Aku melewati jalan yang jauh hanya untuk bertemu dengan mu. Sekalipun itu jalanan yg terjal, karena aku mencintaimu.
-----------
Hari ini, konferensi pers yang sudah direncanakan oleh Ano akan dilaksanakan. Konferensi pers ini diadakan untuk menepis dan mengklarifikasi gosip serta kabar bohong mengenai dirinya. Semua perencanaan sudah diatur oleh Frans dan para stafnya.
Dua jam lagi konferensi akan dimulai para wartawan dan media massa telah hadir dalam konferensi pers tersebut, tapi sayangnya keberadaan Ano saat ini belum juga terlihat. Frans mencoba untuk menghubungi Ano, tapi sayang panggilannya selalu di-reject oleh pria tersebut.
Rasa khawatir mulai berkelana dalam benak Frans, bagaimana jika para media ini kecewa bahkan mencap Ano sebagai orang yang tidak konsisten? Apakah Ano benar-benar masih marah padanya?
Frans Damatya
Ano, gua tau lo kesal. Tapi konferensi pers ini adalah rencana lo. Dua jam lagi, konferensi ini bakal dimulai. Semua media dan wartawan udah kumpul di sini, kalau lo ga hadirin konferensi pers ini bisa-bisa lo dianggap ga kompeten.Frans segera mengirim pesan itu pada Ano melalui ponselnya, berharap Ano akan membacanya walau ia tahu pesannya pasti tidak akan dibalas oleh Ano.
--------
Di sebuah ruangan dengan dinding berwarna putih, seorang pria tua tengah berdiri di depan sebuah komputer yang menampakkan rekaman CCTV. Ia menyaksikan seluruh hal yang terjadi di tempat itu. Saat ia tengah memperhatikan dan mencari keberadaan seseorang dari rekaman CCTV, seseorang datang menghampirinya.
"Permisi tuan, konferensi pers itu akan dimulai seperti rencana kita tuan. Semua penyelundup sudah berada di sana, pengamanan di sana juga tidak terlalu ketat. Tepat setelah tuan Devano duduk di kursinya, salah seorang dari penyelundup itu akan menancapkan peluru tepat di jantung pria itu"
Pria tua itu tersenyum kecut setelah mendengar perkataan dari anak buahnya itu, karena sebentar lagi saingannya itu akan mati.
"Tapi aku tidak melihat bocah tengik itu di rekaman CCTV. Di mana dia?"
"Sepertinya tuan Devano belum datang"
"Apa penembak itu handal? Aku takut, dia akan salah sasaran. Bukannya berhasil, dia malah tertangkap dan membeberkan semuanya" ia berbalik dan menatap intens anak buahnya tersebut. "Apa kau bisa dipercaya?"
"Semua sudah saya rancang dengan matang tuan. Bila ada suatu kekeliruan atau kesalahan, saya siap mati. Saya sudah memastikan bahwa penembak itu adalah penembak yang handal"
Pria itu tampak terkekeh, "Kau sudah tua sisco! Ayolah, selisih umur kita hanya 10 tahun. Kau masih terlalu cepat untuk mati hanya karena masalah sepele seperti ini. Setidaknya jika gagal, aku tidak akan membiarkanmu mati---tapi aku akan menyiksamu terlebih dahulu" ia menekan dada anak buahnya itu dengan jarinya serta menunjukkan smirk khasnya.
"Pastikan setelah ini, bocah tengik bernama Devano itu mati!" Lalu ia segera meninggalkan tempat itu dan menyenggol kasar pundak anak buahnya.
-------------
Saat ini situasi di rumah sakit tempat Leo dirawat tengah ramai, para pekerja medis serta staf di sana tengah membicarakan mengenai pelengseran pemilik rumah sakit karena suatu hal yang tidak diduga. Itu artinya, pemilik rumah sakit swasta yang besar itu telah berpindah tangan.
"Eh, kamu tahu ga? Pemilik RS sekarang katanya tegas. Suka mecat pegawai!" Ujar salah seorang perawat pada temannya.
"Serius?! Aduhhh!!! Gimana kalau aku yang dipecat? Padahalkan sekolah perawat ga murah"
KAMU SEDANG MEMBACA
Penghujung Rasa [END]
Fiksi RemajaApakah salah jika aku bukan gadis yang cantik? Apakah di dunia ini yang diutamakan hanya mereka yang berparas cantik dan good looking? Sementara yang jelek? Menjadi bawahan dari mereka yang berparas cantik. Yang jelek akan dihina, dibuli dan diterta...