BAB 3 - IMPIAN JOICE DAN PAPA

1K 84 33
                                    

BAB 3

IMPIAN JOICE DAN PAPA

Kata-kata apa yang sering terlontar dari para cowok saat pertama kali bertemu Joice?

"Uh ..."

"Waaaw."

"Seksi ...."

"Dia bikin gue naik!"

Mereka bagai semut yang mencoba mengerumuni gula. Atau mungkin, mereka seperti kumbang yang mendekati bunga mekar. Hanya saja, Joice tidak sama dengan bunga-bunga yang lain. Pertahannya sulit ditembus. Saat mengikuti senam aerobik hari minggu di sekitaran Dago, ada juga yang berteriak, "Neng, mau nggak jadi istri kedua Abang?"

Joice memilih ngibrit dari tempat kegiatan, meskipun acaranya belum selesai. Aih, rupanya Joice idaman para lelaki. Bahkan gadun sekali pun.

Cerita di pusat perbelanjaan lebih seru lagi. Ada seorang cowok yang tiba-tiba mendekatkan mulut ke telinga, "Neng, harganya berapa buat semalem?"

"Bayar pakek nyawa bisa?" jawab Joice asal.

Sepanjang jalan setelah kejadian itu, dia tidak berhenti merutuk.

Sebagai seorang anak bos konter HP, Joice mendapatkan banyak hal. Fasilitas, tidak usah ditanya. Dia terkenal sebagai anak keturunan Tionghoa, yang rumahnya gedongan. By the way, mungkin kamu tertawa saat tahu bahwa Joice putri dari seorang Kokoh tua, yang kerjanya nungguin konter. Jangan salah, orangtua Joice bukan pebisnis biasa. Konternya ada lebih dari 30 di Jabodetabek plus Bandung. Apalagi, sekarang usahanya mulai merambah ke dunia online. Penghasilan papanya segunung.

Hari ini, Joice memutuskan untuk jalan-jalan di Ciwalk. Setidaknya dia bisa memenuhi hasrat belanja di beberapa toko, nonton film, atau ngopi di salah satu kedai favorit. Sengaja datang sendiri. Dia lebih senang pergi sembunyi-sembunyi (karena kalau ketahuan akan dilarang dan diberi petuah: "Jangan belanja melulu Ci, kamu sudah besar. Harus hemat. Nggak selamanya Papa punya uang.").

Kenapa nggak pergi sama pacar?

Alasannya karena dia jomblo! Jomblo woy, jomblo. Tapi perlu diingat, kejombloan Joice berbeda dengan kejombloan orang pada umumnya. Joice hanya belum menemukan orang yang cocok. Yang mendekati? Nggak usah ditanya.

Setelah memarkirkan mobil, Joice memilih berjalan cepat. Dia buru-buru mengunjungi kedai kopi di dalam gedung, yang tepat di depan pintu masuk. Dia pikir, nggak afdal kalau tidak membeli kopi sebelum nonton film.

Sesaat setelah memesan kopi, mata Joice malah tertuju kepada cowok yang sedang tertawa bersama cewek bertopi. Joice yakin, dia pernah melihat cowok itu. Tapi di mana? Karena ada salah satu pelayan yang heboh dan berteriak: ya ampun, aku ketemu Aa Brayn. Nggak nyesel selalu nonton dia di youtube, akhirnya Joice ingat.

"Brayn? Ya ya ya ... Cowok yang selalu pedas kalau ngasih review film. Tapi berkat dia juga, aku bisa pilih-pilih kalau mau nonton film. Aaaaaa, aku ketemu orangnya!" Joice benar-benar girang.

"Mbak ...."

"Eh, sorry Mbak," Joice mengeluarkan uang dan menyodorkannya.

Setelah membayar kopi yang dipesan, Joice melangkah ke arah Brayn. Baginya, menyapa cowok yang sering dilihat di layar ponsel, adalah sebuah kesempatan. Jarang-jarang kan, dia ketemu youtuber yang sering dipuji 'ganteng' oleh para penontonnya?

Dengan berjalan seperti model papan atas, Joice sempat mengundang perhatian salah satu barista kedai tersebut. Lelaki itu menatap badan Joice dari atas sampai bawah, menelan ludah, dan buru-buru ke toilet. Lelaki itu ingin membasuh wajah karena terlalu ngantuk, mungkin sambil melakukan hal lain. Yipi, para cowok pasti tahu. Awas, jangan berpikir ngeres!

My Bra (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang