Move

549 107 47
                                    

[Budayakan Vote Sebelum Membaca. Kamsahamnida]

Bagi seorang Kim Sohyun, hidup bergelimang kesusahan sudah menjadi sarapan rutin setiap hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagi seorang Kim Sohyun, hidup bergelimang kesusahan sudah menjadi sarapan rutin setiap hari. Berasal dari keluarga kelas sendok tanah, membuatnya kebal akan segala getir yang menggerogoti takdir kehidupan. Akan tetapi, hari ini untuk pertama kalinya bibir pink pucatnya mengeluh hanya karena para cacing perut yang berdemo ria lantaran tidak makan dalam sehari belakangan ini, sehingga ia lebih memilih duduk menyendiri sambil mendekap perut keroncongan.

Duduk di tepi bagian belakang mobil, Sohyun menyandarkan kepalanya di badan mobil sambil menatap lesu ke depan. Kedua tungkainya yang menjuntai sengaja diayunkan guna menepis gigitan serangga. Ia lantas mendongak saat melihat semburat mentari yang perlahan merekah menggantikan kanvas langit hitam. Menyebar dan menelusuk di antara pepohonan, hingga berbaur dengan permukaan tanah yang basah. 

Fajar telah menjemput hari. Sementara kabut kian menebal, membuat hawa semakin dingin hingga menelusuk ke sum-sum tulang. Suara gemeretak deretan giginya pun terdengar sayup. Akh!Sungguh teramat tersiksa. Bukan hal lucu jika ia mati kedinginan di sini.

Kepalanya pun menoleh ke arah belakang. Ia hendak istirahat sejenak untuk mereda dingin yang menghantam sekujur tubuhnya, namun niat Sohyun terhenti saat mendapati Myungsoo yang sedang meringkuk kedinginan di dalam mobil.

"Mengapa kau tidak masuk saja ke dalam mobil? Lihatlah, bibirmu sampai membiru lantaran kedinginan," ujar Sehun yang memilih memisahkan diri dari beberapa pemuda yang sedang tenggelam dalam canda tawa.

Kedua tangannya yang memucat karena kedinginan spontan mengeratkan kedua sisi jaket. Bahasa tubuhnya membenarkan ucapan Sehun, namun hatinya tidak. Benar saja, Sohyun langsung berkilah, "Aku tidak mengantuk. Lagi pula, sebentar lagi hari akan terang."

Sehun mematung sejenak sebelum mengangguk paham. Ia lantas menempelkan pantatnya pada permukaan tepi mobil yang terasa dingin.

"Aku turut berduka atas kepergian Jimin." Sehun menatap lekat wajah pucat Sohyun yang berulang kali diterpa kepulan asap tipis.

Tersenyum sendu, Sohyun lantas mengangguk kecil. Kedua matanya berdenyar pilu, balas menatap Sehun.

"Aku juga. Suzy eonnie pasti sudah damai di sana," kata Sohyun. Di sebelahnya, Sehun terdiam sebelum akhirnya tersenyum sendu.

Keduanya pun saling menatap dalam kebisuan.

"Sohyun-ah."

"Hmm?"

"Gomawo, karena ucapanmu... Kini aku mulai bisa membuka diri dengan orang lain."

[Tour] TEROR in Jeju [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang