BAB 2-Angan dan Kenyataan yang Mungkin Tak Beriringan

98 39 39
                                    

Sejak masih di bangku sekolahan Meiry memang tidak terlalu menonjol di bidang akademis. Diantara saudaranya, ia merasa yang terbodoh. Ibunya bilang kalau Meiry mewarisi semua sifat ibunya. Dari segi fisik ia sangat mirip dengan ibu, dan dari sisi kemampuan intelektual ia juga sama seperti ibunya, pas-pasan. Ibunya pernah bercerita bahwa ayahnya adalah salah satu siswa berprestasi ketika saat masih di bangku kuliah. Selain pintar, ayah juga populer di kalangan wanita. Walaupun banyak wanita cantik, pintar dan kaya yang mengelilingi ayah. Tapi ayah lebih memilih ibu sebagai teman hidupnya. Kata ayah ia menyukai ibu karena selain cantik ibu adalah wanita yang jujur. Ayah bilang ia tak perlu istri yang pintar akademiknya atau istri yang berasal dari keluarga kaya, cukup pintar memasak dan membuat kopi saja itu sudah sangat sempurna bagi ayah. Ayah pernah bilang ada banyak orang pintar di dunia ini, tapi hanya sedikit ada orang jujur. Saat mendengar kata-kata itu keluar dari bibir kaku ayahnya, ia merasa sangat tersentuh.

Ia tak merasa menyesal karena mewarisi sifat ibu, justru ia sangat bersyukur. Walau kepintaran ayahnya hanya menurun pada kakak dan adiknya, ayah selalu mendukung dan memberi semangat pada Meiry. Ayah selalu megatakan kalau Meiry bukanlah anak yang bodoh, hanya saja Meiry harus belajar lebih keras lagi.

Dari dulu mimpi seorang Meiry adalah menjadi dokter. Tepatnya dokter spesialis jantung. Kenapa? Karena baginya jantung adalah organ yang paling vital bagi manusia. Seseorang dinyatakan mati, ketika jantung berhenti berdetak, walaupun organ tubuh yang lainnya masih dapat bekerja normal. Jadi jantung adalah organ yang membawa pesan kematian. Jantung memegang kendali penting bagi seluruh tubuh.

Tetapi tidak semua mimpi yang merupakan sebuah ilusi akan bertransformasi menjadi sebuah realita. Bisa saja mimpi itu malah hanya menjadi bongkahan khayalan yang membeku di dasar pikiran dan hanya menghiasi cerita masa kanak-kanak kita dahulu. 

Memang sejak dulu Meiry selalu termasuk dalam 5 orang ranking terakhir di kelasnya, entah itu SD atau di SMP. Bahkan saat kelas 2 SD, ia pernah menjadi ranking terakhir di kelas. Walau begitu, ia tak pernah malu kalau ditanya soal cita-cita. Ia pasti menjawab dengan tegas, dokter. Dan sudah bisa ditebak, orang yang bertanya pasti akan tergelak.

"Meiry menjadi dokter itu susah, harus modal otak encer. Mana bisa orang yang selama ini menjadi ranking terbawah di kelas jadi dokter. Hahahaa. Mendingan jangan mimpi terlalu tinggi, nanti kalau jatuh sakit Mei! "  ejek mereka.

Namun, segunung ejekkan, selangit cibiran, sesamudra ledekan tak akan mampu menumbangkan semangat mengejar cita-citanya. Ia sama sekali tak tergoyahkan. Baginya, menjadi seorang dokter bukan hanya masalah intelektual tinggi, tapi juga perlu ketulusan hati. Baginya dokter adalah sebuah pekerjaan yang sakral dan mulia. Ia percaya seiring berjalannya waktu, sesulit apa pun ilmu kedokteran itu, jika ia pelajari dengan sungguh-sungguh pasti akan ia kuasai walau dalam waktu yang tidak singkat.

Ia bisa membeli bertumpuk-tumpuk buku untuk sumber referensinya. Ia juga bisa mengikuti berbagai bimbingan belajar atau privat les setiap malam untuk menambah ilmunya. Tapi sebuah ketulusan dalam mengobati pasien tidak ada buku panduan untuk mempelajarinya.

Saat menginjak bangku SMA, Meiry memutuskan akan bersungguh-sungguh menjadikan nyata cita-citanya. Ia mengikuti berbagai bimbingan belajar, privat les dan belajar kelompok. Selama tiga tahun itu, ia mendikte tubuhnya untuk belajar, belajar dan terus belajar. Alhasil, rankingnya saat SMA mengalami kemajuan. Terbukti, ia berada di ranking ke 5 teratas di kelas. Ya, itu sudah mentok. Lumayan lah, daripada ragkingnya yang dulu, ranking 5 juga tapi dihitung dari bawah. Walaupun otaknya masih sering lambat memerima pelajaran dan guru privatnya harus berulang-ulang menjelaskan materi padanya, ia akhirnya lulus UN dengan nilai yang tak menghianati kerja kerasnya.

Setelah lulus SMA, ia meneruskan kuliah di salah satu universitas di Jakarta mengambil program studi pendidikan dokter. Ia tak menyangka, seorang siswa yang dalam sejarah selalu menjadi ranking 5 terbawah kelas saat SD dan SMP, akhirnya berhasil diterima menjadi mahasiswa kedokteran setelah mengikuti berbagai tes yang tak bisa dibilang mudah. Ia sangat tak menyangka. Bahkan tes tertulisnya itu termasuk 10 besar nilai tertinggi di universitas tujuannya.  Orang tuanya pun sampai tak pernah menduga bila Meiry akan berhasil melampaui batas perkiraan mereka. Semenjak itu, Meiry  semakin percaya kalau ia berusaha keras dan bersungguh-sungguh, maka hasilnya tidak akan pernah  menghianati jerih payahnya.

Sanggraha [A World Behind The Clouds]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang