikss.."
"Tante tahu kan? Kalau aku adalah korban buli sejak Sd? Dari dulu, ga ada yang mau temenan sama aku karena aku jelek. Mereka hina aku, menertawakan aku, ngejahilin aku bahkan kucilin aku. Suatu ketika, Ano datang. Dia rela babak belur hanya untuk menolong aku. Dan jujur, dia adalah teman pertama yang aku punya. Dan aku ga mau kehilangan teman yang selalu ada untukku"
"Tante bangga punya keponakan sebaik kamu hikss..."
--------------
Sebelum berangkat ke rumah sakit, ia melipat sebuah kertas kecil dan memasukkannya ke dalam amplop berwarna putih.Jika nanti ia tak bisa lagi untuk berbicara, setidaknya ada surat ini yang akan mewakili perasaannya.
Di iringi hisakan tangis, Miar mengantar keponakan tersayangnya itu menuju rumah sakit. Hatinya sungguh tak rela.
"Tante jangan nangis, apapun nanti yang terjadi-- aku akan selalu ada di samping tante" ia memeluk dengan hangat.
"Sampai nanti nak, tunggu tante disana yaa" Miar mengecup lembut puncak kepala gadis itu.
Disana semuanya sudah berkumpul, sebelum operasi di mulai mereka ingin mengucapkan rasa terimakasih dan selamat jalan pada gadis itu.
"Gua ngerasa beruntung bisa kenal sama orang sebaik lo Dir. Gua salut sama lo, terimakasih untuk pengorbanan lo" ujar Dimas, tanpa sadar air matanya jatuh mengiringi kalimatnya.
"Maafin semua kesalahan kita ya, kita bangga punya temen kayak lo. Eh ralat, lo adalah sahabat kita" ujar Frans.
"Uuu... pelukan dongg,," ujar Jerry manja, lalu mereka saling menrangkul satu sama lain.
"Jadi gua ga dianggap nih?" Tanya Jakson tiba-tiba, karena ia tidak ikut di rangkul.
"Sebenarnya sih berat buat ngerangkul lo, tapi-- ya udah lah ya.. kita saling memaafkan" ujar Dimas, lalu ia menarik Jakson untuk saling berpelukan.
"Ululu.. kita kayak teletubies..." ujar Jerry masih dengan nada manjanya.
"Kok lama-lama gua makin jijik sama lo Jer" gumam Frans dengan kesal.
Rangkulan mereka lepas, gadis itu tersenyum dan air mata haru jatuh membasahi pipinya. "Aku senang bisa bertemu dengan kalian. Aku juga merasa bahagia bisa jadi bagian dari kalian. Terimakasih untuk semua yang sudah pernah kita lalui"
KAMU SEDANG MEMBACA
Penghujung Rasa [END]
Novela JuvenilApakah salah jika aku bukan gadis yang cantik? Apakah di dunia ini yang diutamakan hanya mereka yang berparas cantik dan good looking? Sementara yang jelek? Menjadi bawahan dari mereka yang berparas cantik. Yang jelek akan dihina, dibuli dan diterta...