Sacrifice

607 116 63
                                    

Jeju, 22 Oktober 2020.
03:00 am.

Suara guntur menggelegar angkuh di langit malam, seakan menertawakan kesialan takdir para manusia malang. Disaat secercah harapan kian memudar, terkuak pula sebuah kabar menggemparkan di tengah riuh raungan lautan zombie. Perihal vaksin virus-X yang menjadi penawar dari wabah mayat hidup yang menguasai pulau Jeju.

Tepat sebelum bencana mengerikan ini terjadi, sampel virus-X beserta vaksinnya dicuri dari laboratorium oleh seorang wanita yang disinyalir merupakan bagian dari sindikat teroris. Pihak pemerintah Korea Selatan mengklaim bahwa sampel tersebut akan digunakan sebagai senjata biologis untuk menduduki, bahkan menghancurkan suatu wilayah dan negara. Namun apapun motif dan tujuan di balik pencurian sampel tersebut, malam ini tanpa diduga vaksin virus-X yang dicuri telah berhasil ditemukan. Setidaknya, jika para mahasiswa berhasil keluar dari kerumunan zombie yang mengepung markas angkatan darat Jeju.

"Jadi, bagaimana cara kita untuk kembali ke Seoul?" tanya Chanyeol sambil merebahkan tubuh lelahnya di lantai rooftop.

Netranya memandangi langit malam yang sedang bermandikan kilatan guntur. Sedangkan, pikirannya terus berkutat dengan rencana penyelamatan mereka yang berbuah getir. Pasalnya, Eunwoo yang bertugas menerbangkan helikopter telah tewas dengan cara menyedihkan.

"Aku bisa menerbangkan helikopter," ujar Hyunsik seketika sambil beranjak dari duduknya.

"Tunggu dulu! Jadi, Paman dapat menerbangkan helikopter ini?" tanya Jungkook sambil menunjuk sebuah helikopter. "Lalu, mengapa paman menyuruh Eunwoo untuk melakukannya?" Jungkook tampak penasaran. Di sebelahnya, Jaehyun ikut bereaksi serupa dengannya.

Hyunsik terkekeh kecil, kemudian mengalihkan pandangan ke sembarang arah. "Aku melakukannya untuk berjaga-jaga apabila terjadi sesuatu yang buruk padaku," ujarnya sambil bersedekap dada.

"Kalau begitu tunggu apalagi Paman. Ayo, kita berangkat." kata Jungkook bersemangat.

"Namun, menuntaskan misi adalah tanggung jawabku sebagai seorang tentara." Ia menghela napas panjang sehingga menimbulkan jeda. "Kita harus tetap meledakkan gedung ini. Jika kita tidak meledakkan gedung ini, maka semua zombie yang tersisa akan bertahan, bahkan bermutasi. Hal itu dapat membuat jumlah zombie semakin banyak. Hanya inilah kesempatan kita untuk memusnahkan semua zombie terkutuk ini," lanjutnya sembari memandang lautan zombie di bawah sana.

Kedua netra Hyunsik bergulir memandang permukaan lantai rooftop yang sedikit basah lantaran hujan. Ada sesak yang menghantam hati dan pikirannya. Terjebak dalam pilihan yang sulit bukanlah keinginan pria bermarga Park itu. Namun apalah daya jika semesta telah merencanakan semua ini dengan sangat sempurna. Sekarang semuanya tergantung pada dirinya.

"Berarti.... Kita akan kehilangan satu orang lagi malam ini," balas Sohyun dengan kedua mata berkaca-kaca.

"Jadi, siapa yang akan bersedia tetap tinggal di sini untuk mengaktifkan bom secara manual?" tanya Chanyeol sesaat kemudian menatap wajah kelima rekannya satu per satu.

"Biar aku saja......"

Semuanya segera menoleh ke arah sumber suara dengan kedua alis mengernyit penuh keheranan.

"Biar aku saja yang mengaktifkan bomnya secara manual," ucap Taehyung yang sontak saja membuat semuanya terlonjak kaget.

Tak ada raut ketakutan yang terpancar dari paras tampannya. Kedua iris legam pemuda itu malah menyiratkan kekosongan. Semenjak dirinya terkena gigitan zombie, Taehyung telah siap untuk mati. Bergulir menatap semua wajah rekannya, hati Taehyung menjadi sakit lantaran mendapati Sohyun yang sedang berusaha menahan tangis.

[Tour] TEROR in Jeju [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang