Setelah 5 hari Vena dirawat di rumah sakit, akhirnya ia sudah diizinkan pulang karena kondisinya kini sudah stabil. Selama 5 hari itu, benar saja, Brandi tak pernah muncul lagi. Entah perasaan apa yang dirasakan Meiry. Kenapa ia berharap bertemu dengan dokter tengil itu. Ia terus kepikiran, haruskah ia mentraktir Brandi sesuai dengan hasil taruhan atau tidak.
Seminggu lebih sudah berlalu sejak pertemuan pertama Meiry dengan Brandi. Meiry sesungguhnya sedikit lega karena Brandi sepertinya tidak mengejarnya untuk meminta hak atas hasil menang taruhan. Tapi bila dipikirkan lagi, bagaimana juga caranya Brandi agar bisa menagih traktiran makan itu. Mereka berdua tak sempat bertukar nomor telepon atau sekadar id sosial media. Bahkan berkenalan secara baik pun tidak sempat.
Hari Minggu yang cerah, awan-awan putih tampaknya sangat bahagia menyambut setiap sentuhan pancaran cahaya matahari. Namun berkebalikan dengan Meiry, sepertinya ia tidak begitu ceria menyambut hari yang hangat ini.
Semua anggota keluarganya kini mulai menjalani aktivitas seperti biasa. Mama dan papa sudah pulang dari Surabaya. Kara dan Vena pun sudah mulai melanjutkan kegiatan sehari-harinya. Kini semuanya sudah kembali normal.
Pagi ini Meiry pergi ke radio untuk memandu acaranya yang seminggu lalu sudah ia tinggalkan.
"Hai Meiry, baru masuk sekarang? Gimana adik lo sudah sehat?" Tanya Airin yang baru saja menamatkan tugasnya dari ruang siaran.
"Sudah," jawab Meiry singkat, entah kenapa moodnya kurang baik hari ini.
"Kenapa lo Mei, tumben kagak semangat gini," tanya Airin yang melihat Meiry tidak seperti biasanya.
"Oh, enggak kenapa-napa kok Rin," jawab Meiry dengan senyuman gigi kelincinya.
"Meiry, 5 menit lagi on air," panggil Pak Karno, seorang laki-laki tua berkumis yang selama ini menjadi manager Radio Pelita.
Mendengar panggilan dari bosnya itu, Meiry langsung saja mengakhiri percakapannya dengan Airin dan langsung masuk ke ruang siaran. Setelah iklan terakhir selesai diputar, Meiry mengangkat jempol memberi tanda pada Pak Karno bahwa ia sudah siap mengudara.
"Selamat pagi menjelang siang sahabat Memori. Selama dua jam kedepan, sahabat akan ditemani pastinya oleh Meiry penyiar kesayangan sahabat di 100.3 FM Radio Pelita, radionya masyarakat Jakarta." Sapa Meiry membuka acaranya seperti biasa, kali ini ia diiringi lagu Bintang Kehidupan yang dipopulerkan oleh Nike Ardila.
"Oke sahabat tampaknya sudah ada yang masuk. Kita harus menyapa penelepon pertama kita hari ini. Halo, dengan siapa dimana?"
"Halo, dengan Brandi dari pengkolan Graha Usada," sahut si penelepon.
Meiry tampak terkejut mendengar siapa nama yang menelepon. Sekarang firasatnya mulai tidak enak. Mungkinkah ini Brandi si dokter aneh?
"Halo Brandi, mau request lagu apa?"
"Lagu Yang Terlupakan karya Iwan Fals," sahut Brandi di seberang sana.
"Okee, lagunya kalau boleh tahu buat siapa nih?"
"Buat seseorang pokonya."
"Oh begitu, apa kamu ingin bersalam-salam, mungkin untuk teman, sahabat atau untuk keluarga?" lanjut Meiry dengan nada yang masih sok asik, padahal dalam hatinya sudah diselimuti ketakutan.
"Oh yaa, salam buat sahabatku Kosar, salam juga buat Vena, Kara, Bapak Susilo, Ibu Sarah dan satu lagi anak gadisnya yang saya lupa namanya haha," ujar Brandi sedikit tertawa.
Meiry terkejut mendengar seluruh nama anggota keluarganya disebut. Ia semakin yakin kalau ini adalah Brandi si dokter aneh itu.
"Baik, saya akan memutarkan lagu yang sahabat inginkan. Terima kasih sudah menelepon," dengan segera Meiry berusaha memutuskan sambungan telepon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sanggraha [A World Behind The Clouds]
FantasíaMeiry, seorang gadis lulusan kedokteran yang memiliki kecerdasan pas-pasan berjuang menggapai mimpinya menjadi dokter yang kompeten. Ia harus melewati masa koasnya dengan sangat berat. Namun keberadaan Brandi kekasihnya, si dokter cerdas nan tampan...