Setelah Meiry lulus ujian koas, dia sekarang harus bersiap menghadapi tes UKDI. Seperti biasa hari ini, Brandi menyempatkan diri untuk menjadi dosen privat Meiry, di apartemennya.
Dari A sampai Z Brandi memberikan pemahaman umum terlebih dahulu mengenai UKDI. Setelah itu barulah Brandi memberikan beberapa materi-materi yang kemungkinan keluar pada saat tes.
Sudah dua jam Brandi dan Meiry menghabiskan waktu mereka dengan obrolan-obrolan seputar kedokteran dan UKDI. Tampaknya malam juga sudah semakin larut. Kini Meiry sudah menutup buku-buku tebalnya itu, pertanda saatnya beristirahat.
Brandi yang paham dengan isyarat itu juga langsung menutup buku-bukunya. Ia rentangkan tangannya sekadar membuang penat dan bersandar di sofa. Lalu ia menikmati potongan-potongan buah yang sejak tadi menjadi teman belajar mereka.
Meiry menatap Brandi sejenak. Ia kembali teringat dengan persoalan Frena. Meiry lihat sepertinya Brandi sedang dalam keadaan rileks. Dirinya juga dalam keadaan emosi yang sudah stabil karena ujian koas sudah selesai. Sepertinya ini waktu yang tepat untuknya bertanya.
"Emm, Brandi. Aku mau tanya sesuatu," ujar Meiry dengan ragu.
"Boleh. Apa? Ada yang masih belum kamu pahami?" tanya Brandi balik dan bersiap membuka kembali buku-buku di hadapan mereka.
"Enggak tentang kedokteran," kata Meiry dengan cepat.
"Terus apa?" Brandi mulai bingung dengan sikap Meiry.
"Emm, soal Frena," jawab Meiry.
Deg. Darah Brandi berdesir dari ubun-ubun sampai ke ujung kaki. Tiba-tiba hawa di sekitaran mereka menjadi lebih panas dari sebelumnya.
"Memangnya ada apa dengan Frena?" tanya Brandi pura-pura tidak paham.
"Seminggu yang lalu kamu ke fashion shownya Frena kan?" tanya Meiry lagi.
Brandi hanya diam saja, tak bergeming. Meiry anggap itu sebagai jawaban iya.
"Kenapa kamu bohong sama aku? Kamu bilang kamu lembur di rumah sakit!" tanpa sadar suara Meiry mulai meninggi.
"Meiry, aku bisa jelasin. Sebenarnya, aku enggak berencana kesana. Tapi aku dan Kosar enggak enak juga menolak undangan Frena. Jadi aku memutuskan untuk pergi," jelas Brandi.
"Tapi kenapa kamu bohong? Kamu bisa bilang kan kalau kamu mau datang kesana!" sahut Meiry.
"Itu...itu..." Brandi kesulitan menjawab pertanyaan ini.
"Karena Frena mantan kamu kan?!" ucap Meiry dengan suara yang lemah dan membuang muka dari Brandi.
"Darimana kamu bisa tau hal itu?" tanya Brandi yang tampak kaget membeku di tempatnya.
"Enggak penting siapa yang ngasi tau aku. Aku enggak sedih karena kamu dateng ke acara mantan kamu. Yang buat aku sedih kenapa kamu enggak jujur sama aku? Bahkan yang lebih menyakitkan aku tau kebenaran ini bukan dari mulut kamu, tapi dari orang lain!" Napas Meiry mulai tidak teratur dan nada suaranya juga kembali meninggi.
"Meiry, maafin aku. Iya aku sudah bohongin kamu," Brandi menyerah dengan semua kebohongannya. Ia mengakui dan menundukkan wajahnya.
"Kenapa kamu mesti bohong Brandi? Apa karena untuk bertemu Frena? Kamu takut aku ngelarang kamu datang? Atau kamu___"
Belum selesai Meiry bergumam, Brandi memotong.
"Ssstt...Meiry, jangan berpikir yang enggak-enggak," ujar Brandi dengan mata yang sendu. Kini ia berlutut di hadapan Meiry yang masih duduk di sofa, sambil juga mengusap punggung tangan gadis itu. Ia berusaha meredakan emosi kekasihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sanggraha [A World Behind The Clouds]
FantasiMeiry, seorang gadis lulusan kedokteran yang memiliki kecerdasan pas-pasan berjuang menggapai mimpinya menjadi dokter yang kompeten. Ia harus melewati masa koasnya dengan sangat berat. Namun keberadaan Brandi kekasihnya, si dokter cerdas nan tampan...