BAB 12-Hari Ujian

24 7 2
                                    

Tak terasa detik sangat cepat berlalu menjadi menit, menit kemudian menjadi jam, jam berubah menjadi hari, hingga segera tibalah saat yang mendebarkan itu. Besok adalah hari ujian koas Meiry.

Malam hari ini, ia sedang belajar dengan Brandi di apartemen yang selama ini menjadi tempat tinggal kekasihnya. Walaupun Brandi memiliki rumah dimana kedua orang tuanya tinggal, ia lebih memilih hidup mandiri di apartemen yang berhasil dia beli dari hasil keringatnya sendiri. Saat ini Brandi tengah sibuk menjelaskan materi tentang ginjal pada Meiry dengan sangat lancar tanpa jeda.

Meiry tadinya sangat serius mendengarkan Brandi, tapi tiba-tiba saja sesuatu masuk meracuni pikirannya. Ia kembali teringat tentang Frena. Mata Meiry mulai kehilangan fokus pada apa yang diucapkan Brandi.

Meiry menatap Brandi dan ingatannya membawa ia pada fakta bahwa Brandi membohonginya hanya untuk pergi ke fashion show Frena.
Sejak hari kejadian, Meiry belum sempat menanyakan penjelasan dari Brandi. Ia berusaha memendam itu sendiri.

Brandi yang sedari tadi menjelaskan materi tampaknya mulai menyadari tatapan kosong Meiry.

"Mei," tegur Brandi.

Seketika, suara berat Brandi berhasil mengumpulkan kembali kesadaran Meiry.

"Oh, iya. Lanjut...lanjut...," ujar Meiry meminta Brandi melanjutkan kegiatannya yang terpotong.

Dengan segera Meiry kembali memfokuskan dirinya pada buku-buku pelajaran dan Brandi yang menjadi dosen pribadinya saat ini. Mereka akhirnya kembali belajar dengan khusuk.

💉💉💉


Hari ini hari ujian. Hari yang ditakuti sekaligus yang dinanti-nanti karena ini adalah hari penentuan masa depan. Meiry sudah melewati rintangan awal yaitu ujian tulis dan fortopolio. Satu langkah lagi maka ia akan berhasil menamatkan cerita koasnya selama ini. Namun satu langkah ini adalah langkah yang terberat. Bayang-bayang tidak lulus itu kembali menghantuinya tatkala kini tiba saatnya ujian pasien. Ia takut kesalahan yang terdahulu terulang lagi.

Dengan rasa percaya diri yang seadanya, Meiry melangkahkan kaki ke ruang ujian. Dalam ujian pasien ini ada 3 dokter konsulen yang akan menjadi penguji. Salah satunya adalah dokter berambut ikal dengan tatapan dingin itu, dokter Puji.

Degup jantung Meiry begitu kencang hingga ia sendiri seakan bisa mendengarnya. Aliran darah di pembuluhnya seperti mengalir begitu deras layaknya arus sungai. Tak tertinggal, bulir-bulir keringat pun mulai merembes dari pori-poti kulitnya. Meiry kini dalam posisi yang begitu gugup.

Terlebih lagi ujian ini ada praktik yang membuat tangan Meiry semakin bergetar. Walaupun selama koas ini ia sudah sering menghandle pasien. Namun untuk ujian, rasanya akan berbeda. Tak hanya ia harus mengingat materi, mempraktikan, dan memberi jawaban yang memuaskan, ia juga diawasi oleh 3 harimau yang siap menerkam dengan beribu pertanyaan tajam.

Ia tak sanggup, kakinya mulai melemas. Seandainya ia bisa melompati waktu, ia akan lakukan saat ini juga. Sayangnya itu tidaklah mungkin.

Akhirnya, dengan bersenjatakan doa iya berusaha menegapkan kembali langkahnya, menguatkan kembali otot-otot kaki yang sempat lemas itu. Meiry tarik kembali pikirannya yang entah sudah kesana kemari pada beberapa menit tadi.

Meiry sadar yang harus ia kalahkan adalah rasa takut dalam dirinya sendiri. Dengan satu tarikan napas dalam, ia patok fokusnya hanya pada 3 konsulen di depannya. Ujian pun dimulai.

💉💉💉

Dengan langkah gontai Meiry keluar dari ruang pertarungannya. Energinya habis terkuras untuk hari ini. Bahkan untuk melangkah saja ia masih terseret-seret. Ia berjalan menuju loker dengan wajah sangat lelah, matanya memancarkan kekosongan.

Sanggraha [A World Behind The Clouds]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang