Hari ini Meiry bangun kesiangan. Ini sudah jam 05.40, padahal ia harus sudah ready di rumah sakit tepat jam 6 pagi. Dengan wajah yang memucat seketika ia segera berlari membersihkan dirinya dari segala buaian mimpi yang membuatnya bangun kesiangan.
Setelah Meiry mandi celup-celup seperti capung dan tentunya tidak lupa menggosok gigi, ia kini sudah siap menjalankan tugas. Kini ia harus kembali berlari mengejar cita-citanya, di rumah sakit Bhakti Mulia Medical tempatnya koas.
Dengan raut wajah sedikit panik takut kalau nanti terlambat datang, Meiry berangkat menggunakan sepeda motor maticnya. Sampai di rumah sakit, ia langsung saja ke ruang ganti dan memakai jas putih selutut yang selama ini menjadi kebanggaannya.
Di rumah sakit ini, Meiry harus menempuh remedial koasnya pada stase IPD. Selama masa koas, akan ada beberapa stase, biasanya dibagi menjadi 2 stase yaitu stase mayor dan stase minor. Stase mayor dibagi menjadi IPD, bedah, obgyn, anak, dan IKK IKM (Ilmu Kedokteran Keluarga Ilmu Kesehatan Masyarakat). Sedangkan di stase minor dibagi lagi menjadi mata, kulit, kelamin, jiwa, anastesi, THT, syaraf, forensik, radiologi, gigi & mulut. Jadi total ada 15 stase yang harus Meiry lalui untuk meraih gelar dokter umum. Perjuangan Meiry sekarang tinggal sedikit lagi. Ia hanya tidak lulus di stase IPD. Sedikit lagi, ia pasti bisa ikut UKDI dan lulus sebagai dokter umum.
Walaupun ini adalah masa remidialnya, namun tak bisa dipungkiri ia bahagia menjalani hari-harinya di stase IPD, karena memang sejak awal impiannya adalah menjadi dokter spesialis jantung. Di stase ini Meiry banyak mendapatkan pelajaran dan pengalaman mengenai penangan pasien sakit jantung. Walaupun banyak juga duka yang harus ia rasakan di stase ini, tapi ia bisa kesampingkan hal itu.
"Aduh, apa yang harus aku lakuin? Aku udah telat banget nih," gumam Meiry sendiri dengan keringat dingin yang mulai bercucuran.
Meiry langsung berlari ke ruang MR, berharap para dokter masih disana. Tapi ternyata kosong, mereka sudah tak ada disana. Itu artinya mereka sudah bergerak memulai follow-up pasien. Tanpa pikir panjang, Meiry kembali berlari secepat yang ia mampu untuk mencari konsulennya, dokter Puji. Ia terus berjalan melewati lorong demi lorong rumah sakit yang serba putih. Ia berlari memeriksa setiap bangsal berusaha menemukan batang hidung atasannya itu. Ia bahkan harus naik turun tangga beberapa kali. Bukannya di rumah sakit ini tidak ada lift, tapi saat ini lift cukup penuh. Dibandingkan waktu terbuang hanya untuk menunggu lift, lebih baik ia berlari saja lewat tangga darurat, karena memang keadaannya sekarang sedang darurat. Ia sudah terlambat 30 menit lebih.
Setelah beberapa kali mendaki anak-anak tangga kecil, kini serasa paru-parunya tercekat, sesak. Tapi ia terus memaksakan diri berlari. Ia tak ingin membuang-buang waktu lagi.
Akhirnya ia berhasil menemukan orang yang sedari tadi ia cari-cari. Dokter dengan rambut ikal sebahu yang selalu dijepit dengan penjepit rambut bermodel bunga mawar merah itu.
Terlihat dokter Puji Armawati, Sub Kabag Penyakit Dalam rumah sakit Bhakti Mulia Medical sedang sibuk memfollow-up pasien-pasiennya. Dibelakangnya seorang dokter residen membuntuti dan tampak sibuk mencatat sesuatu. Para dokter koas yang lain juga sudah mulai menyebar, memfollow up setiap pasien di bangsal.
Sekarang dokter Puji sedang mengecek seorang pasien laki-laki berumur sekitar 50 tahunan yang menderita penyakit gagal ginjal.
Pasien di bangsal ini memang didominasi oleh orang-orang yang sudah uzur. Maklum lah sudah lanjut usia, jadi banyak organ dalamnya yang bermasalah.
Meiry terus menatap dokter Puji dari kejauhan hingga tanpa sengaja, pandangan dokter Puji bersibobrok dengan mata Meiry. Dengan langkah menunduk dan secepat kilat Meiry menghampiri dokter Puji.
"Selamat pagi dokter," sapa Meiry sedikit ngos-ngosan karena usai berlari. Tapi ia tetap berusaha tersenyum memperlihatkan gigi kelincinya.
"Selamat pagi. Baru kali ini kamu telat Meiry," kata dokter Puji kaku dengan mata yang seakan akan siap melahap Meiry. "Nanti saat jam makan siang, temui saya di ruangan," lanjut konsulen Meiry itu. Walaupun perkataan dokter Puji tidak terlalu banyak, tapi itu sudah cukup menjadi tanda peringatan untuk Meiry. Ia sudah tau badai apa yang akan ia hadapi. Ia harus mempersiapkan mentalnya terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sanggraha [A World Behind The Clouds]
FantasyMeiry, seorang gadis lulusan kedokteran yang memiliki kecerdasan pas-pasan berjuang menggapai mimpinya menjadi dokter yang kompeten. Ia harus melewati masa koasnya dengan sangat berat. Namun keberadaan Brandi kekasihnya, si dokter cerdas nan tampan...