BAB 25-Stop Kontak

24 2 4
                                    

Terhitung sudah 10 hari Meiry tinggal di Sanggraha. Namun Aji Yasa belum juga mendapatkan petunjuk dari para Pitara mengenai kejelasan tugas Mahadewi. Tak ada pawisik atau tanda alam sedikitpun. Ia mulai cemas. Bukan karena kepercayaannya hilang terhadap kitab yang ditulis Aji Bhanu, tapi ia cemas kalau sampai ia salah menjemput Mahadewi.

Namun semua kecemasan itu Aji Yasa sembunyikan dari semua orang. Ia tak ingin membuat warga Sanggraha juga ikut cemas. Suara para Pitara itu sampai saat ini memang belum kunjung tiba, tapi nanti pasti akan datang saatnya. Karena itulah Aji Yasa menjadi semakin rajin melakukan pemujaan di Balai Puja Puncak Timur.

Tak jauh berbeda dengan Meiry, ia juga merasa cemas sebab terhitung sudah cukup lama ia menghilang di gunung. Ia takut bila nanti semua orang di bumi mengira bahwa dirinya sudah mati ditelan buasnya hutan Ciremai.

Dalam kecemasannya itu, ia tetap optimis bisa kembali pulang. Ia hanya perlu menunggu purnama bulan ini, di akhir tanggal, karena pada saat itulah kabut langit akan turun. Dan pada saat itulah ia akan mendaki Puncak Selatan.

Karena sudah lama tinggal di kediaman Aji Yasa, dan Meiry juga tidak menunjukkan tanda-tanda untuk kabur, akhirnya Bi Roya mulai melonggarkan penjagaannya. Itu juga atas perintah Aji Yasa sendiri, katanya cukup hanya awasi dari jauh, tidak usah dikekang.

Hari ini Meiry mendapat kabar gembira dari Rahnu, kata lelaki rambut permen kapas itu, paman Werdo sudah berhasil membuatkan pesanannya. Meiry tidak sabar ingin mencoba alat itu pada HPnya. Semoga saja stop kontak yang dibuatkan paman Werdi bisa berhasil mengalirkan listrik.

Pagi ini Rahnu sedang sibuk bekerja, karena itu ia meminta Meiry mencarinya ke sekolah saja, agar bisa langsung ke toko paman Werdo. Dengan bantuan Bi Roya, akhirnya Meiry sampai di sekolah tempat Rahnu mengajar.

Dari balik kaca jendela, Meiry bisa melihat Rahnu sedang menjelaskan materi sejarah pada siswanya. Ternyata si pinkboy ini adalah seorang guru sejarah. Melihat pemandangan itu membuat memorinya tertarik ke masa lalu. Meiry teringat masa-masa ia sekolah dulu, saat ia masing berada pada barisan yang terlupakan di kelas. Kalau sudah mendapatkan pelajaran sejarah ia pasti suka, karena bila mendengar penjelasan gurunya itu pasti tidurnya akan sangat pulas di kelas. Meiry tertawa mengingat kenangannya. Saat Meiry asik bernostalgia, Rahnu tersadar dengan keberadaan si gadis yang sedang memperhatikannya. Dengan segera Rahnu menutup kelas, tak ingin sang Mahadewi menunggu.

"Baiklah adik-adik, hari ini cukup sampai disini. Apakah kalian ada pertanyaan?"

Seorang siswa laki-laki mengacungkan tangannya. "Pak Rahnu, apakah bapak percaya dengan Mahadewi? Katanya Mahadewi itu hanya sebuah dongeng? Apakah selama ini kita dibohongi?"

"Para Pitara tidak mungkin membohongi kalian para keturunannya. Saya sangat percaya bahwa Mahadewi benar adanya, Mahadewi itu nyata," jawab Rahnu sambil menatap ke arah Meiry.

Mendengar itu, entah kenapa Meiry merasa senang. Padahal sejak awal ia sangat menolak dengan keras bila orang-orang menganggap dirinya Mahadewi. Ada apa ini? Apakah dirinya sudah nyaman dengan predikat Mahadewi? Meiry terkekeh.

Seusai mengajar, Rahnu langsung saja mengantar Meiry ke toko mungil paman Werdo. Sepeda tuanya itu tetap setia menemani melintasi ruas-ruas jalan Sanggraha yang tampak tenang tanpa hambatan. Tak ada pula polusi udara yang mencekik dada, seperti di Jakarta.

Tak lama waktu yang mereka tempuh untuk sampai di tujuan, sekitar 10 menitan saja. Paman Werdo dengan bersemangat mengeluarkan alat ciptaannya yang beberapa hari ini sangat menguras waktu tidurnya. Kata paman Werdo, ia rela begadang untuk membantu Mahadewi. Mendengar itu Meiry sangat terharu.

"Terima kasih paman, kamu sudah membantu saya," ucap Meiry dengan tulusnya.

"Saya membantu Mahadewi yang akan menyelamatkan Sanggraha dan memajukan peradaban. Jasamu kelak akan lebih besar Mahadewi," ungkap paman Werdo sambil tersenyum. Meiry membalas senyuman itu dengan senyuman kecut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sanggraha [A World Behind The Clouds]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang