11 | Lomba bakat akhir tahun

1.5K 100 21
                                    

Apa yang harus aku lakukan saat aku bukanlah gadis yang rupawan?

------------

Sepulang sekolah, Ano dan Dira berencana untuk pergi ke klinik kecantikan. Rencananya Dira akan mengikuti treatment perawatan dan sanggar untuk latihan. Namun gadis itu merasa resah, akan esok. Pasalnya, lomba itu akan berlangasung besok dan ia takut kalau ternyata besok ia akan tampil dengan sangat memalukan.

Ano melihat Dira yang tengah menunduk ke bawah dengan pandangan sedih. Ia yakin, gadis itu pasti merasa khawatir.

"Gua yakin lo pasti bisa" Ano mencoba untuk memberikan semangat pada gadis itu.

Gadis itu mendongakkan kepalanya dan melihat ke arah wajah Ano.
"Tap-- tapi lombanya besok" ujarnya sendu.

Gadis itu kembali memandang kebawah, ia memandang sepatunya dengan perasaan sedih.

"Lihat gua" Mendengar perintah itu, Dira menegakkan kepalanya dan memandang Ano.

"Percaya sama diri lo sendiri. Buat mereka terdiam karena penampilan lo. Buat mereka kagum sama lo. Biar mereka ga semena-mena sama lo lagi" Ano mengatakan hal tersebut dengan kedua tangannya di ujung pundak Dira. Mendengar perkataan Ano, sudut bibir Dira tertarik beberapa centi. Dan dengan refleks, Dira menghamburkan tubuhnya ke pelukan Ano.

"Aku ga tau nasib aku bakal gimana, kalau seandainya kamu ga datang waktu Rena dan teman-temannya bully aku"

Kemudian Dira memandang Ano dengan mata yang sudah berkaca-kaca dan siap untuk mengeluarkan seluruh air matanya.

"Kalau lo butuh telinga untuk mendengar dan bahu untuk bersandar, Gua akan ada dibaris terdepan"

"Terima kasih untuk semuanya"

"Ssttt.." Ano meletakkan telunjuknya di bibir Dira.

"Ini semua, sudah diatur sama Tuhan sebaik mungkin. Dan seharusnya berterima kasihnya sama Tuhan. Bukan sama Gua. Sekarang, kita ke butik dulu buat milih baju untuk lo pas tampil besok"

Gadis itu mengangguk sebagai pertanda setuju. Motor sport Ano pun melaju membelah jalanan kota Jakarta. Suara deru motor menemani mereka mereka di perjalanan. Sesampainya di butik, Ano memarkirkan motornya di parkiran butik.

Setelah itu mereka pun masuk ke dalam butik. Ano memperkenalkan Dira pada sang pemilik butik yang merupakan teman sosialita tantenya Ano. Sehingga mereka, Ano dan sang pemilik butik sudah sangat akrab.

"Eh Devano? Apa kabar? Kamu udah gede sekarang yaa" ucap Minora, sang pemilik butik tersebut. "Baik tante" jawab Ano seadanya.

"Kamu makin ganteng loh! Astaga kamu jadi mirip papa mu loh"

Mendengar perkataan itu, ekspresi Ano langsung berubah 180 derajat. Ia mengepalkan tangannya pertanda bahwa ia marah, dan tidak suka akan perkataan Minora.

Melihat reaksi Ano yang berubah, Dira mendekat ke arah Ano dan mengelus lengan Ano untuk meredakan amarahnya.

"Tante, saya ga suka kalau ada yang mengatakan saya mirip atau apapun sesuatu hal yang berkaitan dengan ayah yang sudah melantarkan anak dan istrinya"

Penghujung Rasa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang