BAB 15 - Cemburu Tandanya ....

338 41 2
                                    

BAB 15

CEMBURU TANDANYA ....

Brayn mengusap kening sesaat setelah menjatuhkan badan di kasur. Proses syuting yang cukup lama, terdiri dari 10 kali take ulang, lebih dari 2 kali ke toilet karena kantung kemih penuh saat berhadapan dengan Joice, dan memendam rasa malu karena ditertawakan Joice beberapa kali, akhirnya terbayarkan. Setelah dipikir-pikir, sesuatu yang awalnya melelahkan tidak ada apa-apanya dibanding pemandangan menyebalkan barusan.

Gara ketawa-ketawa sama Inggit? Berduaan?

Untung saja Brayn tidak melihat proses peluk memeluk. Kalau sampai dia melihat aktivitas itu, kesalnya pasti makin menjadi. Rasa takut kehilangan juga makin menguat di dalam dada.

"Seharusnya kalau aku nggak ada, Inggit diam di rumah dong. Jangan malah keganjenan sama Gara!" rutuk Brayn. Dia bicara dengan langit-langit kamar.

"Atau mungkin Gara yang cari kesempatan?" Brayn mendengus. "Sesudah mendapatkan Mama, menjadi bagian dari keluarga ini, sekarang dia mau ngambil Inggit juga? Haduh, yang benar saja. Kalau benar gini, aku akan benar-benar protes sama Allah. Gimana sih ini. Masa aku terus yang tersakiti?"

Cowok itu bangun dari tempat tidur. Pukul sembilan lebih sepuluh menit. Iya, dia sadar, dia salah karena pulang terlalu larut. Janji kepadaInggit jadi tidak bisa ditepati. Tapi saat Brayn akan meminta maaf, dia malah tersulut duluan.

Papa pergi, Nenek pergi, Mama udah nggak peduli, masa Inggit mau nyusul mereka semua juga?

Brayn menggeleng, mengacak rambut, lantas berdiri dan berjalan ke meja belajar. Di dalam laci sana, dia menarik beberapa album foto. Mini. Ukuran 5 R saja. Tapi baginya itu cukup. Cukup untuk sekadar mengenang pahit.

Di lembar pertama album, nenek yang muncul. Brayn nyaris menganggap nenek sebagai seluruh hidupnya. Dia yang menyayangi Brayn lebih dari siapa pun.

Makasih buat nama yang nenek berikan.

Brayn Kiel Suherman.

Brayn mendapatkan informasi bahwa nama belakangnya diberikan oleh nenek. Suherman adalah nama kakeknya yang sudah meninggal bahkan sebelum Brayn lahir. Sementara 'Brayn Kiehl', cowok itu tidak tahu pasti soal nama tersebut. Anggun pernah bilang begini dengan mata melotot, "Buat apa nanya asal-usul nama itu?"

Dan sejak saat itu, Brayn berhenti menanyakan nama. Menurut internet, Kiel itu adalah salah satu tempat di Jerman. Brayn menyimpulkan sendiri. Sang mama memberikan nama itu untuk menghargai mantan suaminya yang juga berasal dari Jerman. Kalau untuk mengenang sepertinya tidak mungkin, pikir Brayn.

Brayn kembali fokus ke album di pangkuan. Dari lembar 1 sampai 10, semua gambar nenek. Meski sudah agak kuning dan lembab, dia tetap menyimpan foto-foto itu.

Di lembar selanjutnya, muncul wajah Anggun. Siapa pun yang bilang benci kepada orangtua, di lubuk hatinya nama Anggun tetap tersimpan rapi. Selama tahunan, hubungan Brayn dengan mama bagaikan bambu runcing. Selalu menusuk dan bikin pedih.

Ada foto Papa?

Ada. Satu-satunya.

Nama lelaki itu, Joes. Hanya satu kata. Brayn sama sekali tidak tahu nama panjangnya. Atau mungkin nama panjangnya 'Kiel' sesuai dengan nama Brayn?

Brayn menggeleng.

Ketika bertengkar dengan Anggun, Brayn terus memaksa untuk mendapatkan identitas Bapaknya. Nihil. Anggun tidak pernah mau jujur. Dia selalu bilang: Jangan nanya soal Papa. Kita hanya hidup berdua dari dulu. Anggap saja Papamu sudah meninggal! Sampai kemudian, Anggun menyumpal Brayn dengan foto berukuran kecil dan lusuh supaya dia bisa diam. Sejak saat itu, tidak ada informasi lagi berkenaan dengan Joes.

My Bra (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang